Cerita Cinta Terlarang Berakhir Bahagia
Sebuah cerita pendek tentang hubungan dua manusia yang terhalang oleh sebuah status dan garis nasib dalam kisah cerita Cinta Terlarang.
Ini bukan novel, tapi sebuah cerpen tentang Cerita atau Kisah Cinta Terlarang antara dua manusia. Langsung saja kita mulai.
Pagi. Hari yang cerah untuk jiwa yang resah. Namun itu hanyalah sebuah judul lagu.
Karena pagi ini, Otoy terlihat sedang menyapu di halaman rumah. Nampak sapu lidi yang terus bergerak mengumpulkan dedaunan dipegang erat di tangan kanannya.
Tak jauh dekat dia menyapu, sebuah pengki bambu tergeletak. Menunggu tugas utamanya, yaitu mengangkut sampah.
Otoy, nama aslinya adalah Aliando. Cuma mungkin dikarenakan bentuk wajahnya mirip tokoh kartun di koran, teman-teman dia memanggilnya Otoy. Ah dasar anak muda, ada-ada saja.
Hari itu dia libur bekerja, karena hari Minggu. Maka waktu kosongnya ia gunakan untuk membantu emaknya. Otoy ini memang cowok yang soleh.
Bagaimana tampangnya? Ganteng. Sebelas dua belas dengan Aliando yang artis itu. Cuma yang sana artis, yang ini pegawai kantoran. Itu saja bedanya.
Ketika Otoy sedang asyik menyapu dekat pagar, dikejauhan nampak sedang berjalan mendekat seorang wanita cantik.
Sontak dia merasa senang. "Si cantik bakal lewat," gumamnya di hati. Kini gerakan sapunya sedikit melambat, gantian detakan jantungnya yang bergerak cepat.
Cewek itu namanya Dini. Wajah dan tubuhnya mirip dengan Nikita Mirzani. Putih, semok dan demplon. Olala.
Tak heran jika Otoy naksir berat terhadap cewek ini. Hanya ketakutan saja yang membuat dia belum berani beraksi.
Kini cewek itu sudah ada di hadapannya. Otoy pun mulai usaha, "Dini, mau kemana nih?" tanyanya sambil senyum-senyum.
Dini menengok sebentar, setelah tahu siapa yang bertanya, dia menjawab sambil tersenyum, "Mau ke depan Bang, beli nasi uduk."
Senyum inilah yang membuat Otoy tergila-gila. Rasanya sawah yang lima hektar, Kebo lima ekor, ingin dikasih saja sebagai mahar. Itu juga kalau punya.
"Boleh dong Abang dibagi satu," canda Otoy. Ingin mengetahui reaksi cewek bohay ini.
"Oh Abang mau, iya nanti Dini beliin," sahut Dini tanpa mikir panjang.
Sebuah jawaban yang membuat Otoy semakin dalam merasa bahwa inilah wanita yang cocok bagi dirinya.
"Hadeuh si Enyak, bikin malu saja," gerutu si Otoy dalam hati. Apalagi ketika si Dini senyum-senyum, serasa berkurang nilai plusnya di mata cewek ini. Namun diluaran ia menyahut sambil tetap semringah, "Iya Nyak."
"Abang rajin yah," ucap Dini. Entah meledek atau memang kagum.
"Ah biasa saja," sahut si Otoy bingung harus senang atau merasa keki.
"Enyak lihat, kamu sudah beres nyapunya. Cepetan kamu ngepel, itu lantai pada kotor," kembali ibunya si Otoy menyela. Sepertinya ingin mengganggu obrolan mereka.
"Iyah Nyak, sebentar. Ali kan lagi ngobrol," sahut si Otoy agak kesal. Merasa terganggu kesenangannya.
"Ya udah Bang, Dini pergi dulu yah. Nanti gak selesai-selesai kalau kita ngobrol. Lagian takut kehabisan nasi uduknya," ucap Dini sambil mulai berjalan.
"Iya, maaf yah," sahut si Otoy sambil senyum-senyum kagak jelas.
"Ya," jawab Dini sambil terus berjalan. Diiringi tatapan si Otoy yang penuh lamunan.
"Coba gue yang nganter, coba kita bareng-bareng beli nasi uduknya."
Si Otoy mulai mengeduk sampah pakai pengki dan memasukkannya ke tempat sampah. Kemudian dia mulai membakarnya.
"Ali, kamu jangan sampai punya isteri seperti si Dini itu," terdengar ucapan ibunya si Otoy. Tampaknya ia sudah beres menjemur pakaian, sedang si Otoy kini sedang mengepel lantai.
"Memangnya kenapa Nyak?" tanya si Otoy.
"Si Dini kan kerjanya di tempat hiburan malam kayak gituh, masa kamu gak tahu," jawab ibunya dengan ekspresi wajah yang kurang senang.
