Rabunnya Hati - Ikan Bakar Cinta
Rabunnya Hati - Ikan Bakar Cinta adalah cerita pendek atau cerpen lanjutan dari Rabunnya Hati - Petunjuk kisah cinta. Dalam episode ini Farhan dan Hani berkenalan di warung makan.
Rabunnya Hati - Ikan Bakar Cinta
Meneruskan cerita sebelumnya yang berjudul Rabunnya Hati - Petunjuk Kisah Cinta.
Int. Warung makan. Selepas maghrib.
Act. 12
Tampak Reno, Rita dan Hani sedang duduk-duduk di bale. Saat itu mereka sedang menunggu ikan bakar pesananan datang.
Dikejauhan Farhan dan Udin sedang berdiri mengintip dibalik pohon. Sepertinya mereka sedang menunggu saat yang tepat untuk beraksi.
Tak lama kemudian ibu warung selesai membakar ikan laut pesanan Hani. Diletakkannya ikan tersebut dalam nampan dan menyimpannya di bale. Kemudian ia masuk ke dalam, keluar-keluar sambil membawa wadah nasi, piring, sambel kecap dan lalapan. Lengkap deh.
Reno : "Wuiiih... Baunya sedep banget ni ikan, alamat bakal nambah nih gue."
Rita : "Gue yakin buat lo pasti enak nih ikan Ren."
Reno : "Ya iyalah pasti enak, dari baunya aja udah kecium udah gituh mana masih panas pula."
Rita : "Bukan itu Ren yang bikin ikan ini enak"
Reno : "Apaan dong kalo gituh?"
Tanyanya sedikit penasaran.
Rita : "Gratisnya itu yang bikin enak."
Ucapnya dengan cekikikan.
Reno : "Sialan luh. Tapi masa bodooo, yang penting judulnya uenak."
Saat itulah Farhan dan Udin datang. Udin masih tetap dengan cengar-cengir di bibirnya. Farhan sih biasa aja mukanya. Tiba di depan bale, untuk sesaat mata Hani dan Farhan saling berpandangan. Sepertinya mereka saling mengagumi satu sama lain.
Farhan : "Gila, cantik bener nih cewek. Sayah mesti dapetin dia bagaimanapun caranya."
Desis Farhan dalam hatinya.
Hani : "Boleh juga nih cowok, tapi gue mesti jaim, gak boleh nunjukkin gelagat yang bisa bikin dia geer."
Hani pun bergumam di hatinya.
Udin : "Ehm.."
Sambil menempelkan telapak tangan dikepal ke mulut.
Jika tidak ada deheman Udin, mungkin Farhan dan Hani akan terus saling bertatapan. Hani yang tersadar, cepat-cepat melengos.
Farhan menyikut pinggang Udin. Sepertinya sedang memberikan kode.
Udin : "Aeh... Aeh... Lagi makan malam yah. Boleh gabung nggak?"
Sambil cengar-cengir dengan wajahnya yang polos.
Rita : "Ayo sini bang..."
Belum selesai bicara, Hani cepat-cepat memotong pembicaraan Rita.
Hani : "Gak boleh."
Ucapnya dengan ketus. Membuat Rita jadi tidak enak sama Udin. Ia memandang ke arah Reno seperti minta pendapat. Yang dipandang mengangkat bahu, bingung juga.
Melihat kebingungan Rita dan Reno, Farhan cepat-cepat mengatasi keadaan. Ia merasa kasihan kepada mereka.
Farhan : "Ya sudah kalau tidak boleh, gak apa-apa. Tapi kalo kenalan, bolehkan?"
Hani : "Terserah."
Farhan : "Kenalin nama saya Farhan."
Ucapnya sambil menyodorkan tangan mengajak salaman.
Reno : "Reni."
Reno menyambar sodoran tangan Farhan sambil berkata genit dan memegang lama tangan Farhan hingga Farhan ketakutan.
Farhan : "Salam kenal yah aa Reni."
Akhirnya ia bebas juga dari cengkraman tangan Reno dengan sedikit perjuangan.
Reno : "Ini dia, cakep sih cakep. Cuman matanya buta. Masa udah cantik kayak gini dipanggil aa. Plis deh ah."
Ketus Reno sambil cemberut.
Rita : "Rita."
Rita hanya tersenyum.
