Tradisi Menyambut Bulan Puasa - Anak Kecil.
Tradisi anak kecil ketika menyambut bulan puasa atau ramadhan dengan permainan tradisional sunda
Tradisi Menyambut bulan puasa. Lewat artikel ini Pembaca dibawa untuk nostalgia tentang cerita anak kecil zaman dahulu.
Khususnya ketika tiba datangnya bulan ramadhan. Dan anda akan mengetahui permainan apa saja yang dulu dimainkan yang kini mulai tinggal kenangan.
Yuk ah disimak.
Beberapa hari menjelang puasa, anak-anak kecil di kampung kami berubah kegiatan. Tadinya yang biasa main bebentengan, sorodot gaplok, loncat karet, main bekel, gatrik, kucing-kucingan maka beralih menjadi main anjang-anjangan.
Sedikit kita jelaskan mengenai permainan tradisional yang mungkin asing bagi anda sebagai pembaca. Mungkin di wilayah lain berbeda nama hingga kita tidak tahu permainan tradisional sunda ini yang bagaimana.
Cara mainnya adalah:
Pertama buat garis memanjang sebagai garis target. Lalu kita buat garis lain sebagai awalan untuk melangkah sampai ke garis target. Biasanya jarak antara kedua garis ini adalah dua meter atau lebih.
Setelah garis dibuat. Kita mencari sebuah batu yang berbentuk rata dan dapat diberdirikan. Beres itu kita tempatkan batu pipih tersebut di atas garis yang sudah dibuat tadi.
Hal ini jika kita bertindak sebagai orang yang berjaga atau sebagai target. Namun jika kita berperan sebagai penyerang, kita akan melakukan hal sebagai berikut:
Prosesnya bergantian. Sedangkan hukuman tergantung kesepakatan. Misalnya digendong musuh, suruh jalan jongkok, suruh membawa batu di atas punggung sambil berjalan dari garis ke garis-garis dengan kaki yang membawa batu diangkat atau tidak ada hukuman sama sekali.
Cara mainnya adalah:
Satu orang atau satu tim bertindak sebagai pelempar satu lagi bertindak sebagai penangkap.
Prosesnya sebagai berikut:
Begitulah sedikit penjelasan permainan tradisional Sunda yang penulis ketahui. Kembali ke topik awal yaitu tradisi anjang-anjangan menjelang bulan puasa tiba.
Anjang-anjangan biasanya kami lakukan di pinggir jalan dekat selokan. Kami berbaris memenuhi sisi jalan. Berpura-pura sebagai pedagang.
Caranya adalah dengan mengambil dedaunan lalu ditumbuk dengan pecahan genting atau batu dan bermacam-macam kreasi yang kami mampu lakukan.
Nanti kita akan saling berkunjung ke lapak dagangan orang lain dengan membawa uang bohongan dari daun-daun. Lalu kita mengadakan proses jual beli pura-puranya.
Nah tradisi ini berjalan kurang lebih satu minggu. Biasanya kami lakukan sambil ngabuburit, yaitu mengisi waktu senggang hingga datangnya adzan maghrib tiba untuk berbuka puasa.
Baca juga :Ketemu Hantu Saat Ngobor Belut
Demikian Tradisi menyambut bulan puasa yang dilakukan anak kecil yang pernah ada di kampung kami yang mana sekarang sudah tidak dilakukan lagi karena sudah tergerus oleh kemajuan zaman. Salam hangat.
Khususnya ketika tiba datangnya bulan ramadhan. Dan anda akan mengetahui permainan apa saja yang dulu dimainkan yang kini mulai tinggal kenangan.
Yuk ah disimak.
Tradisi Menyambut Bulan Puasa - Anak Kecil.
B anyak tradisi yang dilakukan oleh berbagai daerah dan suku di Indonesia dalam rangka menyambut bulan ramadhan. Tak terkecuali tradisi anak kecil di kampung kami.Beberapa hari menjelang puasa, anak-anak kecil di kampung kami berubah kegiatan. Tadinya yang biasa main bebentengan, sorodot gaplok, loncat karet, main bekel, gatrik, kucing-kucingan maka beralih menjadi main anjang-anjangan.