"Iyah Ali tahu, dia kerjanya sebagai pemandu karaoke. Tapi semua orang kan bisa berubah Nyak," sahut Otoy sambil tetap mengepel lantai.
"Berubah bagaimana maksudnya?" tanya ibunya si Otoy sedikit penasaran.
"Ya berubah menjadi lebih baik dong Nyak. Bulan ini dia pemandu karaoke, siapa tahu bulan depan dia jadi pramuniaga toko. Hari ini terlihat buruk, siapa tahu besok dia terlihat baik. Nasib orang kan siapa yang tahu Nyak," cerocos Otoy penuh semangat, seakan ingin membela keadaan tambatan hatinya.
"Iyah, ngomong sih gampang. Tapi ngelakuinnya yang susah. Pokoknya Enyak gak mau lihat kamu dekat-dekat sama dia, apalagi sampai pacaran. Jangan sampe deh," ucap ibunya dengan raut muka tidak suka.
"Kalau dia jodoh Ali bagaimana?"
"Tak mungkin. Mending cari yang lain."
"Yee Enyak, kayak Tuhan saja bisa mastiin gituh. Dosa loh. Misalnya sudah cari yang lain, terus tetap menurut Ali, Dini adalah cewek yang terbaik bagi Ali bagaimana?"
"Ah terserah kamu deh, tapi tetap Enyak minta yeh, kalau tidak terpaksa, mending cari cewek yang lain," kali ini ucapan ibunya si Otoy agak melunak sambil masuk ke dalam rumah.
"Iyah Nyak," jawab si Otoy pendek. Dia tidak ingin memperpanjang obrolan ini. Urusannya masih belum jelas, sudah menerka kemana-mana. Belum tentu juga si Dini mau ama gue pikirnya, sambil meneruskan pekerjaan.
Sedang asyiknya si Otoy mengepel, terdengar ada suara panggilan, "Bang, Bang Ali." Sepertinya suara seorang wanita.
Si Otoy pun menghentikan pekerjaannya. Ia menengok ke halaman. Ternyata Dini, sedang berdiri di depan pintu pagar.
Tentu saja, sang Arjuna ini melonjak kegirangan. Ia bergegas menghampiri cewek itu.
"Eh Dini, ada apa?" tanya si Otoy sedikit penasaran. Kan tidak mungkin kalau cewek ini mau nyatain cinta, pikirnya belagak gila.
"Ini, katanya mau nasi uduk. Dini beliin buat Abang dan Enyak," sahut Dini sambil menyodorkan bungkusan plastik hitam.
Untuk sesaat si Otoy kaget. Dia menerima plastik itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Ada senang ada heran.
Sambil tersenyum si Otoy berkata, "Wah terimakasih Din. Berapa nih?" Di dalam hati sih ia berharap agar nasi itu gratis.
Bukan berarti dia ingin makanan gratis. Tapi mengharapkan sesuatu yang namanya perhatian. Bukankah perhatian merupakan salah satu tanda dari rasa sayang atau cinta, pikirnya.
"Enggak usah bayar, gratis kok. Kebetulan aku ada rezeki," jawab Dini.
"Beneran nih?" kejar si Otoy ingin memastikan.
"Bener lah. Masa bohong sih," timpal Dini sambil tersenyum. Tentu saja si Otoy bersorak gembira dalam hati. Ini dia, pikirnya.
"Terimakasih kalau begitu. Nanti Abang bilangin ke Enyak. Ngomong-ngomong tidak mau mampir dulu?" Kata si Otoy ngarep, mukanya terasa lebih cerah daripada sang pagi.
"Nanti saja Bang, Dini harus bawa sarapan ini untuk Enyak dan adik-adik di rumah. Nanti mereka kelaperan nungguin," tolak Dini sambil mulai beranjak hendak pergi.
"Oh gituh. Ya sudah gak apa-apa. Tapi kalau nanti Abang yang mampir je rumah Dini, boleh kan?" ucap si Otoy ucapnya sedikit terbata-bata. Takut ditolak.
"Boleh. Tapi nanti malam saja yah. Kebetulan, Dini lagi libur," sahut Dini sambil tetap melangkah.
"Siap," ucap si Otoy setengah teriak saking senangnya. Dini, hanya tersenyum-senyum saja melihat kelakuan konyol si Otoy ini.
Akhirnya Dini melangkah menjauh diiringi tatapan cinta dari si Otoy. Sampai bayangan gadis itu menghilang baru ia mengalihkan pandangannya. Cinta memang aneh.
"Nyak, nih ada orang ngasih nasi uduk," ucap si Otoy ketika masuk ke dalam rumah.
"Dari siapa?" terdengar sahutan ibunya dari dapur.
"Dini," jawab si Otoy ketika sudah berada di dapur.
"Ah yang bener?" kata emaknya, dengan ekspresi tidak percaya.