Hani : "Hani. Ih.. Genit banget sih elu."
Teriak Hani ketika sedang memegang tangannya Farhan. Memang saat itu jari telunjuk Farhan sedang mengelus tangannya.
Farhan : "Maaf neng, bukan maksud sayah genit. Cuman kebetulan jari tengah saya gatal, jadi tadi saya coba garuk."
Ucap Farhan sambil cengar-cengir tanpa merasa bersalah.
Farhan : "Ronde pertama."
Bisiknya di hati.
Hani : "Huh... Alesan."
Farhan : "Beneran neng, kebetulan tadi habis ngasih makan meri, saya lupa cuci tangan."
Reno, Rita & Hani serempak melihat ke tangan mereka masing-masing.
Udin : "Bukannya tadi..."
Satu injekan di kaki membuatnya terdiam tidak bisa meneruskan kata-kata. Yang menginjak Farhan.
Reno : "Ih ganteng-ganteng jorok."
Ucapnya sambil memasukkan tangan ke dalam kobokan untuk cuci tangan. Hani dan Rita pun melakukan hal yang sama.
Farhan : "Maaf yah."
Ekspresinya cengar-cengir kagak puguh.
Hani : "Ya, gue maafin. Udah sana buruan pergi. Bisa-bisa selera makan gue ilang nih."
Usirnya dengan muka judes.
Udin : "Iya... Iya...neng. Kita juga mau pergi kok. Maafin temen saya yah. Heh kampret ayo kita pergi."
Ajak Udin sambil mendorong tubuh Farhan. Farhan pun mengalah. Namun belum juga sampai luar tiba-tiba..
Udin : "Haduh. .. Han kamu kalo jalan yang bener napa. Masa kaki saya ditendang ampe nabrak pintu gini. Keterlaluan ah."
Udin teriak sambil megang betisnya yang tadi beradu dengan ujung tiang. Memang tidak terlalu sakit, tapi lumayan pedes.
Farhan : "Maaf-maaf Din. Wah kayaknya kaki kamu memar, ayo sini biar saya obatin sama beras kencur. Bu minta beras kencur."
Teriak Farhan sambil menarik badan Udin menuju bangku yang bersebelahan dengan tempat duduk Hani.
Ibu warung : "Baik aa, sebentar yah."
Sahutnya sambil melangkah ke dapur.
Udin : "Tapi, kaki saya..."
Udin mencoba mencegah Farhan untuk mengobati karena merasa kakinya tidak apa-apa.
Farhan : "Udah jangan banyak membantah. Nggak boleh nyepelein, bisa-bisa kaki kamu diamputasi tuh."
Ucap Farhan sambil mengedipkan mata memberikan kode. Udin akhirnya faham dengan maksudnya, ia pun nurut saja ketika ditarik oleh Farhan ke bangku yang tersedia.
Hani : "Tiangnya gak apa-apa kaaan bang."
Cibir Hani merasa tidak senang.
Udin : "Gak apa-apa neng, kebetulan dulu saya sering nongkrong di gua deket laut sana."
Reno : "Mang ngapain di sana?"
Tanya Reno dengan penuh rasa penasaran.
Udin : "Mancing aa."
Mukanya polos, lempeng-lempeng aja.
Reno : "Gak ada hubungannya kaleee, kirain semedi."
Kali ini wajah Reno sedikit cemberut.
Udin : "Maaf kirain ada hubungannya."
Sanggah Udin sambil tetap dengan cengar-cengirnya.
Farhan : "Kayaknya udara malam ini panas yah."
Ucapnya sambil mengambil kipas angin yang tadi dipakai oleh ibu warung untuk membakar ikan. Kemudian mengarahkan anginnya ke arah badan ia dan udin menuju Hani. Sepertinya sedang merencanakan sesuatu.
Hani : "Ren, Rit, lo nyium sesuatu ngga, bau banget nih."
Ucap Hani sambil mengendus-enduskan hidungnya.
Reno : "Iya nih, kirain gue doang yang nyium baunya. Lo gimana Ta?"
Reno menengok ke arah Rita sambil menutup hidungnya.
Rita : "Bener bangeet, baunya apek, mirip bau ketek lo Ren."
Rita menutupi hidungnya dengan tissue.
Reno : "Maaf yah ciin, eke gak pernah bau ketek. Percuma dong dese sering nganter eke perawatan kalo bau ketek."
