10 Dongeng Anak Fabel Penghantar Sebelum Tidur
Kumpulan dongeng anak tentang cerita fabel yang berisi 10 kisah-kisah yang inspiratif. Cocok dijadikan dongeng penghantar sebelum tidur untuk anak
Sebuah dongeng adalah suatu imajinasi. Dimana imajinasi itu tidak terbatas. Masing-masing orang berhak untuk membayangkannya kemanapun ia mau.
Dongeng anak biasanya selalu berhubungan dengan tokoh imajiner semisal puteri kerajaan, pangeran yang tampan dan gagah atau cerita tentang binatang alias fabel.
Berikut kami suguhkan cerita dongeng fabel. Selain sebagai alat penghantar tidur juga bisa diambil manfaat dan pesan moral bekal anak hidup dalam bermasyarakat dan bersosial nantinya.
Mari kita mulai baca kisah-kisahnya.
"Waspadalah terhadap pria itu," kata si Burung Walet memperingatkan.
"Kenapa, apa yang dia lakukan?" sahut yang lain.
"Itu adalah benih rami yang dia tabur; berhati-hatilah untuk mengambil setiap biji, jika tidak, kalian akan menyesal."
Burung-burung tidak memedulikan ucapan si Burung Walet, dan dari waktu ke waktu rami pun tumbuh dan dibuat menjadi tali, kemudian dari tali, jaring dibuat.
Banyak burung yang membenci nasihat si Burung Walet, tertangkap dalam jaring yang dibuat dari rami itu.
"Bukankah aku sudah memperingatkan kalian?" kata si Burung Walet.
Manfaat atau Pesan Moral:
Hancurkan atau jauhi benih kejahatan, atau dia akan tumbuh menjadi kehancuran kita.
Tetapi beberapa dari mereka berpikir bahwa hal ini tidak benar, mereka harus memiliki seorang raja dan konstitusi yang tepat.
Maka mereka memutuskan untuk mengirimkan petisi kepada Jupiter untuk memberikan apa yang mereka inginkan.
"Jupiter, Jupiter," seru mereka, "Kirimkan kepada kami seorang raja yang akan memerintah dan menjaga kita tetap rapi."
Jupiter tertawa mendengar suara parau para katak, dan melemparkan sebuah gelondongan kayu besar ke atas rawa.
Katak-katak itu ketakutan oleh suara gemuruh yang terjadi di tengah-tengah mereka, dan semua bergegas ke luar untuk melihat monster mengerikan itu.
Setelah beberapa waktu, melihat bahwa benda itu tidak bergerak, satu atau dua dari mereka yang paling berani pergi ke arah gelondongan kayu dan bahkan berani menyentuhnya; tetap saja tidak bergerak.
Kemudian seekor katak jagoan melompat ke atas kayu dan mulai menari-nari di atasnya, maka semua katak datang dan melakukan hal yang sama.
Untuk beberapa waktu, Katak menjalankan urusan mereka setiap hari tanpa memedulikan Raja Kayu baru yang berbaring di tengah-tengah mereka.
Namun keadaan ini tidak cocok bagi mereka, jadi mereka pun mengirim petisi lagi ke Jupiter, dan berkata kepadanya, "Kami ingin raja yang nyata; yang benar-benar akan memerintah kita."
Hal ini membuat Jupiter marah, kemudian dia mengirim di antara mereka Bangau besar yang segera mulai bekerja, menelan mereka semua.
Para Kodok menyesal dengan semua yang terjadi, namun tentu saja hal itu sudah terlambat.
Pesan moral:
Kita harus banyak bersyukur terhadap nikmat yang datang. Dan menjauhi berkeluh kesah.
Asap keluar dari puncak, bumi bergetar di kaki mereka, pohon-pohon tumbang, dan batu-batu besar berjatuhan.
Mereka merasa yakin bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Semua berkumpul di satu tempat untuk melihat hal mengerikan yang akan terjadi.
Mereka menunggu dan menunggu, tetapi tidak ada yang datang. Akhirnya ada gempa bumi yang lebih dahsyat, dan sebuah celah besar muncul di sisi gunung itu.
Semua berlutut dan menunggu. Tiba-tiba, seekor tikus mungil mengulurkan kepala dan bulu kecilnya keluar dari celah dan berlari ke arah mereka, dan berkata: "Banyak teriakan, hasil kecil."
Pesan moral atau manfaat cerita:
Bahwa seperti tong kosong nyaring bunyinya. Banyak bicara sedikit kerja. Seharusnya sedikit bicara, kerja nyata.