"Bener Nyak, masa bohong. Dosa," ucap si Otoy dengan ekspresi muka penuh kemenangan.
"Ya udeh, bilang terimakasih kalau nanti ketemu," timpal ibunya si Otoy sambil nerima nasi uduk tersebut. Orangnya boleh gak suka, pemberiannya sih suka. Hadeuh.
"Iyah Nyak."
"Mau ke rumah Dini, Nyak," jawab Otoy sambil mencabut handphone dari colokannya.
"Ngapain, Enyak gak suka kamu maen ke rumah anak itu. Apa tidak ada perempuan lain," lanjut emaknya si Otoy. Ada nada tidak suka dalam ucapannya.
"Nyak, Ali tahu, kalau Enyak gak suka sama Dini. Tapi, kita belum tahu sebenernya keadaan dia. Makanya Ali mau tahu lebih jauh tentang Dini. Nanti, jika memang dia memang sesuai yang dibayangkan orang-orang, Ali nggak bakal ngelanjutin usaha untuk lebih dekat dengan dia," rajuk Ali dengan muka penuh harap.
"Buat apa, semua orang sudah tahu keadaannya. Ngapain sih kamu ngotot ngedeketin anak itu, kaya kurang kerjaan aja," ucap ibunya si Otoy sewot.
"Iyah, tapi itu kan kata orang Nyak. Belum tentu mereka tahu seluk beluk kehidupan Dini. Contohnya tadi pagi, apakah orang-orang pada tahu, jika cewek itu sebenernya baik," sahut Otoy coba meyakinkan ibunya.
"Orang-orang itu ngomong pasti ada alasannya. Sudah, kamu cari saja yang lain. Ibu gak setuju," kata ibunya sedikit ngotot.
"Gini saja Nyak, kasih izin Ali sekali ini saja. Nanti Ali kasih tahu kenyataan yang sebenarnya. Gimana? Boleh kan?" Pinta Ali dengan wajah memelas mencoba meluluhkan hati emaknya.
"Hah dasar anak bandel. Ya sudah sana. Tapi inget, nanti kamu harus cerita yang sebenernya tentang anak itu. Jangan pake bohong," ancam ibunya. Walau sudah melunak, namun nadanya masih menolak.
"Siap Nyak," sahut si Otoy samb bergegas ke luar takut ibunya berubah pikiran. Berabe.
"Maaf telat, tadi beli martabak dulu. Nih martabaknya," sahut Otoy sambil menyerahkan bungkusan kepada Dini dan ikut masuk ke dalam rumah.
Rumah Dini ternyata hanya sebuah kontrakan kecil. Terdiri dari ruang tamu, ruang tengah untuk tidur dan dapur. Masing-masing ruangan disekat gorden.
"Ah pake repot segala. Ayo duduk. Sebentar Dini bawain air dulu. Mau minum apa?" ucap Dini sambil menerima bungkusan dan menunjuk pada kursi tamu.
"Teh ada?" tanya si Otoy.
"Ada. Sebentar yah Dini buatin," jawab cewek itu sambil masuk ke dalam rumah.
"Siapa itu kak," terdengar ramai pertanyaan dari dalam.
"Kak Ali, sana kalian temenin dulu," terdengar jawaban dari Dini.
Tak lama kemudian muncul tiga orang anak kecil, dua cewek satu cowok dari ruang tengah. Dilihat dari usia, yang satu SMA, SMP dan yang satu SD.
Mereka menyalami Otoy sambil mencium tangannya. Membuat si otoy terenyuh. Serasa sudah jadi seorang bapak.
Tak lama kemudian seorang wanita tua keluar. Ternyata ibunya Dini. Otoy berdiri dan menyalaminya.
Mereka ngobrol ke sana ke mari. Ternyata keluarga Dini cuma berlima. Bapaknya Dini sudah meninggal.
Kini yang menjadi tumpuan hidup keluarga itu adalah Dini. Dibantu ibunya yang kerja serabutan. Seperti mencuci pakaian dan bantu-bantu tetangga.
"Iyah gimana ceritanya?" tanya Enyaknya penuh penasaran.
"Jadi ternyata, Dini kerja di tempat hiburan malam itu karena terpaksa. Dia mesti menghidupi ketiga adiknya yang masih sekolah," randek Otoy sambil menyeruput teh yang disediakan emaknya.
"Terus gimana," kata ibunya penuh penasaran.
"Sebetulnya dia tidak mau kerja di sana. Cuma, kebetulan hanya itu saja jalan yang ada saat ini. Dia sudah coba melamar kerja di mall namun belum ada panggilan kerja," jawab Otoy sambil menatap lekat ibunya seperti ingin tahu apa yang ada di benaknya.
Ibunya Otoy terlihat sedikit tertegun. Kemudian dia bertanya, "Kalau bapak dan ibunya?"