Sedikit kita jelaskan mengenai permainan tradisional yang mungkin asing bagi anda sebagai pembaca. Mungkin di wilayah lain berbeda nama hingga kita tidak tahu permainan tradisional sunda ini yang bagaimana.
Sorodot Gaplok.
Permainan ini adalah permainan menjatuhkan batu milik musuh yang di simpan di atas garis yang telah ditentukan.Cara mainnya adalah:
Pertama buat garis memanjang sebagai garis target. Lalu kita buat garis lain sebagai awalan untuk melangkah sampai ke garis target. Biasanya jarak antara kedua garis ini adalah dua meter atau lebih.
Setelah garis dibuat. Kita mencari sebuah batu yang berbentuk rata dan dapat diberdirikan. Beres itu kita tempatkan batu pipih tersebut di atas garis yang sudah dibuat tadi.
Hal ini jika kita bertindak sebagai orang yang berjaga atau sebagai target. Namun jika kita berperan sebagai penyerang, kita akan melakukan hal sebagai berikut:
- Tempatkan posisi kita di belakang garis.
- Simpan batu pipih kita di atas jari dan punggung kaki.
- Kaki kiri maju sekali, kaki kanan mengayunkan batu pipih di kaki ke arah batu target yang berdiri di atas garis.
- Jika batu musuh jatuh, maka kita dikatakan sebagai pemenang.
Prosesnya bergantian. Sedangkan hukuman tergantung kesepakatan. Misalnya digendong musuh, suruh jalan jongkok, suruh membawa batu di atas punggung sambil berjalan dari garis ke garis-garis dengan kaki yang membawa batu diangkat atau tidak ada hukuman sama sekali.
Gatrik.
Untuk permainan gatrik dibutuhkan dua bilah bambu ukuran reng kecil. Bambu reng itu adalah bambu yang diletakkan di atap sebagai tempat menyimpan genting. Satu sepanjang sepuluh centi kurang lebih. Satu lagi kira-kira tiga puluh centi.Cara mainnya adalah:
Satu orang atau satu tim bertindak sebagai pelempar satu lagi bertindak sebagai penangkap.
Prosesnya sebagai berikut:
- Bambu pendek dimiringkan, lalu dipukul bambu panjang hingga terbang ke arah musuh.
- Jika musuh dapat menangkap bambu ini, maka penyerang dikatakan kalah.
- Jika bambu tidak bisa ditangkap, pihak penahan akan melemparkan balik ke arah penyerang. Target lemparan adalah bambu panjang yang dipegang oleh musuh. Sedang sang musuh siap-siap memukul bambu kecil ini. Posisi bambu yang dipegang ada di bawah menyentuh tanah.
- Jika bambu yang dilemparkan tidak berhasil dipukul oleh penyerang maka pihak penyerang dikatakan kalah. Sebaliknya jiga berhasil memukul, pihak penyerang dikatakan menang.
Begitulah sedikit penjelasan permainan tradisional Sunda yang penulis ketahui. Kembali ke topik awal yaitu tradisi anjang-anjangan menjelang bulan puasa tiba.
Anjang-anjangan biasanya kami lakukan di pinggir jalan dekat selokan. Kami berbaris memenuhi sisi jalan. Berpura-pura sebagai pedagang.
Caranya adalah dengan mengambil dedaunan lalu ditumbuk dengan pecahan genting atau batu dan bermacam-macam kreasi yang kami mampu lakukan.
Nanti kita akan saling berkunjung ke lapak dagangan orang lain dengan membawa uang bohongan dari daun-daun. Lalu kita mengadakan proses jual beli pura-puranya.
Nah tradisi ini berjalan kurang lebih satu minggu. Biasanya kami lakukan sambil ngabuburit, yaitu mengisi waktu senggang hingga datangnya adzan maghrib tiba untuk berbuka puasa.
Baca juga :Ketemu Hantu Saat Ngobor Belut
Demikian Tradisi menyambut bulan puasa yang dilakukan anak kecil yang pernah ada di kampung kami yang mana sekarang sudah tidak dilakukan lagi karena sudah tergerus oleh kemajuan zaman. Salam hangat.