Hani : "Kayaknya bau datang dari belakang kita nih."
Hani, Rita & Reno serempak nengok ke belakang. Farhan dan Udin pura-pura tidak mendengar ucapan mereka.
Farhan : " Bu, sudah belum beras kencurnya, tolong dipercepat."
Farhan mencoba mengalihkan keadaan.
Ibu warung : "Sudah nih aa."
Jawab ibu warung nongol dari balik pintu sambil membawa pisin wadah beras kencur. Diserahkannya pisin itu kepada Farhan dan Farhanpun menerimanya. Beres itu, ibu warung kembali masuk ke dalam meneruskan acara nonton tivinya yang tadi kepotong.
Farhan dengan cepat mengulaskan beras kencur yang telah bubuk di atas betis Udin dengan sedikit cubitan.
Udin : "Kampret luh, pelan-pelan dong, sakit tau. Begini nih rasanya posisi orang tertindas."
Teriak Udin sambil menyindir Farhan. Ia tahu maksud dari cubitan temannya.
Farhan : "Maaf. Cengeng luh, gitu aja jerit-jerit."
Hani : "Eh kalian, kalo udah beres cepetan pergi sana. Gue mo makan nih."
Farhan : "Deuh judes banget. Ya kalo mau makan, silahkan makan. Sok kami tidak bakalan minta."
Hani : "Bukan masalah kami takut diminta. Tapi bau baju yang kalian pakai itu bikin idung gue enek. Sudah cepetan pergi sana."
Farhan : "Bukan kami tidak mau cepat-cepat pergi. Tapi ini si Udin lagi kesakitan, masa tega banget."
Hani : "Halah, kepentok gituh aja pake alesan. Lo kan bisa papah dia. Sudah sana. Ato gue sama-sama temen gue pergi nih."
Farhan : "Males ah, berat mapahnya. Kecuali kamu mau bantuin saya, gimana?"
Hani : "Hih nih cowok ngajak berantem. Jadi gak selera makan nih gue. Rit, Ren ayo kita pergi."
Reno & Rita serempak menjawab : "Tapi Han..."
Hani : "Apa... Tapi-tapi. Lo mau di sini? Ya udah gue pergi sendirian."
Ucap Hani sambil berdiri dan melangkah ke luar. Dengan terpaksa Reno dan Rita mengikutinya.
Melihat Reno, Rita dan Hani pergi ibu warung keluar sambil keheranan.
Ibu warung : "Mo pada ke mana eneng, aa?"
Hani : "Kami tidak jadi makan di sini. Bau baju mereka bikin saya gak nafsu makan."
Jawab Hani sambil menunjuk Farhan dan Udin.
Mendengar hal itu ibu warung kebingungan.
Ibu warung : "Terus bagaimana hitungannya neng?"
Hani : "Biar cowok tengil itu aja yang bayar. Kalo dia tidak mau bayar, biar saya nanti balik lagi kalau mereka tidak ada."
Ibu warung : "Gimana a Farhan urusannya nih?"
Farhan : "Tenang saja, biar nanti saya yang bayar. Kebetulan kami belum makan nih. Lagian enak, gak perlu nunggu dibakarin ikannya."
Mendengar jawaban Farhan, Hani menginjak-nginjakan kakinya ke tanah sepertinya merasa kesal banget dan pergi ke luar tanpa menengok lagi.
Rita : "Han tunggu."
Teriak Rita sambil mengejar yang dipanggil diikuti Reno.
Farhan hanya senyum-senyum saja. Ibu warung tambah bingung melihat kelakuan Farhan.
Ibu warung : "Ada apa sih a?"
Udin : "Gak ada apa-apa bu. Cuman nih kampret lagi usaha."
Ibu warung : "Usaha apa yah, kok ibu nggak ngerti sih?"
Farhan : "Ada deeeh."
Udin memberikan isyarat dengan menggambar tanda cinta di udara.
Ibu warung : "Ooooh..."
Ucap ibu warung yang baru mengerti dengan persoalan. Iapun senyum-senyum sambil kembali masuk ke dalam warung.
Akhir Act 12.
Demikian cerita pendek atau cerpen yang berjudul Ikan Bakar Cinta ini. Nantikan lanjutan serialnya. Dan silahkan dibaca cerita sebelumnya. Salam.