"Bapaknya sudah meninggal. Ibunya kerja serabutan," jawab Otoy dengan nada sedih. Merasa kasihan akan nasib keluarga itu.
"Oh begitu," ucap emaknya pendek. Ada rasa kasihan juga di wajahnya seperti keadaan si Otoy saat ini.
"Enyak, boleh kan kalau Ali membantu keluarga itu?"
"Membantu bagaimana?" tanya emaknya penasaran.
"Ali ingin mengangkat Dini dari dunia malam. Dengan menjadikan dia isteri Ali, gimana menurut Enyak?" sahut si Otoy dengan penuh pengharapan ibunya akan setuju atas usulnya.
"Terserah kamu saja. Tapi kalau bisa, kamu memilih isteri yang lain saja. Belum tentu juga dia calon isteri yang baik. Terus apakah kamu mau menanggung keluarganya," sahut Enyaknya. Sedikit memberi peluang namun masih ragu.
"Mau tidak mau Nyak. Tapi Ali mau nanya, jika kita bangun warung makan di depan, Enyak setuju nggak?"
"Buat apa?"
"Buat usaha tambahan, jika Dini mau jadi isteri Ali."
"Terserah kamu. Jika usaha itu dibuka, kan bukan hanya anak itu yang mengurusnya. Bisa saja cewek kamu yang lain."
"Terimakasih Nyak."
Ternyata, setelah beberapa bulan mengenal kepribadian Dini, Enyaknya si Otoy mulai suka.
"Anak ini sebenarnya baik, hanya sayang nasib yang memaksanya harus hidup seperti itu," pikir ibunya Otoy.
"Pekerjaan apa bang?" tanya Rani penasaran.
"Sebetulnya ada dua pekerjaan buat Dini," sahut si Otoy.
"Ada dua, kerja apa saja?" ucap Dini penuh penasaran.
"Satu, kerja di rumah Abang. Satu lagi kerja bareng akang buka warung nasi. Semua bahan sudah disiapin, jika Dini mau, kita tinggal bangun semuanya. Bagaimana menurut kamu?" Jawab si Otoy. Matanya menatap lekat gadis pujaan di hadapannya. Berharap jawaban yang didengar adalah kata iya.
"Kedua-duanya mau Bang," ucap Dini penuh semangat.
"Nanti dulu, memangnya kamu tahu kerja apa di rumah Abang?"
"Memang kerja apa?" tanya Dini agak sedikit bingung.
"Ngurus Abang," jawab si Otoy dengan suara agak gemetar.
"Ngurus Abang bagaimana?" kejar cewek itu masih belum mengerti kemana arah pembicaraan si Otoy.
"Ng.. gimana yah," si Otoy diam sebentar mencoba mengumpulkan keberanian. "Jadi isteri Abang maksudnya, Din," sahut si Otoy dengan sedikit takut. Ditolak kan ngilu rasanya.
"Gimana yah.." ucap Dini mengambang obrolan. Hening sesaat.
"Bagaimana, mau?" kata si Otoy memecahkan keheningan itu.
"Mau Bang," sahut Dini sambil mengangguk. Dasar betina. Seneng bikin cowok penasaran saja.
"Beneran?" ucap si Otoy dengan nada setengah berteriak karena saking gembiranya.
"Iyah Bang. Tapi bagaimana dengan Enyak. Apa mau punya menantu seperti Dini ini," sahut Dini sambil menatap wajah Otoy dengan rasa was-was.
"Enyak sudah setuju," jawab si Otoy dengan muka yang berseri-seri.
Enyaknya dan Dini membuka warung makanan. Tentunya dibantu oleh mertua si Otoy dan adik-adiknya.
Semuanya berubah, Dini selain pintar masak hingga membuat warungnya maju, juga rajin ke pengajian bareng-bareng ibunya dan emaknya si Otoy. Memang wanita idaman pria cewek ini. Suit suit suiw. Prikitiew.
Baca juga: Meme Lucu Jomblo Gokil Bikin Senyum-Senyum Gak Jelas. (Klik tulisan warna kuningnya)
Kisah yang mengajarkan bahwa sikap seseorang hari ini, bisa berubah dihari esok. Semua tergantung usaha dan kemauan dirinya menyiasati guratan nasib. Salam hangat.
Pagi. Hari yang cerah untuk jiwa yang resah. Namun itu hanyalah sebuah judul lagu.
Karena pagi ini, Otoy terlihat sedang menyapu di halaman rumah. Nampak sapu lidi yang terus bergerak mengumpulkan dedaunan dipegang erat di tangan kanannya.
Tak jauh dekat dia menyapu, sebuah pengki bambu tergeletak. Menunggu tugas utamanya, yaitu mengangkut sampah.