Suatu hari mereka melihat pasukan Kuda liar berlari-lari kecil, dengan panik, semua kelinci bergegas menuju sebuah danau, bertekad untuk menenggelamkan diri daripada hidup dalam keadaan ketakutan yang terus menerus.
Tetapi tepat ketika mereka tiba di dekat tepi danau, satu pasukan Kodok, pada gilirannya ketakutan karena didekati para Kelinci yang datang.
Mereka para katak bergegas, dan melompat ke dalam air.
"Sungguh," kata salah satu Kelinci, "Keadaan tidak seburuk yang kelihatannya. Selalu ada seseorang yang lebih buruk daripada dirimu."
Manfaat cerita:
Mengajarkan kepada kita bahwa bukan hanya kita saja yang mendapatkan masalah hidup. Semua orangpun sama. Hanya berbeda cerita dan topik serta sumbernya.
Segera ia mulai mencaci dan menyerang musuhnya ini. "Pembunuh dan pencuri," serunya, "Apa yang kamu lakukan di sini, di dekat rumah orang jujur? Beraninya kamu muncul di tempat dimana perbuatan kejimu sudah terkenal?"
"Terkutuklah, teman mudaku," kata si Serigala. "Mudah untuk berani dari jarak yang aman."
Manfaat cerita:
Jangan jadi seorang pengecut. Tentunya pengecut yang berurusan dengan berantem atau berkelahi. Tapi harus berani karena benar.
Ketika semakin dekat, dia melihat itu adalah Ular, kelihatannya hampir mati. Tapi dia mengambilnya dan meletakkannya di dada untuk menghangatkan si Ular sambil bergegas pulang.
Begitu sampai di dalam ruangan, dia meletakkan Ular itu di atas perapian.
Anak-anak menyaksikannya dan melihat sang ular perlahan-lahan menjadi hidup kembali.
Kemudian salah satu dari mereka membungkuk untuk membelainya, tetapi sang Ular mengangkat kepala serta mengeluarkan taring dan hendak mematuk anak itu sampai mati.
Maka si penebang kayu mengambil kapaknya, dan dengan satu tebasan memotong Ular menjadi dua.
"Ah," katanya, "Tidak ada rasa terima kasih dari orang jahat."
Pesan moral:
Berhati-hatilah bergaul dengan orang yang mempunyai sifat jahat. Jika tidak terpengaruh sifatnya, bisa jadi terkena dampak akibat kelakuan mereka.
Seekor lalat datang dan terus membicarakan tentang kepala botaknya, dan menyengat ia dari waktu ke waktu.
Pria itu mengarahkan pukulan ke musuh kecilnya itu, tetapi telapak tangan dia malah mengenai kepalanya;
Sekali lagi sang Lalat mengganggunya, tetapi kali ini Manusia itu lebih bijaksana dan berkata: "Kamu hanya akan melukai dirimu sendiri jika kamu memperhatikan musuh-musuh yang tercela."
Manfaat cerita:
Mengajarkan kepada kita untuk mengabaikan sikap para pembenci. Tetap bersikap baik.
Atau, lupakanlah masalah-masalah sepele yang ada. Tetap fokus pada pekerjaan besar yang ada.
Sang Rubah mengundang Bangau untuk makan malam, dia bercanda dengan tidak menyuguhkan apa-apa di depannya selain hidangan sup yang kuahnya sangat sedikit.
Si Rubah bisa dengan mudah meminumnya, tetapi Bangau itu hanya bisa membasahi bagian akhir dari kerongkongan yang panjang di dalamnya, dan meninggalkan makanan itu seperti ketika dia mulai.
"Maaf," kata si Rubah, "Sup itu tidak sesuai dengan keinginanmu."
"Tidak usah minta maaf," kata Bangau. "Aku harap kamu akan mengunjungi dan makan bersamaku segera."
Suatu hari ditetapkan ketika Rubah harus mengunjungi Bangau. Mereka duduk di meja, semua makan malam tersimpan dalam botol berleher sangat panjang dengan mulut sempit, dimana si Rubah tidak bisa memasukkan moncongnya, jadi yang bisa ia lakukan hanyalah menjilat bagian luar botol.
"Aku tidak akan meminta maaf untuk makan malam ini," kata Bangau: "Satu sikap yang buruk layak mendapat yang lain."
Pesan moral:
Ketika kita bersikap buruk terhadap orang lain maka orang lainpun bisa melakukan hal yang sama.
Tetapi ketika melihat lebih dekat, dia menemukan itu hanyalah Topeng seperti yang aktor gunakan untuk menutupi wajah mereka.
