Rabunnya Hati - Petunjuk Kisah Cinta
Cerpen ini lanjutan dari cerita Rabun Hati. Menceritakan kisah pertemuan Udin dan rombongan Hani.
Episode Sebelumnya: Rabunnya Hati - Pertemuan Mengawali Kisah
Rabunnya Hati - Petunjuk Kisah Cinta
Act 8.
Udin : "Nah gituh ceritanya Han. Tadi sebelum ke sini saya nengok dulu ke sana. Dan mereka memang nginap di bungawalow yang saya unjukin. Kamu kalo melihat sendiri neng Hani dijamin terpesona deh. Cantiiik sekali. Cuman ya itu, judesnya yang gak ketulungan, bikin sebel aja."
Ibu Elis : "Serius Din, cantikkan mana sama neng Komala anaknya pak lurah?"
Udin : "Lewaat buu... Kalo dibandingin ma neng Komala mah masih cantikkan neng Hani atuh. Tapi tau dah kalo hatinya."
Ibu Elis : "Kalau ama si Farhan, kira-kira serasi nggak?"
Farhan : "Apaan sih bu"
Ibu Elis : "Diem kamu Han. Gimana Din?"
Udin : "Ya kalau neng Hani mau ama nih kampret, anugerahlah. Bagi neng Hani ya musibah urusannya."
Farhan : "Dodol luh."
Udin : "Domba luh."
Farhan : "Opak luh."
Ibu Elis : "Udah-udah. Nah, Han. Kamu tunjukin sama ibu dan si Udin bagaimana kehebatan kamu sebagai lelaki. Deketin tuh si Hani. Moga aja dia jodoh kamu. Bener ngga Din?"
Udin : "Bener banget."
Farhan : "Waduh, kok sayah yang jadi repot sih. Liat mukanya juga belom, udah ngomongin jodoh aja. Gara-gara si kampret ini kok urusan jadi runyam yah."
Ibu Elis : "Eitss.. Ibu nggak mau tahu. Atau kamu mau ibu jodohin sama neng Komala?"
Farhan : "Ibu, apaan sih. Jodoh-jodohan segala. Iyah-iyah ntar Farhan coba deketin tuh cewek. Eh kampret ntar sore kita ke sana."
Ibu Elis : "Itu baru anak ibu."
Udin : "Siaap boss."
Akhir act 8.
Int. Bungallow penginapan, Pantai Santolo. . Kira-kira jam 2.
Ss.
Saat itu Hani, Reno dan Rita sudah menyewa penginapan di pinggir laut.
Mereka sedang duduk-duduk di atas tiang kayu menghadap ke pantai Santolo.
Act 9.
Hani : "Gilaaa, indah banget. Gak nyesel gue jauh-jauh dateng ke sini. Tau gini sih dari dulu aja gue ke sini."
Tangannya terbentang sambil geleng-geleng kepala melihat keindahan pantai Santolo yang ada di depan mukanya.
Reno : "Bener banget. Ni tempat bikin daku jadi melow cin. Andai saja Tom Cruise ada di sisiku... Ow tak terperi sepertinya kebahagiaanku ini."
Reno berlagak sedang menerawang jauh seperti sedang merindukan seseorang.
Rita : "Haha... Lebay lu gembrot."
Ucapnya sambil memberikan sedikit cubitan di pinggang Reno. Membuat yang dicubit menjerit kecil.
Reno : "Awww... Plis deh ah bilang gembrot. Inget yah... bohay... Sekali lagi booohay.. Ga pake gembrot. Awas dese bilang lagi eke gembrot tak bejek-bejek muka dese yang tak seberapa itu."
Rita : "Oww tidaak... Daku tatut ciin."
Cibir Rita sambil memonyongkan mulut.
Hani : "Gimana nih acaranya. Kita istirahat dulu, apa jalan-jalan ke pantai?"
Rita : "Istirahat dulu aja Han, ngantuk nih."
Reno : "Bener bangeet. Sore aja kita jalan-jalannya biar gak panas."
Hani : "Ya udah yuk kita molor."
Ucap Hani sambil ngeloyor ke kamar diikuti oleh teman-temannya.
Rita : "Heitt... Siapa yang suruh kamu masuk kamar?"
Rita menghalangi Reno yang hendak ikut masuk ke dalam kamar.
Reno : "Ayolah ciin, eke juga kan pewong."
Rita : "Iyah pewong di dalem. Di luar siih laki booo. Sana ciin, masuk kamar lo sendiri. Di sini beda ama Jakarta. Jangan bikin macem-macem."
Reno : "Peduli apa kata orang cin."
Hani : "Iyah, tapi orang peduli ama kita. Udah kamu tidur di kamar kamu sana."