Cerita Cinta Terlarang
Jika saat ini Otoy sedang menyapu, maka dipastikan pagi ini adalah pagi yang indah, segar dan menyenangkan. Tak ada keresahan seperti judul lagu tadi.Otoy, nama aslinya adalah Aliando. Cuma mungkin dikarenakan bentuk wajahnya mirip tokoh kartun di koran, teman-teman dia memanggilnya Otoy. Ah dasar anak muda, ada-ada saja.
Hari itu dia libur bekerja, karena hari Minggu. Maka waktu kosongnya ia gunakan untuk membantu emaknya. Otoy ini memang cowok yang soleh.
Bagaimana tampangnya? Ganteng. Sebelas dua belas dengan Aliando yang artis itu. Cuma yang sana artis, yang ini pegawai kantoran. Itu saja bedanya.
Ketika Otoy sedang asyik menyapu dekat pagar, dikejauhan nampak sedang berjalan mendekat seorang wanita cantik.
Sontak dia merasa senang. "Si cantik bakal lewat," gumamnya di hati. Kini gerakan sapunya sedikit melambat, gantian detakan jantungnya yang bergerak cepat.
Cewek itu namanya Dini. Wajah dan tubuhnya mirip dengan Nikita Mirzani. Putih, semok dan demplon. Olala.
Tak heran jika Otoy naksir berat terhadap cewek ini. Hanya ketakutan saja yang membuat dia belum berani beraksi.
Kini cewek itu sudah ada di hadapannya. Otoy pun mulai usaha, "Dini, mau kemana nih?" tanyanya sambil senyum-senyum.
Dini menengok sebentar, setelah tahu siapa yang bertanya, dia menjawab sambil tersenyum, "Mau ke depan Bang, beli nasi uduk."
Senyum inilah yang membuat Otoy tergila-gila. Rasanya sawah yang lima hektar, Kebo lima ekor, ingin dikasih saja sebagai mahar. Itu juga kalau punya.
"Boleh dong Abang dibagi satu," canda Otoy. Ingin mengetahui reaksi cewek bohay ini.
"Oh Abang mau, iya nanti Dini beliin," sahut Dini tanpa mikir panjang.
Sebuah jawaban yang membuat Otoy semakin dalam merasa bahwa inilah wanita yang cocok bagi dirinya.
Kisah Cinta Terlarang
"Ali, sudah beres nyapunya? Sehabis itu ngepel lantai yah," terdengar ibunya si Otoy teriak kencang. Dia keluar dari rumahnya sambil bawa cucian."Hadeuh si Enyak, bikin malu saja," gerutu si Otoy dalam hati. Apalagi ketika si Dini senyum-senyum, serasa berkurang nilai plusnya di mata cewek ini. Namun diluaran ia menyahut sambil tetap semringah, "Iya Nyak."
"Abang rajin yah," ucap Dini. Entah meledek atau memang kagum.
"Ah biasa saja," sahut si Otoy bingung harus senang atau merasa keki.
"Enyak lihat, kamu sudah beres nyapunya. Cepetan kamu ngepel, itu lantai pada kotor," kembali ibunya si Otoy menyela. Sepertinya ingin mengganggu obrolan mereka.
"Iyah Nyak, sebentar. Ali kan lagi ngobrol," sahut si Otoy agak kesal. Merasa terganggu kesenangannya.
"Ya udah Bang, Dini pergi dulu yah. Nanti gak selesai-selesai kalau kita ngobrol. Lagian takut kehabisan nasi uduknya," ucap Dini sambil mulai berjalan.
"Iya, maaf yah," sahut si Otoy sambil senyum-senyum kagak jelas.
"Ya," jawab Dini sambil terus berjalan. Diiringi tatapan si Otoy yang penuh lamunan.
"Coba gue yang nganter, coba kita bareng-bareng beli nasi uduknya."
Si Otoy mulai mengeduk sampah pakai pengki dan memasukkannya ke tempat sampah. Kemudian dia mulai membakarnya.
"Ali, kamu jangan sampai punya isteri seperti si Dini itu," terdengar ucapan ibunya si Otoy. Tampaknya ia sudah beres menjemur pakaian, sedang si Otoy kini sedang mengepel lantai.
"Memangnya kenapa Nyak?" tanya si Otoy.
"Si Dini kan kerjanya di tempat hiburan malam kayak gituh, masa kamu gak tahu," jawab ibunya dengan ekspresi wajah yang kurang senang.
"Iyah Ali tahu, dia kerjanya sebagai pemandu karaoke. Tapi semua orang kan bisa berubah Nyak," sahut Otoy sambil tetap mengepel lantai.
"Berubah bagaimana maksudnya?" tanya ibunya si Otoy sedikit penasaran.
"Ya berubah menjadi lebih baik dong Nyak. Bulan ini dia pemandu karaoke, siapa tahu bulan depan dia jadi pramuniaga toko. Hari ini terlihat buruk, siapa tahu besok dia terlihat baik. Nasib orang kan siapa yang tahu Nyak," cerocos Otoy penuh semangat, seakan ingin membela keadaan tambatan hatinya.