"Ah," kata si Rubah, "Kamu terlihat sangat baik; sangat disayangkan kamu tidak punya otak."
Pesan moral:
Bisa jadi, penampilan luar yang buruk adalah mewakili nilai batin yang sedang buruk.
Seekor Jay berkeliaran di halaman tempat para Merak biasa berjalan, ia menemukan sejumlah bulu yang jatuh dari Merak saat mereka sedang berganti bulu.
Dia mengikat bulu itu semua ke ekornya dan berjalan menuju merak.
Ketika dia mendekati mereka, para Merak segera melihat adanya sebuah tipuan, dan berjalan mendekatinya kemudian mematuk dan mengambil bulu-bulu itu.
Sehingga Jay tidak bisa berbuat apa-apa selain kembali ke kumpulan Jay lain, yang telah mengamati perilakunya dari kejauhan; tetapi mereka sama-sama terganggu dengan sikap dia, dan mengatakan kepadanya: "Bukan hanya bulu-bulu halus yang membuat burung terlihat elok."
Manfaat cerita:
Mengajarkan kepada kita bahwa penampilan luar yang baik mesti diimbangi dengan jati diri yang baik pula.
Baca juga: Kisah Inspiratif Singkat Motivasi Hidup
Demikian Dongeng Anak Fabel sebagai penghantar sebelum tidur ini. Kisah yang ditulis oleh seorang yang bernama Aesop.
Semoga bermanfaat dan dapat diambil suatu ilmu pelajaran bagi kehidupan anak Indonesia dimasa mendatang. Salam hangat.
Dongeng anak biasanya selalu berhubungan dengan tokoh imajiner semisal puteri kerajaan, pangeran yang tampan dan gagah atau cerita tentang binatang alias fabel.
Berikut kami suguhkan cerita dongeng fabel. Selain sebagai alat penghantar tidur juga bisa diambil manfaat dan pesan moral bekal anak hidup dalam bermasyarakat dan bersosial nantinya.
Mari kita mulai baca kisah-kisahnya.
Dongeng Anak Fabel Penghantar Tidur
Kita awali kisahnya dari cerita sikap burung beserta kawanannya terhadap petani yang menanam rami.1. Burung Walet dan Temannya
Kebetulan seorang penduduk dusun sedang menabur benih rami di ladang di mana seekor burung Walet dan beberapa burung lain melompat-lompat untuk mengambil makanan."Waspadalah terhadap pria itu," kata si Burung Walet memperingatkan.
"Kenapa, apa yang dia lakukan?" sahut yang lain.
"Itu adalah benih rami yang dia tabur; berhati-hatilah untuk mengambil setiap biji, jika tidak, kalian akan menyesal."
Burung-burung tidak memedulikan ucapan si Burung Walet, dan dari waktu ke waktu rami pun tumbuh dan dibuat menjadi tali, kemudian dari tali, jaring dibuat.
Banyak burung yang membenci nasihat si Burung Walet, tertangkap dalam jaring yang dibuat dari rami itu.
"Bukankah aku sudah memperingatkan kalian?" kata si Burung Walet.
Manfaat atau Pesan Moral:
Hancurkan atau jauhi benih kejahatan, atau dia akan tumbuh menjadi kehancuran kita.
2. Katak Menginginkan Seorang Raja
Katak hidup sebahagia mungkin di rawa-rawa yang cocok untuk mereka; hidup masing-masing, tidak saling peduli.Tetapi beberapa dari mereka berpikir bahwa hal ini tidak benar, mereka harus memiliki seorang raja dan konstitusi yang tepat.
Maka mereka memutuskan untuk mengirimkan petisi kepada Jupiter untuk memberikan apa yang mereka inginkan.
"Jupiter, Jupiter," seru mereka, "Kirimkan kepada kami seorang raja yang akan memerintah dan menjaga kita tetap rapi."
Jupiter tertawa mendengar suara parau para katak, dan melemparkan sebuah gelondongan kayu besar ke atas rawa.
Katak-katak itu ketakutan oleh suara gemuruh yang terjadi di tengah-tengah mereka, dan semua bergegas ke luar untuk melihat monster mengerikan itu.
Setelah beberapa waktu, melihat bahwa benda itu tidak bergerak, satu atau dua dari mereka yang paling berani pergi ke arah gelondongan kayu dan bahkan berani menyentuhnya; tetap saja tidak bergerak.
Kemudian seekor katak jagoan melompat ke atas kayu dan mulai menari-nari di atasnya, maka semua katak datang dan melakukan hal yang sama.
