10 Dongeng Pendek Fabel untuk Anak Indonesia
10 Dongeng Pendek Fabel berisi cerita binatang yang bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya untuk anak indonesia dan para orang tua.
Kami sediakan untuk anak-anak Indonesia 10 Dongeng Pendek Fabel yang sangat penuh makna dan tentunya sangat bermanfaat.
Kisah dalam cerita dongeng yang ada di sini diperankan oleh binatang sebagai tokoh utamanya, berisi pesan yang sangat inspiratif.
Selain dapat diambil hikmahnya, dongeng fabel ini bisa juga digunakan oleh para orang tua sebagai cerita penghantar tidur anak.
Selamat membaca.
"Ho! Ho!" serunya, "Itu punyaku," dia segera mengambil benda itu dari bawah tumpukan jerami.
Ternyata hanyalah Mutiara yang kebetulan hilang di halaman.
"Bagimu itu mungkin harta karun," ucap sang Pemimpin ayam, "Orang yang suka menghargai hal semacam itu, tetapi bagiku, aku lebih suka memiliki satu jagung manis daripada satu keping mutiara."
Nilai moral:
Semua hal bernilai bagi mereka yang dapat menghargainya.
"Ini makan malamku," pikirnya, "Kalau saja aku bisa menemukan alasan untuk menangkapnya."
Kemudian dia berseru kepada Anak Domba itu, "Beraninya kamu membuat keruh air yang sedang aku minum?"
"Tidak, tuan, tidak," kata Anak Domba; "Airnya berlumpur dari atas sana, aku tidak mungkin menjadi penyebabnya, karena air itu mengalir turun dari tempatmu ke sini."
"Baiklah, kalau begitu," kata si Serigala, "Mengapa kamu menyebutku dengan nama yang buruk waktu tahun lalu?"
"Hal itu tidak mungkin," jawab si Anak Domba; "Aku baru berumur enam bulan saat itu."
"Aku tidak peduli," geram Serigala; "Jika bukan kamu, itu pasti ayahmu;" dan serigala itu bergegas menuju si anak Domba.
Domba kecil yang malang dan terjadilah hukum rimba.
Tetapi sebelum anak domba meninggal dia mengeluh lirih, "Alasan apa pun akan berlaku bagi seorang tiran."
Kemudian muncul pertanyaan bagaimana jarahan harus dibagi.
"Bagi empat Rusa ini," raung Singa; lalu hewan lain menguliti dan memotongnya menjadi empat bagian.
Kemudian Sang Singa mengambil tempat di depan bangkai Rusa dan menyatakan penghakiman.
"Bagian pertama adalah untukku dalam kapasitas sebagai Raja Binatang; yang kedua adalah milikku sebagai hakim; bagian lain untukku sebagai upah dalam perburuan; dan untuk bagian keempat, milikku juga, untuk itu, aku ingin melihat siapa di antara kalian yang berani meletakkan kaki di atas tubuh Rusa ini."
"Huh," gerutu si Rubah ketika ia berjalan pergi dengan ekor di antara kedua kakinya; dia berbicara pelan dengan geram, "Kamu bisa berbagi pekerjaan yang hebat, tetapi kamu tidak akan berbagi rampasan."
Dia segera merasakan sakit yang luar biasa di tenggorokan, dan berlari naik-turun sambil mengerang serta mencari cara untuk menghilangkan rasa sakit itu.
Dia mencoba membujuk setiap hewan yang dia temui untuk mengeluarkan tulang tersebut.
"Aku akan memberikan apa saja," katanya, "Jika kalian mau mengeluarkannya."
Akhirnya Bangau setuju untuk mencoba, dan menyuruh Serigala berbaring miring dan membuka rahangnya selebar mungkin.
Kemudian Bangau itu memasukkan lehernya yang panjang di tenggorokan Serigala, dan dengan paruhnya ia menjepit tulang itu, sampai akhirnya ia berhasil mengeluarkan tulang tersebut.
"Bisakah sekarang kamu memberiku hadiah yang telah kamu janjikan?" kata si Bangau.
Serigala itu menyeringai dan menunjukkan giginya sambil berkata, "Bersukurlah. Kamu telah memasukkan kepalamu ke dalam mulut Serigala dan membawanya keluar lagi dengan aman; itu seharusnya menjadi hadiah yang cukup untukmu."
