Dongeng Romantis untuk Pacar Tidur Lucu
Dongeng Romantis untuk Pacar Tidur Lucu ini kita hadirkan bagi kalian yang sedang kasmaran dan dibelit oleh cinta asmara yang manis.
Penulis merasakan gairah cinta memang membuat kita berasa melayang. Berasa ada di dunia penuh bunga. Berasa hidup di dunia lain.
Terasa dunia ini penuh senyum, penuh dengan hal yang lucu dan menggemaskan. Karena kita sedang hidup dalam dunia cinta. Maka terlahirlah kisah ini.
Cerita ini berlatar belakang kehidupan di zaman kerajaan di daerah Sunda dahulu. Dan tentunya hanyalah fiktif belaka.
Yuk ah, kita berangkat untuk menyimaknya.
Dongeng Romantis untuk Pacar Tidur Lucu
Konon katanya di kerajaan Dudulur, ada seorang Ratu cantik yang sangat jahat. Nama Ratu itu Pratiwi. Selain jahat ia juga terkenal serakah akan harta benda.
Hobinya mengumpulkan permata yang gemerlap dari seluruh negeri. Maka tak heran, di negerinya, tak ada satupun orang yang bisa memakai permata karena semuanya pasti dirampas oleh sang Ratu ini.
Sebelum menjadi Ratu, dia hanyalah perempuan dusun biasa. Namun karena kecantikannya yang terkenal hingga kerajaan membuat ia dijadikan isteri oleh sang raja.
Ratu Pratiwi bisa menjabat menjadi penguasa tunggal kerajaan dikarenakan oleh satu aturan kerajaan yang turun temurun. Aturannya adalah; bahwa barang siapa yang bisa membunuh raja, maka dia berhak menjadi raja.
Oleh karena aturan ini, raja-raja sebelumnya yang memimpin kerajaan Dudulur amatlah sakti-sakti. Mereka mempunyai ilmu kedigjayaan tinggi dan ilmu kebal yang hebat. Sehingga jarang ada yang berani bagi seorangpun untuk menantang sang raja.
Namun sesakti-saktinya manusia, merekapun punya kelemahan. Seperti sang raja yang jadi suaminya Ratu Pratiwi ini, ia terkenal mata keranjang. Hingga banyak sekali selir-selirnya yang mengisi gedung istana.
Hal ini pula yang membuat Ratu Pratiwi bisa masuk ke dalam istana. Dengan kecantikannya ia memperdaya raja untuk menjadikannya permaisuri kerajaan menggantikan permaisuri yang syah.
Tak cukup hanya sampai situ, ia pun meracuni sang raja, yaitu suaminya sendiri hingga meninggal. Tanpa merasa bersalah, ia mengaku kepada seluruh istana bahwa dialah yang meracuni sang raja.
Walau merasa keberatan, namun seluruh negeri akhirnya mengangkat Ratu Pratiwi menjadi penguasa tunggal kerajaan Dudulur menggantikan suami yang telah dibunuhnya mengikuti peraturan yang ada.
Penjahat Tampan
Nun jauh di sana, di sebuah dusun dekat gunung Papandayan ada seorang lelaki, namanya Badra. Dia seorang penjahat yang licik. Terkenal sekali hingga seluruh negeri dan mempunyai julukan Si Bukan Penjahat Kelamin.
Tak seorangpun tahu kenapa Badra mendapat julukan seperti itu. Pembaca pasti penasaran bukan, sama.. saya juga sebagai penulisnya pun penasaran...😁
Sudah banyak harta yang ia kumpulkan dari merampok rakyat dan pembesar istana. Beberapa kali prajurit kerajaan mencoba menangkapnya namun tak pernah berhasil karena ilmu kesaktian yang ia dapat dari bertapa di goa-goa pinggir laut kidul, Pameungpeuk sana.
Tapi, walau sakti, ia mempunyai kelemahan. Ilmu kesaktiannya akan hilang jika memakan buah pisang. Oleh karena itu, tidak ada satupun pohon pisang yang berdiri di depan rumahnya.