Untuk beberapa waktu, Katak menjalankan urusan mereka setiap hari tanpa memedulikan Raja Kayu baru yang berbaring di tengah-tengah mereka.
Namun keadaan ini tidak cocok bagi mereka, jadi mereka pun mengirim petisi lagi ke Jupiter, dan berkata kepadanya, "Kami ingin raja yang nyata; yang benar-benar akan memerintah kita."
Hal ini membuat Jupiter marah, kemudian dia mengirim di antara mereka Bangau besar yang segera mulai bekerja, menelan mereka semua.
Para Kodok menyesal dengan semua yang terjadi, namun tentu saja hal itu sudah terlambat.
Pesan moral:
Kita harus banyak bersyukur terhadap nikmat yang datang. Dan menjauhi berkeluh kesah.
3. Gunung Meletus
Suatu hari orang-orang desa memperhatikan bahwa gung akan meletus.Asap keluar dari puncak, bumi bergetar di kaki mereka, pohon-pohon tumbang, dan batu-batu besar berjatuhan.
Mereka merasa yakin bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Semua berkumpul di satu tempat untuk melihat hal mengerikan yang akan terjadi.
Mereka menunggu dan menunggu, tetapi tidak ada yang datang. Akhirnya ada gempa bumi yang lebih dahsyat, dan sebuah celah besar muncul di sisi gunung itu.
Semua berlutut dan menunggu. Tiba-tiba, seekor tikus mungil mengulurkan kepala dan bulu kecilnya keluar dari celah dan berlari ke arah mereka, dan berkata: "Banyak teriakan, hasil kecil."
Pesan moral atau manfaat cerita:
Bahwa seperti tong kosong nyaring bunyinya. Banyak bicara sedikit kerja. Seharusnya sedikit bicara, kerja nyata.
4. Kelinci dan Katak
Kelinci sering dianiaya oleh binatang liar lainnya, mereka tidak tahu ke mana harus pergi. Jika melihat seekor binatang mendekati, mereka langsung berlari.Suatu hari mereka melihat pasukan Kuda liar berlari-lari kecil, dengan panik, semua kelinci bergegas menuju sebuah danau, bertekad untuk menenggelamkan diri daripada hidup dalam keadaan ketakutan yang terus menerus.
Tetapi tepat ketika mereka tiba di dekat tepi danau, satu pasukan Kodok, pada gilirannya ketakutan karena didekati para Kelinci yang datang.
Mereka para katak bergegas, dan melompat ke dalam air.
"Sungguh," kata salah satu Kelinci, "Keadaan tidak seburuk yang kelihatannya. Selalu ada seseorang yang lebih buruk daripada dirimu."
Manfaat cerita:
Mengajarkan kepada kita bahwa bukan hanya kita saja yang mendapatkan masalah hidup. Semua orangpun sama. Hanya berbeda cerita dan topik serta sumbernya.
5. Serigala dan Anak Kecil
Seorang bocah bertengger di atas sebuah rumah, ketika menengok ke bawah dia melihat serigala lewat di bawahnya.Segera ia mulai mencaci dan menyerang musuhnya ini. "Pembunuh dan pencuri," serunya, "Apa yang kamu lakukan di sini, di dekat rumah orang jujur? Beraninya kamu muncul di tempat dimana perbuatan kejimu sudah terkenal?"
"Terkutuklah, teman mudaku," kata si Serigala. "Mudah untuk berani dari jarak yang aman."
Manfaat cerita:
Jangan jadi seorang pengecut. Tentunya pengecut yang berurusan dengan berantem atau berkelahi. Tapi harus berani karena benar.
6. Penebang Kayu dan Ular
Suatu hari di musim dingin seorang penebang kayu sedang beranjak pulang dari pekerjaannya. Dia melihat sesuatu yang hitam tergeletak di salju.Ketika semakin dekat, dia melihat itu adalah Ular, kelihatannya hampir mati. Tapi dia mengambilnya dan meletakkannya di dada untuk menghangatkan si Ular sambil bergegas pulang.
Begitu sampai di dalam ruangan, dia meletakkan Ular itu di atas perapian.
Anak-anak menyaksikannya dan melihat sang ular perlahan-lahan menjadi hidup kembali.
Kemudian salah satu dari mereka membungkuk untuk membelainya, tetapi sang Ular mengangkat kepala serta mengeluarkan taring dan hendak mematuk anak itu sampai mati.
Maka si penebang kayu mengambil kapaknya, dan dengan satu tebasan memotong Ular menjadi dua.