"Iyah, ngomong sih gampang. Tapi ngelakuinnya yang susah. Pokoknya Enyak gak mau lihat kamu dekat-dekat sama dia, apalagi sampai pacaran. Jangan sampe deh," ucap ibunya dengan raut muka tidak suka.
"Kalau dia jodoh Ali bagaimana?"
"Tak mungkin. Mending cari yang lain."
"Yee Enyak, kayak Tuhan saja bisa mastiin gituh. Dosa loh. Misalnya sudah cari yang lain, terus tetap menurut Ali, Dini adalah cewek yang terbaik bagi Ali bagaimana?"
"Ah terserah kamu deh, tapi tetap Enyak minta yeh, kalau tidak terpaksa, mending cari cewek yang lain," kali ini ucapan ibunya si Otoy agak melunak sambil masuk ke dalam rumah.
"Iyah Nyak," jawab si Otoy pendek. Dia tidak ingin memperpanjang obrolan ini. Urusannya masih belum jelas, sudah menerka kemana-mana. Belum tentu juga si Dini mau ama gue pikirnya, sambil meneruskan pekerjaan.
Sedang asyiknya si Otoy mengepel, terdengar ada suara panggilan, "Bang, Bang Ali." Sepertinya suara seorang wanita.
Si Otoy pun menghentikan pekerjaannya. Ia menengok ke halaman. Ternyata Dini, sedang berdiri di depan pintu pagar.
Tentu saja, sang Arjuna ini melonjak kegirangan. Ia bergegas menghampiri cewek itu.
"Eh Dini, ada apa?" tanya si Otoy sedikit penasaran. Kan tidak mungkin kalau cewek ini mau nyatain cinta, pikirnya belagak gila.
"Ini, katanya mau nasi uduk. Dini beliin buat Abang dan Enyak," sahut Dini sambil menyodorkan bungkusan plastik hitam.
Untuk sesaat si Otoy kaget. Dia menerima plastik itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Ada senang ada heran.
Sambil tersenyum si Otoy berkata, "Wah terimakasih Din. Berapa nih?" Di dalam hati sih ia berharap agar nasi itu gratis.
Bukan berarti dia ingin makanan gratis. Tapi mengharapkan sesuatu yang namanya perhatian. Bukankah perhatian merupakan salah satu tanda dari rasa sayang atau cinta, pikirnya.
"Enggak usah bayar, gratis kok. Kebetulan aku ada rezeki," jawab Dini.
"Beneran nih?" kejar si Otoy ingin memastikan.
"Bener lah. Masa bohong sih," timpal Dini sambil tersenyum. Tentu saja si Otoy bersorak gembira dalam hati. Ini dia, pikirnya.
"Terimakasih kalau begitu. Nanti Abang bilangin ke Enyak. Ngomong-ngomong tidak mau mampir dulu?" Kata si Otoy ngarep, mukanya terasa lebih cerah daripada sang pagi.
"Nanti saja Bang, Dini harus bawa sarapan ini untuk Enyak dan adik-adik di rumah. Nanti mereka kelaperan nungguin," tolak Dini sambil mulai beranjak hendak pergi.
"Oh gituh. Ya sudah gak apa-apa. Tapi kalau nanti Abang yang mampir je rumah Dini, boleh kan?" ucap si Otoy ucapnya sedikit terbata-bata. Takut ditolak.
"Boleh. Tapi nanti malam saja yah. Kebetulan, Dini lagi libur," sahut Dini sambil tetap melangkah.
"Siap," ucap si Otoy setengah teriak saking senangnya. Dini, hanya tersenyum-senyum saja melihat kelakuan konyol si Otoy ini.
Akhirnya Dini melangkah menjauh diiringi tatapan cinta dari si Otoy. Sampai bayangan gadis itu menghilang baru ia mengalihkan pandangannya. Cinta memang aneh.
"Nyak, nih ada orang ngasih nasi uduk," ucap si Otoy ketika masuk ke dalam rumah.
"Dari siapa?" terdengar sahutan ibunya dari dapur.
"Dini," jawab si Otoy ketika sudah berada di dapur.
"Ah yang bener?" kata emaknya, dengan ekspresi tidak percaya.
"Bener Nyak, masa bohong. Dosa," ucap si Otoy dengan ekspresi muka penuh kemenangan.
"Ya udeh, bilang terimakasih kalau nanti ketemu," timpal ibunya si Otoy sambil nerima nasi uduk tersebut. Orangnya boleh gak suka, pemberiannya sih suka. Hadeuh.
"Iyah Nyak."
Hubungan Terlarang
"Mau kemana kamu Ali, rapih begitu?" tanya ibunya si Otoy ketika melihat anaknya berpakaian rapih malam itu."Mau ke rumah Dini, Nyak," jawab Otoy sambil mencabut handphone dari colokannya.