Reno : "Tapii...."
Hani : "Tapii apa.. Maksudnya ini?"
Hani melambai-lambaikan tinjunya.
Reno : "Huh.."
Reno merajuk sambil cemberut. Namun ia melangkah juga ke kamarnya.
Akhir act 9.
Ext. Pantai Santolo. Sore.
Act. 10
Monologue.
Hani, Reno & Rita tampak sedang berjalan-jalan di pantai. Sesekali mereka photo-photo sambil bernarsis ria.
Pakaiannya itu yang bikin woow. Hani dengan celana pendek dan kaos tipisnya menonjolkan bentuk tubuh dan kemulusan bodi, bikin pria-pria melirik dan nelen ludah. Rita tak jauh beda.
Mungkin yang merusak dari pemandangan ini adalah baju yang dikenakan oleh Reno. Baju kaos pink ketat dipadu dengan celana bahan pendek yang ketat pula mempertunjukkan bodinya yang. .. Aduhai?... Boro-boro... Yang ada tuh bodi gembrot banget, mirip karung beras. Hehe...
Kalo liat Hani dan Rita, pengennya ngajak mereka melihat laut untuk memandang ombak dan air laut yang biru dikejauhan. Nyari suasana romantis ceritanya.
Kalo liat Reno, sama... Pengennya ngajak ke laut, tapiii... untuk diceburin dan dijadikan tumbal penghuni laut selatan. Haha...
Tega yah yang nulis cerita ini. Maaf Reno, becanda.
Reno : "Maaf... Maaf... Eke juga manusia, punya rasa punya hati tau.... huh."
Penulis : "Iyah... Iyah... Cup cup cup. Udah eksyen lagi yah."
Hani : "Kayaknya ikan bakar enak nih buat kita makan ntar malam. Gimana kalian setuju nggak?"
Rita : "Terserah elo aja deh."
Reno : "Sebagai pihak yang dibayarin apa hak eke nolak ciin."
Hani : "Berangkaaat."
Rita & Reno : "Yuuk."
Mereka tidak menyadari kalau ada dua pasang mata yang sedang mengawasi. Siapa mereka? Ternyata Farhan dan Udin.
Udin : "Gimana Han, cantik kan?"
Ujar Udin sambil sikutnya mendarat di lengan Farhan.
Farhan : "Ini sih bukan cantik lagi Diin. Ini mah bidadari. Gue rela deh ngelepas masa lajang kalo isterinya kayak dia sih."
Farhan menjawab sambil menelan ludah matanya terus mengawasi gerak-gerik Hani.
Udin : "Iyah kamu sih rela, belum tentu dianya rela. Lagian dia kan judes Han, emang kamu mau punya isteri judes kayak dia? Saya sih ogah."
Farhan : "Tenang saja. Biasanya cewek judes sayang sama suami. Lihat saja, kita bakal taklukan dia. Yuk kita ikutin mereka?"
Udin : "Kita? Kamu kan yang mau sama dia. Kok bawa-bawa saya sih. Ogah ah, dia kan judes banget."
Farhan : "Berisik ah. Hayo ikut. Kita liatin mereka makan dimana, abis itu kita pulang sebentar. Saya punya rencana yang harus dijalankan."
Udin : "Begini nih nasib jadi kacung, gak punya pilihan. Saat yang tepat untuk bilang "t.e.r.l.a.l.u" seperti yang dikatakan bang Rhoma Irama."
Akhir act 10.
Ext. Kandang meri. Setelah maghrib.
Act 11.
Udin : "Kenapa saya mesti pake baju ini sih Han. Masa pake baju kerja, kan bau meri. Mana udah mandi lagi. Bukannya kita mau mendekati wanita itu. Gimana dia mau ama kamu Han, kalo tampilan dan bau kita tidak meyakinkan. Gila ternyata punya temen nih."
Cerocos Udin mengajukan protes.
Farhan : "Udah jangan bawel. Pake aja. Nanti juga kamu bakal tahu."
Udin : "Begini nih nasib jadi..."
Belum selesai Udin bicara, tangan Farhan menutup mulutnya dengan dedak, kemudian beranjak pergi.
Udin : "Puh...puh... Kampret lu Han. Bener-bener mengenaskan nasibku ini ya Allah."
Udin meludahkan dedak yang masuk ke mulutnya dan berkumur-kumur dengan air bersih di tong air yang tersedia. Kemudian ia berlari mengejar Farhan yang sudah jalan duluan.
Akhir act 11.
Demikian cerpen Petunjuk Kisah Cinta, serial dari Rabunnya Hati. Silahkan ikuti cerita pendek berikutnya. Daah.