"Ah," katanya, "Tidak ada rasa terima kasih dari orang jahat."
Pesan moral:
Berhati-hatilah bergaul dengan orang yang mempunyai sifat jahat. Jika tidak terpengaruh sifatnya, bisa jadi terkena dampak akibat kelakuan mereka.
7. Si Botak dan Sang Lalat
Pernah ada Manusia Botak yang sedang duduk di teras rumah setelah bekerja disiang hari yang panas.Seekor lalat datang dan terus membicarakan tentang kepala botaknya, dan menyengat ia dari waktu ke waktu.
Pria itu mengarahkan pukulan ke musuh kecilnya itu, tetapi telapak tangan dia malah mengenai kepalanya;
Sekali lagi sang Lalat mengganggunya, tetapi kali ini Manusia itu lebih bijaksana dan berkata: "Kamu hanya akan melukai dirimu sendiri jika kamu memperhatikan musuh-musuh yang tercela."
Manfaat cerita:
Mengajarkan kepada kita untuk mengabaikan sikap para pembenci. Tetap bersikap baik.
Atau, lupakanlah masalah-masalah sepele yang ada. Tetap fokus pada pekerjaan besar yang ada.
8. Rubah dan Bangau
Pada suatu waktu, Rubah dan Bangau senang saling berkunjung dan tampaknya mereka teman yang sangat akrab.Sang Rubah mengundang Bangau untuk makan malam, dia bercanda dengan tidak menyuguhkan apa-apa di depannya selain hidangan sup yang kuahnya sangat sedikit.
Si Rubah bisa dengan mudah meminumnya, tetapi Bangau itu hanya bisa membasahi bagian akhir dari kerongkongan yang panjang di dalamnya, dan meninggalkan makanan itu seperti ketika dia mulai.
"Maaf," kata si Rubah, "Sup itu tidak sesuai dengan keinginanmu."
"Tidak usah minta maaf," kata Bangau. "Aku harap kamu akan mengunjungi dan makan bersamaku segera."
Suatu hari ditetapkan ketika Rubah harus mengunjungi Bangau. Mereka duduk di meja, semua makan malam tersimpan dalam botol berleher sangat panjang dengan mulut sempit, dimana si Rubah tidak bisa memasukkan moncongnya, jadi yang bisa ia lakukan hanyalah menjilat bagian luar botol.
"Aku tidak akan meminta maaf untuk makan malam ini," kata Bangau: "Satu sikap yang buruk layak mendapat yang lain."
Pesan moral:
Ketika kita bersikap buruk terhadap orang lain maka orang lainpun bisa melakukan hal yang sama.
9. Rubah dan Topeng
Rubah dengan cara tertentu masuk ke ruang toko teater. Tiba-tiba dia mengamati wajah yang menatapnya dan mulai sangat ketakutan.Tetapi ketika melihat lebih dekat, dia menemukan itu hanyalah Topeng seperti yang aktor gunakan untuk menutupi wajah mereka.
"Ah," kata si Rubah, "Kamu terlihat sangat baik; sangat disayangkan kamu tidak punya otak."
Pesan moral:
Bisa jadi, penampilan luar yang buruk adalah mewakili nilai batin yang sedang buruk.
10. Jay dan Merak
Jay (burung yang hidup di Amerika)Seekor Jay berkeliaran di halaman tempat para Merak biasa berjalan, ia menemukan sejumlah bulu yang jatuh dari Merak saat mereka sedang berganti bulu.
Dia mengikat bulu itu semua ke ekornya dan berjalan menuju merak.
Ketika dia mendekati mereka, para Merak segera melihat adanya sebuah tipuan, dan berjalan mendekatinya kemudian mematuk dan mengambil bulu-bulu itu.
Sehingga Jay tidak bisa berbuat apa-apa selain kembali ke kumpulan Jay lain, yang telah mengamati perilakunya dari kejauhan; tetapi mereka sama-sama terganggu dengan sikap dia, dan mengatakan kepadanya: "Bukan hanya bulu-bulu halus yang membuat burung terlihat elok."
Manfaat cerita:
Mengajarkan kepada kita bahwa penampilan luar yang baik mesti diimbangi dengan jati diri yang baik pula.
Baca juga: Kisah Inspiratif Singkat Motivasi Hidup
Demikian Dongeng Anak Fabel sebagai penghantar sebelum tidur ini. Kisah yang ditulis oleh seorang yang bernama Aesop.
Semoga bermanfaat dan dapat diambil suatu ilmu pelajaran bagi kehidupan anak Indonesia dimasa mendatang. Salam hangat.