Pesan moral dan manfaat cerita:
Syukur dan keserakahan tidak dapat berjalan bersama
Sang ayah yang marah mengambil kapaknya, dan mengejar sang Ular, kemudian memotong sebagian ekornya.
Sang Ular melakukan pembalasan, mulai menggigit beberapa ternak sapi dan menyebabkan kerugian besar.
Menyikapi keadaan ini, si Petani berpikir bahwa jalan terbaik adalah berdamai dengan Ular, dan membawa makanan dan madu ke sarangnya, dan berkata kepadanya: "Mari kita lupakan dan maafkan; mungkin engkau benar menghukum anakku, dan membalas dendam pada ternak kami, tetapi tentu saja aku juga benar ketika mencoba untuk membalas dendam; sekarang kita berdua impas, mengapa kita tidak coba untuk berteman saja? "
"Tidak, tidak," kata sang Ular; "Ambillah kembali hadiahmu; engkau tidak akan pernah bisa melupakan kematian putramu, atau aku yang kehilangan ekor ini."
in bisa diampuni, tetapi tidak dapat dilupakan.
Sepupunya ini kasar dan lugu, tetapi dia mencintai teman kotanya dan menyambut dengan sepenuh hati.
Kacang, keju dan roti, adalah semua yang dia tawarkan, tetapi dia menawarkannya dengan ikhlas.
Tikus Kota agak mengernyitkan hidung pada makanan dusun ini, dan berkata: "Aku tidak bisa mengerti, Sepupu, bagaimana engkau bisa tahan dengan makanan yang buruk seperti ini, tapi tentu saja engkau tidak bisa mengharapkan sesuatu yang lebih baik di dusun ini; ikutlah denganku dan aku akan menunjukkan kepadamu bagaimana itu hidup. Ketika engkau berada di kota seminggu, engkau akan bertanya-tanya bagaimana bisa bertahan hidup di kampung. "
Tidak lama setelah itu, diceritakan kedua tikus ini berangkat ke kota dan tiba di kediaman si Tikus Kota waktu larut malam.
"Engkau perlu sedikit penyegaran setelah perjalanan panjang kita," kata Tikus Kota dengan sopan, dan membawa temannya ke ruang makan yang besar.
Di sana mereka menemukan sisa-sisa pesta yang indah, dan tak lama kemudian kedua tikus itu memakan jeli dan kue, dan semuanya enak.
Tiba-tiba mereka mendengar geraman dan gonggongan. "Apa itu?" kata si Tikus Kampung.
"Hanya suara dari anjing-anjing di rumah ini," jawab sang Tikus Kota.
"Hanya!" kata si Tikus Kampung. "Aku tidak suka suara itu saat makan malam."
Tepat pada saat pintu terbuka, masuklah dua anjing besar, dan kedua tikus pun harus berlari cepat dan lari.
"Selamat tinggal, Sepupu," kata si Tikus desa.
"Apa! Pergi begitu cepat?" tanya yang lain.
"Ya," jawabnya; "Kacang dan ubi lebih enak dalam kedamaian daripada kue dan sirup dalam ketakutan."
"Selamat siang, Nyonya Gagak," serunya. "Engkau terlihat begitu cantik hari ini: betapa mengkilapnya bulumu; betapa cerahnya matamu. Aku yakin suaramu indah melebihi suara burung lain, sama seperti sosok engkau, biarkan aku mendengar satu lagu darimu sehingga aku bisa menyebutmu sebagai Ratu Burung."
Gagak mengangkat kepalanya dan mulai berkaok, tetapi begitu dia membuka mulutnya, potongan keju jatuh ke tanah, hanya untuk diambil oleh sang Rubah.
"Berhasil," kata si Rubah. "Hanya itu yang aku inginkan. Sebagai ganti kejumu, aku akan memberimu sedikit nasihat untuk masa depan. "Jangan percaya kepada para penyanjung. "
Hewan-hewan, rakyatnya, datang mengelilingi dan semakin berani mendekat ketika ia semakin tak berdaya.