Penduduk kampung di sekitar persembunyiaan Badra yang terletak di dalam hutan tidak ada satupun yang berani menanam pohon pisang. Mereka takut didatangi oleh Badra dan dibunuh karena berani menanam pohon pisang, walaupun tidak pernah terbukti ketakutan itu.
Kabar bahwa Badra mempunya kelemahan, akhirnya terdengar juga oleh prajurit kerajaan. Oleh karena itu berbagai usaha dilakukan untuk menjerat Badra agar memakan buah pisang dilakukan. Namun usaha inipun selalu menemui kegagalan. Hingga akhirnya mereka mulai menyerah.
Namun, seperti hari yang selalu berganti. Atau kesenangan dan kesedihan yang selalu datang dan pergi. Begitu juga dengan peruntungan nasib Badra.
Siasat Wanita Cantik
Suatu hari dia sedang jalan-jalan di sungai sambil membawa panah. Ia berniat mencari ikan dengan panahnya. Sedang asyik-asyiknya dia menelusuri sungai, tak sadar dirinya tiba di depan rumah seorang penduduk.
Tampak olehnya seorang perempuan cantik sedang bercengkrama dengan monyet di pinggir sungai di depan rumah itu. Ternyata penjahat juga manusia, saudara-saudara. Ia mendekati perempuan itu, tertarik dengan kecantikannya.
Ketika tiba di hadapan sang wanita, iapun terpesona. Jatuh cinta pada pandangan pertama! Olala… syuit .. syuit… 😋
Tak sedikitpun pandangannya berpaling dari wanita itu beberapa saat lamanya. Hingga ia tersadar ketika ada suara lembut halus menyapanya.
“Akang, ada apa, kok mandangin Eneng seperti begitu?” mendengar ini, Badra pun tersadar dari keterpanaannya.
“Anu… anu .. Neng. Akang teh lagi mencari ikan, buat makan siang nanti,” jawab Badra sambil tersenyum. Sebuah senyum yang langka datang dari mulut Badra. Hanya segelintir orang yang bisa melihat senyum Badra, saking susahnya.
“Oooh… Akang lagi nyari ikan. Yah atuh sok, silahkan. Tuh banyak ikan di sungai, sekalian kalau sudah dapat, nanti Eneng dibagi yah,” ucap perempuan itu sambil menunjuk ke sungai di bawah kakinya.
“Demi Eneng, siaplah,” ucap Badra merasa mendapat angin, dengan sigap turun ke sungai. Celingak-celinguk sebentar sambil mengambil anak panah dari tempatnya.
Demi dilihat ada ikan besar yang lewat, secepat kilat dengan ilmunya yang sudah sangat tinggi dipanahnya ikan itu.
Sreeeet.. terdengar suara anak panah membelah angin terdengar begitu keras, saking besarnya tenaga yang dikeluarkan Badra.
Hal ini Badra lakukan selain untuk membunuh ikan, juga sekalian pamer kekuatan kepada perempuan yang ada di sampingnya. Memang tidak salah apa yang dilakukan Badra, karena perempuan itu begitu terpukau dengan kelakuannya hingga membuat ia semakin menjadi-jadi.
“Aduh si Akang teh hebat, sekali panah ikan langsung didapat,” terdengar si perempuan itu berseru demi melihat ikan tertembus anak panah yang dilepaskan oleh Badra sambil tepuk tangan.
“Ah ini belum seberapa Neng, masih ada keahlian Akang lain yang belum Eneng lihat,” sombong Badra sambil mesam-mesem dan hidungnya kembang kempis merasa bangga dipuji.
“Oh yah? boleh dong Eneng melihat ilmu Akang yang lainnya?” tanya perempuan itu sambil tersenyum manis.
“Boleh..boleh… untuk Eneng, Akang pasti menunjukkannya, tapi nanti yah,” jawab Badra sambil mengambil ikan yang mengambang di air hasil memanah.
Diambilnya rumput tali yang ada dipinggir sungai, kemudian ia masukkan rumput itu ke dalam rahang ikan dan menalikannya.