"Ngapain, Enyak gak suka kamu maen ke rumah anak itu. Apa tidak ada perempuan lain," lanjut emaknya si Otoy. Ada nada tidak suka dalam ucapannya.
"Nyak, Ali tahu, kalau Enyak gak suka sama Dini. Tapi, kita belum tahu sebenernya keadaan dia. Makanya Ali mau tahu lebih jauh tentang Dini. Nanti, jika memang dia memang sesuai yang dibayangkan orang-orang, Ali nggak bakal ngelanjutin usaha untuk lebih dekat dengan dia," rajuk Ali dengan muka penuh harap.
"Buat apa, semua orang sudah tahu keadaannya. Ngapain sih kamu ngotot ngedeketin anak itu, kaya kurang kerjaan aja," ucap ibunya si Otoy sewot.
"Iyah, tapi itu kan kata orang Nyak. Belum tentu mereka tahu seluk beluk kehidupan Dini. Contohnya tadi pagi, apakah orang-orang pada tahu, jika cewek itu sebenernya baik," sahut Otoy coba meyakinkan ibunya.
"Orang-orang itu ngomong pasti ada alasannya. Sudah, kamu cari saja yang lain. Ibu gak setuju," kata ibunya sedikit ngotot.
"Gini saja Nyak, kasih izin Ali sekali ini saja. Nanti Ali kasih tahu kenyataan yang sebenarnya. Gimana? Boleh kan?" Pinta Ali dengan wajah memelas mencoba meluluhkan hati emaknya.
"Hah dasar anak bandel. Ya sudah sana. Tapi inget, nanti kamu harus cerita yang sebenernya tentang anak itu. Jangan pake bohong," ancam ibunya. Walau sudah melunak, namun nadanya masih menolak.
"Siap Nyak," sahut si Otoy samb bergegas ke luar takut ibunya berubah pikiran. Berabe.
Pengenalan
"Eh Abang, ayo masuk. Kirain gak jadi," kata Dini ketika membuka pintu rumahnya dan nampak si Otoy sedang tersenyum menatapnya."Maaf telat, tadi beli martabak dulu. Nih martabaknya," sahut Otoy sambil menyerahkan bungkusan kepada Dini dan ikut masuk ke dalam rumah.
Rumah Dini ternyata hanya sebuah kontrakan kecil. Terdiri dari ruang tamu, ruang tengah untuk tidur dan dapur. Masing-masing ruangan disekat gorden.
"Ah pake repot segala. Ayo duduk. Sebentar Dini bawain air dulu. Mau minum apa?" ucap Dini sambil menerima bungkusan dan menunjuk pada kursi tamu.
"Teh ada?" tanya si Otoy.
"Ada. Sebentar yah Dini buatin," jawab cewek itu sambil masuk ke dalam rumah.
"Siapa itu kak," terdengar ramai pertanyaan dari dalam.
"Kak Ali, sana kalian temenin dulu," terdengar jawaban dari Dini.
Tak lama kemudian muncul tiga orang anak kecil, dua cewek satu cowok dari ruang tengah. Dilihat dari usia, yang satu SMA, SMP dan yang satu SD.
Mereka menyalami Otoy sambil mencium tangannya. Membuat si otoy terenyuh. Serasa sudah jadi seorang bapak.
Tak lama kemudian seorang wanita tua keluar. Ternyata ibunya Dini. Otoy berdiri dan menyalaminya.
Mereka ngobrol ke sana ke mari. Ternyata keluarga Dini cuma berlima. Bapaknya Dini sudah meninggal.
Kini yang menjadi tumpuan hidup keluarga itu adalah Dini. Dibantu ibunya yang kerja serabutan. Seperti mencuci pakaian dan bantu-bantu tetangga.
Penjelasan Tentang Cinta
"Nyak, Ali mau cerita tentang Dini nih," ucap Ali ketika dia pulang dari rumahnya."Iyah gimana ceritanya?" tanya Enyaknya penuh penasaran.
"Jadi ternyata, Dini kerja di tempat hiburan malam itu karena terpaksa. Dia mesti menghidupi ketiga adiknya yang masih sekolah," randek Otoy sambil menyeruput teh yang disediakan emaknya.
"Terus gimana," kata ibunya penuh penasaran.
"Sebetulnya dia tidak mau kerja di sana. Cuma, kebetulan hanya itu saja jalan yang ada saat ini. Dia sudah coba melamar kerja di mall namun belum ada panggilan kerja," jawab Otoy sambil menatap lekat ibunya seperti ingin tahu apa yang ada di benaknya.
Ibunya Otoy terlihat sedikit tertegun. Kemudian dia bertanya, "Kalau bapak dan ibunya?"