Ketika mereka melihatnya di titik kematian, mereka berpikir dalam hati: "Sekarang saatnya untuk melunasi dendam lama."
Maka Babi hutan datang dan menubruk ke arah sang Singa dengan taringnya; lalu seekor Banteng menyeruduk dengan tanduknya; tetap saja sang Singa terbaring tak berdaya di hadapan mereka.
Begitu juga dengan Keledai, merasa cukup aman dari bahaya, dia muncul, dan memutar ekornya ke arah sang Singa serta menendang tumitnya ke wajahnya.
"Ini adalah kematian ganda," geram sang Singa.
Hanya pengecut yang menghina keagungan saat sekarat.
Bersama si petani datang anjing piaraannya, yang menari-nari dan menjilat tangannya dan bergembira sesenang mungkin.
Petani itu mengamil sesuatu di sakunya, memberi sang Anjing makanan yang enak, dan duduk sambil memberikan perintah kepada para pelayannya.
Si Anjing melompat ke pangkuan tuannya, dan berbaring di sana, sementara si Petani membelai telinganya.
Keledai, melihat ini, melepaskan diri dari tali pengikatnya dan mulai berjingkrak-jingkrak meniru sang Anjing.
Si Petani tidak bisa menahan tawanya, maka si Keledai mendekat ke arahnya, dan meletakkan kakinya di atas bahu si Petani dan berusaha memanjat ke pangkuannya.
Para pelayan Petani bergegas membawa tongkat dan garpu rumput dan segera mengajari Keledai bahwa bercanda tidak pada tempatnya bukanlah sebuah lelucon.
"Maaf, Raja," ratap Tikus kecil, "Maafkan aku kali ini, aku tidak akan pernah melakukannya lagi: mungkin ada yang bisa kulakukan untukmu suatu hari nanti?"
Sang Singa begitu tergelitik pada gagasan tentang Tikus yang dapat membantunya, sehingga ia mengangkat cakar dan membiarkannya pergi.
Beberapa waktu sang Singa terjebak dalam perangkap, dan para pemburu yang ingin membawanya hidup-hidup ke Raja, mengikatnya ke pohon sementara mereka mencari kereta untuk membawanya.
Tepat saat itu Tikus kecil kebetulan lewat, dan melihat keadaan menyedihkan di mana Singa berada, menghampiri dia dan segera menggerogoti tali yang mengikat sang Raja Binatang ini.
"Bukankah benar ucapanku?" kata si Tikus kecil.
Pesan moral dan manfaat cerita:
Teman kecil (lemah, jelata, miskin) bisa saja membuktikan diri sebagai seorang teman yang baik.
Baca juga: Kisah Inspirasi Singkat Terbaik Motivasi Hidup
Demikian 10 Dongeng Pendek Fabel ini kami haturkan untuk anak Indonesia. Hasil karya dari seseorang Yunani yang bernama Aesop, yang hidup dizaman perbudakan. Sampai jumpa di kisah-kisah lainnya. Salam hangat.
Kisah dalam cerita dongeng yang ada di sini diperankan oleh binatang sebagai tokoh utamanya, berisi pesan yang sangat inspiratif.
Selain dapat diambil hikmahnya, dongeng fabel ini bisa juga digunakan oleh para orang tua sebagai cerita penghantar tidur anak.
Ini daftar ceritanya:
- Cerita Ayam dan Mutiara
- Kisah Serigala dan Anak Domba
- Bagian Sang Singa
- Serigala dan Bangau
- Petani dan Ular
- Tikus Kota dan Tikus Kampung
- Sang Rubah dan Sang Gagak
- Singa yang Sakit
- Keledai dan Anjing
- Singa dan Tikus
Selamat membaca.
10 Dongeng Pendek Fabel untuk Anak Indonesia
Kita mulai ceritanya dalam hitungan mundur dan dongengnya diawali mengenai kisah seekor ayam.1. Cerita Ayam dan Mutiara
Seekor ayam jantan mondar-mandir di peternakan di antara para ayam lainnya, ketika tiba-tiba dia melihat sesuatu bersinar di tengah-tengah jerami."Ho! Ho!" serunya, "Itu punyaku," dia segera mengambil benda itu dari bawah tumpukan jerami.
Ternyata hanyalah Mutiara yang kebetulan hilang di halaman.