“Neng, pegangin dulu yah, Akang mau nyari lagi yang lain,” ucap Badra sambil menyerahkan tali rumput yang menggantung ikan kepada perempuan itu
“Baik, Akang,” tukas perempuan itu sambil menerima tali yang disodorkan oleh Badra.
Entah sengaja atau tidak, tangan halus putih itu memegang tangan Badra. Hal ini membuat Badra panas dingin dan badannya bergetar, tampak wajahnya memerah.
“Kenapa Akang wajahnya merah begitu?” tanya perempuan itu dengan polosnya.
“Ooh.. emh... ini Neng, Akang teh lagi menahan kentut,” salah tingkah melanda Badra hingga jawabannya melantur. ☺️
“Iiih jorok si Akang mah, jangan di sini atuh kentutnya,” jerit perempuan itu manja sambil cekikikan.
“Eh bukan mau kentut Neng, Akang salah ngomong tadi, maaf yah. Kok Akang jadi ngomong pengen kentut yah, padahal tadinya Akang mau bilang; kenapa wajah Eneng teh kok imut,” ucap Badra sambil gelagapan salah tingkah.
“Hihihi….bisa ajah nih si Akang… ya sudah atuh, sok dilanjut nyari ikannya,” ucap perempuan itu sambil duduk di atas batu. Tangan kirinya mengelus monyet yang setia bergelantung di pundaknya sambil memandangi Badra yang sedang berburu ikan.
Hanya butuh waktu lima belas menit saja bagi Badra untuk mendapatkan jumlah ikan yang banyak, tak terasa sudah ada 10 ikan yang besar-besar yang dipanahnya hingga membuat kerepotan perempuan itu.
“Akang, ini ikannya sudah banyak atuh, cukuplah,” teriak perempuan itu meminta Badra untuk berhenti mencari ikan.
“Oh iyah Akang lupa, saking asyiknya nih, ya sudah kita selesaikan acara nyari ikannya yah,” ucap Badra sambil beranjak ke darat.
“Iyah Akang, Eneng udah pegal nih meganginnya.”
“Aduh maaf Neng, sini Akang pegangin,” ucap Badra gesit menghampiri perempuan cantik itu. Dan seperti tadi, tangan halus perempuan itu bersinggungan dengan kulit tangannya. Sekali lagi, hati Badra berdebar-debar, tak terasa badannya menggigil kembali.
“Aeh… itu si Akang badannya gemetaran, sepertinya kedinginan yah Kang, yuk ke rumah Eneng, nanti Eneng buatkan perapian untuk menghangatkan badan Akang sambil kita ngebakar ikan,” ucap wanita itu dengan wajah penuh perhatian.
“Ayuk.. ayuk .. Neng,” Badra menjawab penuh semangat empat lima. Akhirnya mereka beriringan berjalan melewati jalan setapak.
Di tempat yang agak becek, tiba-tiba perempuan itu terpeleset hendak jatuh. Namun dengan sigap Badra menangkap tubuh perempuan itu sebelum tubuh itu terjerembab di lumpur. Ow ow wow… berasa jadi pahlawan banget perasaan Badra saat itu. Nilai tambah nih...😍
“Hati-hati Neng,” ucap Badra sambil mendirikan tubuh perempuan itu. Tercium olehnya bau semerbak dari tubuh perempuan itu. Sekali lagi, hatinya kebat-kebut.
“Makasih Kang, kalau tidak ada Akang, mungkin sekarang baju Eneng kotor semua,” kata perempuan itu dengan wajah memerah yang menambah kecantikannya di mata Badra.
“Ah itu mah hal kecil Neng,” pukas Badra dengan senyumnya yang cerah. Merasa mendapat angin.
“Memang si Akang ini cowok idaman para wanita, kayaknya,” puji wanita cantik itu.
“Ah masa sih Neng,” tanya Badra sambil tertawa lebar, kembali hidungnya terasa cenat-cenut.
“Beneran Kang,” jawab perempuan itu lugu.
Percakapan terhenti ketika mereka tiba di rumah perempuan itu.