"Bapaknya sudah meninggal. Ibunya kerja serabutan," jawab Otoy dengan nada sedih. Merasa kasihan akan nasib keluarga itu.
"Oh begitu," ucap emaknya pendek. Ada rasa kasihan juga di wajahnya seperti keadaan si Otoy saat ini.
"Enyak, boleh kan kalau Ali membantu keluarga itu?"
"Membantu bagaimana?" tanya emaknya penasaran.
"Ali ingin mengangkat Dini dari dunia malam. Dengan menjadikan dia isteri Ali, gimana menurut Enyak?" sahut si Otoy dengan penuh pengharapan ibunya akan setuju atas usulnya.
"Terserah kamu saja. Tapi kalau bisa, kamu memilih isteri yang lain saja. Belum tentu juga dia calon isteri yang baik. Terus apakah kamu mau menanggung keluarganya," sahut Enyaknya. Sedikit memberi peluang namun masih ragu.
"Mau tidak mau Nyak. Tapi Ali mau nanya, jika kita bangun warung makan di depan, Enyak setuju nggak?"
"Buat apa?"
"Buat usaha tambahan, jika Dini mau jadi isteri Ali."
"Terserah kamu. Jika usaha itu dibuka, kan bukan hanya anak itu yang mengurusnya. Bisa saja cewek kamu yang lain."
"Terimakasih Nyak."
Mengenal Lebih Dekat
Sudah beberapa minggu Dini main ke rumahnya Otoy. Sengaja si Otoy mengajak cewek itu agar lebih dikenal oleh ibunya.Ternyata, setelah beberapa bulan mengenal kepribadian Dini, Enyaknya si Otoy mulai suka.
"Anak ini sebenarnya baik, hanya sayang nasib yang memaksanya harus hidup seperti itu," pikir ibunya Otoy.
Lamaran
"Din, abang punya pekerjaan untuk kamu. Kira-kira kamu mau nggak?" tanya Otoy waktu dia sedang main ke rumah cewek itu."Pekerjaan apa bang?" tanya Rani penasaran.
"Sebetulnya ada dua pekerjaan buat Dini," sahut si Otoy.
"Ada dua, kerja apa saja?" ucap Dini penuh penasaran.
"Satu, kerja di rumah Abang. Satu lagi kerja bareng akang buka warung nasi. Semua bahan sudah disiapin, jika Dini mau, kita tinggal bangun semuanya. Bagaimana menurut kamu?" Jawab si Otoy. Matanya menatap lekat gadis pujaan di hadapannya. Berharap jawaban yang didengar adalah kata iya.
"Kedua-duanya mau Bang," ucap Dini penuh semangat.
"Nanti dulu, memangnya kamu tahu kerja apa di rumah Abang?"
"Memang kerja apa?" tanya Dini agak sedikit bingung.
"Ngurus Abang," jawab si Otoy dengan suara agak gemetar.
"Ngurus Abang bagaimana?" kejar cewek itu masih belum mengerti kemana arah pembicaraan si Otoy.
"Ng.. gimana yah," si Otoy diam sebentar mencoba mengumpulkan keberanian. "Jadi isteri Abang maksudnya, Din," sahut si Otoy dengan sedikit takut. Ditolak kan ngilu rasanya.
"Gimana yah.." ucap Dini mengambang obrolan. Hening sesaat.
"Bagaimana, mau?" kata si Otoy memecahkan keheningan itu.
"Mau Bang," sahut Dini sambil mengangguk. Dasar betina. Seneng bikin cowok penasaran saja.
"Beneran?" ucap si Otoy dengan nada setengah berteriak karena saking gembiranya.
"Iyah Bang. Tapi bagaimana dengan Enyak. Apa mau punya menantu seperti Dini ini," sahut Dini sambil menatap wajah Otoy dengan rasa was-was.
"Enyak sudah setuju," jawab si Otoy dengan muka yang berseri-seri.
Pernikahan
Akhirnya yang terjadi, terjadilah. Si Otoy menikah dengan Dini.Enyaknya dan Dini membuka warung makanan. Tentunya dibantu oleh mertua si Otoy dan adik-adiknya.
Semuanya berubah, Dini selain pintar masak hingga membuat warungnya maju, juga rajin ke pengajian bareng-bareng ibunya dan emaknya si Otoy. Memang wanita idaman pria cewek ini. Suit suit suiw. Prikitiew.
Baca juga: Meme Lucu Jomblo Gokil Bikin Senyum-Senyum Gak Jelas. (Klik tulisan warna kuningnya)
Akhir yang bahagia.
Demikian Kisah Cinta Terlarang ini. Sebuah cerita yang mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan orang lain belum tentu sepenuhnya kita tahu.Kisah yang mengajarkan bahwa sikap seseorang hari ini, bisa berubah dihari esok. Semua tergantung usaha dan kemauan dirinya menyiasati guratan nasib. Salam hangat.