"Bagimu itu mungkin harta karun," ucap sang Pemimpin ayam, "Orang yang suka menghargai hal semacam itu, tetapi bagiku, aku lebih suka memiliki satu jagung manis daripada satu keping mutiara."
Nilai moral:
Semua hal bernilai bagi mereka yang dapat menghargainya.
2. Kisah Serigala dan Anak Domba
Suatu ketika seekor serigala sedang mengitari mata air di lereng bukit, ketika melihat ke sekeliling, dilihatnya ada seekor Anak Domba yang baru mulai minum."Ini makan malamku," pikirnya, "Kalau saja aku bisa menemukan alasan untuk menangkapnya."
Kemudian dia berseru kepada Anak Domba itu, "Beraninya kamu membuat keruh air yang sedang aku minum?"
"Tidak, tuan, tidak," kata Anak Domba; "Airnya berlumpur dari atas sana, aku tidak mungkin menjadi penyebabnya, karena air itu mengalir turun dari tempatmu ke sini."
"Baiklah, kalau begitu," kata si Serigala, "Mengapa kamu menyebutku dengan nama yang buruk waktu tahun lalu?"
"Hal itu tidak mungkin," jawab si Anak Domba; "Aku baru berumur enam bulan saat itu."
"Aku tidak peduli," geram Serigala; "Jika bukan kamu, itu pasti ayahmu;" dan serigala itu bergegas menuju si anak Domba.
Domba kecil yang malang dan terjadilah hukum rimba.
Tetapi sebelum anak domba meninggal dia mengeluh lirih, "Alasan apa pun akan berlaku bagi seorang tiran."
3. Cerita Dongeng Pendek - Bagian Singa
Suatu waktu Singa berburu bersama dengan Rubah, Anjing Hutan, dan Serigala. Mereka berburu sampai akhirnya mereka menemukan rusa, dan segera mengambil nyawanya.Kemudian muncul pertanyaan bagaimana jarahan harus dibagi.
"Bagi empat Rusa ini," raung Singa; lalu hewan lain menguliti dan memotongnya menjadi empat bagian.
Kemudian Sang Singa mengambil tempat di depan bangkai Rusa dan menyatakan penghakiman.
"Bagian pertama adalah untukku dalam kapasitas sebagai Raja Binatang; yang kedua adalah milikku sebagai hakim; bagian lain untukku sebagai upah dalam perburuan; dan untuk bagian keempat, milikku juga, untuk itu, aku ingin melihat siapa di antara kalian yang berani meletakkan kaki di atas tubuh Rusa ini."
"Huh," gerutu si Rubah ketika ia berjalan pergi dengan ekor di antara kedua kakinya; dia berbicara pelan dengan geram, "Kamu bisa berbagi pekerjaan yang hebat, tetapi kamu tidak akan berbagi rampasan."
4. Dongeng Anak - Serigala dan Bangau
Seekor Serigala sedang memakan binatang yang telah dia bunuh, namun tiba-tiba ada tulang kecil di daging yang tersangkut di tenggorokannya dan dia tidak bisa menelannya.Dia segera merasakan sakit yang luar biasa di tenggorokan, dan berlari naik-turun sambil mengerang serta mencari cara untuk menghilangkan rasa sakit itu.
Dia mencoba membujuk setiap hewan yang dia temui untuk mengeluarkan tulang tersebut.
"Aku akan memberikan apa saja," katanya, "Jika kalian mau mengeluarkannya."
Akhirnya Bangau setuju untuk mencoba, dan menyuruh Serigala berbaring miring dan membuka rahangnya selebar mungkin.
Kemudian Bangau itu memasukkan lehernya yang panjang di tenggorokan Serigala, dan dengan paruhnya ia menjepit tulang itu, sampai akhirnya ia berhasil mengeluarkan tulang tersebut.
"Bisakah sekarang kamu memberiku hadiah yang telah kamu janjikan?" kata si Bangau.
Serigala itu menyeringai dan menunjukkan giginya sambil berkata, "Bersukurlah. Kamu telah memasukkan kepalamu ke dalam mulut Serigala dan membawanya keluar lagi dengan aman; itu seharusnya menjadi hadiah yang cukup untukmu."