Penangkapan
“Kang, nitip monyet Eneng dulu yah. Eneng mau ke belakang, ngambil kayu buat kita bakar ikan,” ucap perempuan itu sambil menyerahkan monyet yang ada di gendongannya. Badra pun dengan sigap menerimanya.
Tak lama kemudian perempuan itu keluar sambil membawa kayu bakar yang banyak di pondongannya. “Ayo Kang kita bakar ikannya,” ajak perempuan itu sambil menyalakan api.
“Yuuuuk… biar akang aja deh yang membakarnya. Neng nonton saja, pokoknya tahu beres saja lah,” Badra menunjukkan semangat yang membara.
Dasar cowok, ternyata dimana-mana sama. Makanya penulis tidak pernah suka sama cowok, karena cowok itu gesit dan siap membantu jika ada maunya saja.. 😛
Tak lama, ikan matang, wanginya membuat perut yang keroncongan semakin tambah bunyi. Dengan sigap Badra menyorongkan ikan hasil bakaran kepada perempuan cantik itu. Sambil tersenyum manis perempuan itu menerimanya. Merekapun makan ikan bakar dengan nikmatnya.
“Sebentar yah Kang, Neng ambil buah untuk cuci mulut,” ucap perempuan itu ketika mereka beres makan.
“Silahkan, sama sekalian, kalau boleh Akang minta air minum, agak seret nih.”
“Aduh, maaf Eneng lupa. Tamu belum diberi air minum. Iyah nanti sekalian Eneng bawa minumannya.”
Tak lama kemudian perempuan itu membawa 5 potong buah pisang dalam piring serta kendi lengkap dengan cangkir tembikarnya. “Nih Kang, air dan buahnya untuk cuci mulut. Habiskan yah. Sekalian Eneng minta tolong kasih makan monyet kesayangan Eneng itu,” ucap perempuan itu menunjuk kepada monyet yang sedang digendong oleh Badra
Entah kenapa, Badra tidak menyadari bahwa buah pisang yang disodorkan oleh perempuan itu adalah sumber mala petaka baginya.
Sepertinya, kecantikan wanita itu telah melenakannya, hingga tidak ingat sedikitpun akan pantangan ilmu kesaktian. Maka dengan lahap ia memakan pisang itu dan mengupas satu buah untuk monyet yang sedang digendong, kemudian menyuapinya.
Tiba-tiba…. Ketika Badra sedang asyik makan buah pisang….
Sst… sst…. Segerombolan orang berseragam berloncatan dari balik pepohonan berdiri mengurung Badra, membuat monyet yang digendong oleh Badra meloncat kabur ke dalam rumah. Wajah mereka begitu garang. Dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, sepertinya prajurit kerajaan.
“Badra, menyerahlah atau kami akan membunuhmu,” bentak salah seorang dari prajurit itu.
“Prajurit dodol, jangan harap kalian bisa menangkapku. Kalian semua tahu pasti kesaktian yang aku punya bukan, jadi pergilah kalian semua sebelum juraganmu ini marah,” tantang Badra dengan kalem, dia belum sadar akan keadaan dirinya.
“Hahahaha…. Memang kami tahu kalau engkau ini sakti, tapi hari ini kami pasti menangkapmu. Hari keberuntungan kamu sudah lenyap. Ayo kawan-kawan kita tangkap bajingan ini,” jawab prajurit yang paling tua sambil meloncat menubruk ke arah Badra, diikuti oleh anak buahnya.
Melihat bahaya yang datang, Badra sigap hendak berdiri dan menghindar dari sergapan para prajurit kerajaan. Namun, ia terkaget-kaget ketika tidak ada sedikitpun tenaga yang ada pada tubuhnya. Tulang-tulangnya terasa lemah tak bisa digerakkan. Baru sadar ia sekarang akan pantangan ilmunya.
Tak ayal, iapun tertangkap dengan mudahnya. Badra melirik ke arah perempuan itu, tampak perempuan itu terlihat sedih namun tidak menampakkan ketakutan. Dia baru sadar sekarang, kalau sudah dijebak.