Pesan moral dan manfaat cerita:
Syukur dan keserakahan tidak dapat berjalan bersama
5. Kisah Petani dan Ular
Putra seorang petani secara tidak sengaja menginjak ekor ular, yang berbalik dan menggigitnya sehingga dia meninggal.Sang ayah yang marah mengambil kapaknya, dan mengejar sang Ular, kemudian memotong sebagian ekornya.
Sang Ular melakukan pembalasan, mulai menggigit beberapa ternak sapi dan menyebabkan kerugian besar.
Menyikapi keadaan ini, si Petani berpikir bahwa jalan terbaik adalah berdamai dengan Ular, dan membawa makanan dan madu ke sarangnya, dan berkata kepadanya: "Mari kita lupakan dan maafkan; mungkin engkau benar menghukum anakku, dan membalas dendam pada ternak kami, tetapi tentu saja aku juga benar ketika mencoba untuk membalas dendam; sekarang kita berdua impas, mengapa kita tidak coba untuk berteman saja? "
"Tidak, tidak," kata sang Ular; "Ambillah kembali hadiahmu; engkau tidak akan pernah bisa melupakan kematian putramu, atau aku yang kehilangan ekor ini."
in bisa diampuni, tetapi tidak dapat dilupakan.
6. Cerita Tikus Kota dan Tikus Kampung
Suatu waktu, Tikus Kota pernah sekali pergi mengunjungi sepupunya di suatu dusun.Sepupunya ini kasar dan lugu, tetapi dia mencintai teman kotanya dan menyambut dengan sepenuh hati.
Kacang, keju dan roti, adalah semua yang dia tawarkan, tetapi dia menawarkannya dengan ikhlas.
Tikus Kota agak mengernyitkan hidung pada makanan dusun ini, dan berkata: "Aku tidak bisa mengerti, Sepupu, bagaimana engkau bisa tahan dengan makanan yang buruk seperti ini, tapi tentu saja engkau tidak bisa mengharapkan sesuatu yang lebih baik di dusun ini; ikutlah denganku dan aku akan menunjukkan kepadamu bagaimana itu hidup. Ketika engkau berada di kota seminggu, engkau akan bertanya-tanya bagaimana bisa bertahan hidup di kampung. "
Tidak lama setelah itu, diceritakan kedua tikus ini berangkat ke kota dan tiba di kediaman si Tikus Kota waktu larut malam.
"Engkau perlu sedikit penyegaran setelah perjalanan panjang kita," kata Tikus Kota dengan sopan, dan membawa temannya ke ruang makan yang besar.
Di sana mereka menemukan sisa-sisa pesta yang indah, dan tak lama kemudian kedua tikus itu memakan jeli dan kue, dan semuanya enak.
Tiba-tiba mereka mendengar geraman dan gonggongan. "Apa itu?" kata si Tikus Kampung.
"Hanya suara dari anjing-anjing di rumah ini," jawab sang Tikus Kota.
"Hanya!" kata si Tikus Kampung. "Aku tidak suka suara itu saat makan malam."
Tepat pada saat pintu terbuka, masuklah dua anjing besar, dan kedua tikus pun harus berlari cepat dan lari.
"Selamat tinggal, Sepupu," kata si Tikus desa.
"Apa! Pergi begitu cepat?" tanya yang lain.
"Ya," jawabnya; "Kacang dan ubi lebih enak dalam kedamaian daripada kue dan sirup dalam ketakutan."
7. Dongeng Anak - Sang Rubah dan Sang Gagak
Seekor rubah melihat burung gagak terbang dengan sepotong keju di paruhnya dan hinggap di ranting pohon. "Itu untukku, karena aku Rubah," kata sang Rubah, dan dia berjalan ke bawah pohon."Selamat siang, Nyonya Gagak," serunya. "Engkau terlihat begitu cantik hari ini: betapa mengkilapnya bulumu; betapa cerahnya matamu. Aku yakin suaramu indah melebihi suara burung lain, sama seperti sosok engkau, biarkan aku mendengar satu lagu darimu sehingga aku bisa menyebutmu sebagai Ratu Burung."