“Ternyata kamu telah menjebak aku Neng, tega sekali,” ucap Badra sambil memandang pada perempuan cantik itu.
“Maafkan aku Akang, Eneng hanyalah makhluk lemah yang tak punya kekuatan apapun,” jawab perempuan itu sendu. Akhirnya Badra digiring ke kerajaan untuk diadili.
Kabar Tertangkapnya Penjahat Tampan
Besoknya, kabar tentang tertangkapnya Badra sang buronan nomor satu kerajaan tersiar dengan cepatnya. Ada yang bahagia dengan kabar itu, namun ternyata banyak yang kecewa.
Walau seorang penjahat, namun pada dasarnya Badra ibarat seorang pahlawan, karena berani menantang kekuasaan Ratu Pratiwi yang bobrok.
Semua orang berbondong-bondong ke alun-alun kerajaan, penasaran ingin mendengar pengumuman dari pihak kerajaan tentang kebenaran berita itu.
“Rakyatku sekalian, kami mengumumkan berita baik hari ini. Kami telah menangkap seorang penjahat yang selama ini kita cari. Penjahat yang selalu meresahkan negeri ini, yaitu Badra yang kita ketahui berjuluk Si Bukan Penjahat Kelamin. Besok siang, dia akan dihukum dengan dimasukkan ke dalam ruang kekejaman,” terdengar suara lantang dari seorang yang berpakaian pejabat kerajaan.
Mendengar pengumuman tersebut, terdengar ramai suara kasak kusuk dari penduduk yang hadir.
“Wah, habislah riwayatnya dia”, “Kalau dimasukkan ke Ruang kekejaman, sudah beres ceritanya”, “Sungguh kasihan dia, disiksa di ruang kekejaman, mendingan dipenggal saja langsung deh daripada dimasukkan ke sana, pasti tersiksa”. Dan suara-suara lainnya yang mengasihani nasib Badra sang penjahat ini.
Ruang kekejaman adalah sebuah ruang yang sengaja dibuat oleh raja-raja terdahulu untuk menakuti musuh-musuh yang ingin menggulingkan kekuasaannya.
Di dalam ruang kekejaman itu banyak terdapat binatang buas dan berbisa yang sengaja dimasukkan. Jika sudah masuk, tak ada satupun orang yang bisa keluar dari situ hidup-hidup saking mengerikannya hukuman itu.
Tibalah hari yang dinanti-nanti oleh seluruh penduduk, yaitu hari penghukuman Badra. Berduyun-duyun orang datang ke kotaraja ingin menyaksikan acara penghukuman.
Mereka berkumpul bersama-sama pedagang dadakan di alun-alun kota. Menjelang siang hari, akhirnya Badra digiring oleh prajurit kerajaan dalam keadaan diborgol diiringi oleh Ratu Pratiwi.
Hukuman Mengerikan
Hari itu Ratu Pratiwi terlihat sangat cantik. Gaunnya yang megah bertahtakan intan permata yang bercahaya sehingga membuat silau yang memandang. Ibu-ibu hanya bisa menelan ludah dan kagum demi melihat keadaan Ratu Pratiwi itu.
Diantara mereka tampak Ibu Uneh, Ibu Nining, Ibu Ucih, Ibu Cicih yang nafsu sekali melihat pernak-pernik yang dipakai oleh Ratu Pratiwi, ini terlihat dari ujung bibir mereka yang meleleh air liur. Ngomong-ngomong mereka ini siapa yah pembaca? Kok bisa masuk dalam cerita ini sih! 😊
“Wahai kamu Badra, sang penjahat negeri, hari ini engkau dihukum dengan hukuman dimasukkan kedalam ruang kekejaman. Aku sebagai Ratu yang baik tentunya tidak begitu saja menghukum engkau tanpa memberikan satu permintaan terakhir. Katakan, apa permintaanmu sekarang?” ucap Ratu Pratiwi dengan berwibawa.
"Terimakasih yang mulia atas kebaikannya. Izinkan hamba untuk melihat-lihat terlebih dahulu ke dalam ruang kekejaman sebelum pintu kekejaman ditutup. Itu permintaan hamba yang terakhir,” jawab Badra dengan tenang.
“Apa? Tidak ada permintaan yang lainnya kah? Masa engkau hanya ingin melihat-lihat ruang kekejaman saja?” Tanya Ratu Pratiwi sedikit heran dengan muka mengkerut.
“Iya Ratu, hanya itu saja keinginan hamba, tidak ada yang lain,” jawab Badra dengan tegas.
“Baiklah kalau itu kemauan engkau. Prajurit, cepat bukakan pintu kekejaman,” perintah Ratu Pratiwi kepada prajurit yang mengawal Badra.
“Baik yang mulia,” sahut mereka dengan cekatan.
“Nah silahkan engkau masuk ke dalam, pintu sudah terbuka,” ucap Ratu Pratiwi kepada Badra.
“Terimakasih yang mulia,” ucap Badra sambil masuk ke dalam ruang kekejaman sendirian. Terdengar suara helaan nafas dari rakyat dan prajurit istana yang menonton.
Mereka berkeyakinan bahwa Badra tidak akan keluar lagi dari ruang kekejaman itu hidup-hidup. Namun tak lama kemudian Badra keluar dengan tenangnya tanpa ada satupun luka.
Penjahat Menjadi Raja
Ratu Pratiwi dan semua yang berkumpul di situ terbengong-bengong. Tampak Badra keluar dengan menggenggam sesuatu di tangannya. Hal ini tidak luput dari pandangan Ratu Pratiwi.
“Apa yang engkau bawa itu wahai penjahat?” tanya sang Ratu penasaran.
“Permata yang mulia,” jawab Badra.
“Hah, permata. Engkau dapat darimana?” ucap Ratu Pratiwi penasaran sambil mendekati Badra.
“Dari dalam ruang kekejaman, Ratu.”
“Apa, betulkah? Coba aku lihat permata itu,” ucap sang Ratu sambil menyodorkan tangannya.
“Betul Ratu, silahkan Ratu lihat-lihat saja permata ini,” jawab Badra sambil menyerahkan permata itu ke tangan Ratu Pratiwi. Ratu Pratiwi membolak-balik dan meneliti permata itu dengan teliti.
“Hebat kamu Badra, ini batu permata asli. Aku jadi penasaran, sebenarnya apa yang ada di dalam ruang kekejaman itu, coba jelaskan padaku.”
“Di dalam ruang kekejaman, hamba menemukan banyak sekali binatang buas. Salah satunya adalah buaya putih. Sewaktu hamba melongok ke dalam, tiba-tiba dia menyambar kepala hamba. Namun dengan sigap hamba mengelak sambil menendang giginya hingga lepas dari rahangnya. Gigi itu terpental keluar, cepat-cepat hamba keluar dari ruang itu. Tadinya hamba ingin membuktikan saja, benarkah bahwa ruang kekejaman itu sangat kejam. Ternyata benar adanya,” jawab Badra sambil terdiam sejenak.
“Lalu, mengenai batu permata itu?” kejar Ratu Pratiwi penasaran akan cerita Badra.
“Ketika hamba hendak keluar, hamba melihat gigi buaya itu tergeletak dekat pintu. Karena bercahaya, hamba jadi penasaran. Maka hamba ambil gigi itu. Setelah diteliti, ternyata gigi buaya itu permata seperti yang Ratu lihat sekarang,” jawab Badra.
“Ah engkau bohong, mana ada gigi buaya terbuat dari permata,” damprat sang Ratu.
“Hamba tidak membohong Ratu, kalau Ratu tidak percaya silahkan lihat sendiri ke dalam.”
“Nanti aku celaka, dimakan oleh buaya itu.” sahut sang Ratu dengan wajah tidak senang.
“Disini banyak prajurit yang mengawal, tentunya sebelum buaya itu menerkam Ratu, mereka akan melindungi Ratu.” sahut Badra mencoba meyakinkan.
“Hm……. ,” ucap sang Ratu sambil berpikir sejenak. “Baiklah, aku ingin melihatnya sendiri.” Kemarukan akan harta membuat hilang akal sehat sang Ratu.