Gagak mengangkat kepalanya dan mulai berkaok, tetapi begitu dia membuka mulutnya, potongan keju jatuh ke tanah, hanya untuk diambil oleh sang Rubah.
"Berhasil," kata si Rubah. "Hanya itu yang aku inginkan. Sebagai ganti kejumu, aku akan memberimu sedikit nasihat untuk masa depan. "Jangan percaya kepada para penyanjung. "
8. Kisah Singa yang Sakit
Seekor Singa telah tiba di akhir harinya dan terbaring sakit mendekati mati di mulut gua, nafasnya terengah-engah.Hewan-hewan, rakyatnya, datang mengelilingi dan semakin berani mendekat ketika ia semakin tak berdaya.
Ketika mereka melihatnya di titik kematian, mereka berpikir dalam hati: "Sekarang saatnya untuk melunasi dendam lama."
Maka Babi hutan datang dan menubruk ke arah sang Singa dengan taringnya; lalu seekor Banteng menyeruduk dengan tanduknya; tetap saja sang Singa terbaring tak berdaya di hadapan mereka.
Begitu juga dengan Keledai, merasa cukup aman dari bahaya, dia muncul, dan memutar ekornya ke arah sang Singa serta menendang tumitnya ke wajahnya.
"Ini adalah kematian ganda," geram sang Singa.
Hanya pengecut yang menghina keagungan saat sekarat.
9. Dongeng Fabel - Keledai dan Anjing
Seorang petani suatu hari datang ke kandang untuk melihat binatang piaraannya: di antara mereka Keledai adalah favoritnya, yang selalu diberi makan dengan baik karena sering membawa tuannya.Bersama si petani datang anjing piaraannya, yang menari-nari dan menjilat tangannya dan bergembira sesenang mungkin.
Petani itu mengamil sesuatu di sakunya, memberi sang Anjing makanan yang enak, dan duduk sambil memberikan perintah kepada para pelayannya.
Si Anjing melompat ke pangkuan tuannya, dan berbaring di sana, sementara si Petani membelai telinganya.
Keledai, melihat ini, melepaskan diri dari tali pengikatnya dan mulai berjingkrak-jingkrak meniru sang Anjing.
Si Petani tidak bisa menahan tawanya, maka si Keledai mendekat ke arahnya, dan meletakkan kakinya di atas bahu si Petani dan berusaha memanjat ke pangkuannya.
Para pelayan Petani bergegas membawa tongkat dan garpu rumput dan segera mengajari Keledai bahwa bercanda tidak pada tempatnya bukanlah sebuah lelucon.
10. Dongeng Pendek Singa dan Tikus
Suatu ketika ketika seekor Singa sedang tertidur, Tikus kecil mulai berlari ke atas dan ke bawah badannya; hal ini membangunkan sang Singa, menaruh cakarnya yang besar di atasnya, dan membuka rahang yang besar untuk menelan sang tikus."Maaf, Raja," ratap Tikus kecil, "Maafkan aku kali ini, aku tidak akan pernah melakukannya lagi: mungkin ada yang bisa kulakukan untukmu suatu hari nanti?"
Sang Singa begitu tergelitik pada gagasan tentang Tikus yang dapat membantunya, sehingga ia mengangkat cakar dan membiarkannya pergi.
Beberapa waktu sang Singa terjebak dalam perangkap, dan para pemburu yang ingin membawanya hidup-hidup ke Raja, mengikatnya ke pohon sementara mereka mencari kereta untuk membawanya.
Tepat saat itu Tikus kecil kebetulan lewat, dan melihat keadaan menyedihkan di mana Singa berada, menghampiri dia dan segera menggerogoti tali yang mengikat sang Raja Binatang ini.
"Bukankah benar ucapanku?" kata si Tikus kecil.
Pesan moral dan manfaat cerita:
Teman kecil (lemah, jelata, miskin) bisa saja membuktikan diri sebagai seorang teman yang baik.
Baca juga: Kisah Inspirasi Singkat Terbaik Motivasi Hidup
Demikian 10 Dongeng Pendek Fabel ini kami haturkan untuk anak Indonesia. Hasil karya dari seseorang Yunani yang bernama Aesop, yang hidup dizaman perbudakan. Sampai jumpa di kisah-kisah lainnya. Salam hangat.