Akhirnya sang Ratu memasuki ruang kekejaman tersebut diringi prajurit kerajaan dan tak ketinggalan Badra sang penjahat. “Mana buaya itu?” tanya sang Ratu kepada Badra ketika mereka sudah di dalam.
“Di sebelah situ dekat bibir batu kubangan,” tunjuk Badra ke bibir kubangan yang dekat dinding batu. Ketika sang Ratu melongok ke bawah, memang benar banyak sekali buaya, namun tidak ada satupun buaya berwarna putih.
Dengan heran dan perasaan dongkol ia membalikan badan hendak memarahi Badra. Namun, belum sempat ia menatap muka Badra tiba-tiba ada suara angin yang kencang berhembus di belakang tubuh mengarah ke pinggulnya.
Duk…. ia merasakan satu hantaman ke tubuhnya membuatnya terpental jatuh ke dalam kubangan yang berisi buaya. Rupanya ia ditendang oleh Badra dengan sekuat tenaga.
“Maaf hamba kurang sopan nendang di sana Ratu, nanti disangka pelecehan seks, tapi mau bagaimana lagi, cuma bagian itu yang pas dan enak untuk ditendang,” ucap Badra sedikit merasa bersalah. 😜
“Tidak apa-apa, aku ngerti kok. Ternyata kamu memang penjahat hebat Badra, dua jempol buat kamu deh, bisa nipu diriku…” terdengar jawaban Ratu Pratiwi dari kubangan di bawah sana diiringi jeritan kesakitan karena diterkam buaya.
Tak butuh berapa lama, Ratu Pratiwi pun meregang nyawa dicabik-cabik oleh buaya yang sedang kelaparan. Para prajurit marah, bergerak hendak mengeroyok Badra. Namun sebelum mereka bergerak, dengan cepat Badra berteriak.
“Apakah kalian hendak membunuh raja kalian sendiri? Yakin nih… pada berani......??”
Mendengar ucapan Badra, Prajurit-prajurit itu pada diam dan saling berpandangan diantara mereka, tidak mengerti maksud ucapaan Badra.
“Apa maksud ucapan kamu Badra?” tanya salah seorang prajurit penasaran.
“Kan sesuai peraturan, siapa yang membunuh raja atau Ratu yang berkuasa, maka dialah yang berhak menjadi raja atau Ratu. Ngerti sekarang?” jawab Badra sambil cengengesan.
“Oh iyaah betul.... Ngerti kami kalau begitu,” jawab prajurit ramai menyahut.
“Ya sudah kalau mengerti, lepasin nih borgol.”
"Siap Baginda," jawab para prajurit, mereka berebut melepas borgol yang melingkari badan Badra. Biasa, pada carmuk. Ah, ternyata sama saja, walau beda zaman, teteeeepp yang namanya orang cari muka ada di mana-mana. Miris dah.
Akhir Kisah
Begitu cerita yang terjadi di kerajaan Dudulur. Kabar terakhir yang didapat, Raja Badra menyunting perempuan yang telah menjebaknya sebagai permaisuri, belakangan diketahui perempuan itu bernama Gayatri.
Ternyata wanita ini pulalah yang membantu Badra melepaskan diri dari hukuman. Ia yang merencanakan siasat dan menyiapkan permata tersebut.
Badra tidak mendendam kepada neng Gayatri, walau hampir mencelakakan hidupnya. Bagi dia, semua orang pernah melakukan kesalahan. Apalagi Gayatri pulalah yang menyelamatkan hidupnya.
Semua orang bisa berubah karena tertekan katanya. Wit wiiiiit.... so sweeet... gak salah memang kalau Badra dibilang cowok idaman wanita seperti kata perempuan yang bernama Gayatri itu…….. Karena ternyata hatinya memang penuh cintaa.🥰
Baca juga: Dongeng Sebelum Tidur Romantis untuk Pacar
Demikian Dongeng Romantis untuk Pacar Tidur Lucu ini. Semoga cerita ini bisa menghibur pengunjung blog kami yang setia. Salam cinta dari sini.