-->

Rabunnya Hati - Pertemuan Mengawali Kisah Indah

Cerita pendek pertemuan mengawali kisah indah ini adalah salah satu serial Rabunnya Cinta yang dipotong-potong dalam kemasan cerpen.

Rabunnya Cinta - Pertemuan Mengawali Kisah Indah.


Int. Kandang meri - sore selepas Ashar.

Ibu Elis(45)an. Dia adalah ibunya Farhan. Pakaian yang dikenakan, atasannya memakai kebaya, bawah pakai sarung kebat, kudung yang tertutup seperti sedang memakai taplak meja. Ia sedang menyapu halaman kandang yang lumayan lebar.

Farhan tampak sedang mengambil dedak dari karung. Kemudian memasukkannya ke dalam panci dan memberinya air.

Bentar-bentar ia nengok ke pintu pagar. Si Udin yang dicari. Harusnya dedak itu dicampur dengan cacahan ikan laut yang dibelinya di tempat pelelangan ikan. Nah tugas untuk mencacah ikan itu si Udin. Sedang yang ditunggu belum datang juga.

Act 5.

Ss.

Farhan menggerutu.

Farhan : "Sompret, kalo nanti dia datang, tuh gigi sayah kasih behel biar lurus. Moga-moga otaknya ikut lurus juga ngikutin gigi. Sampe jam segini belom nongol-nongol juga. Bisa-bisa kelaperan nih meri."

Mendengar Farhan menggerutu ibu Elis nengok dan berhenti menyapu.

Ibu Elis : "Si Udin teh belum datang Han. Kok jam segini belom keliatan yah?"

Farhan : "Iyah bu, belum. Tau kemana tuh anak"

"Haan...Haan... Ada kabar baek nih Han."

Terdengar suara dari jalan pinggir kandang. Sepertinya Udin sudah datang lewat samping.

Farhan : "Eh kampret sini cepetan. Kemana aja sih. Payah nih punya anak buah kayak kamu bisa-bisa bangkrut abang"

Udin : "Yaaa... Gituh aja ngomel. Kan gak setiap hari saya terlambat bang ganteng. Ini juga kalo tidak ada urusan yang penting sih gak mungkin telat."

Ibu Elis : "Gaya kamu Din, pake bilang urusan penting, kayak pejabat aja."

Farhan : "Iya bu, sok-sokan kayak orang penting, nih si dodol. Udah luh sana beresin tuh ikan, bisa-bisa pada mate meri kita. Mau saya potong saham kamu di sini."

Udin : "Iyah... Iyah... Sabar napa. Gak segitunya kali pake acara motong saham. Tapi ini urusan memang penting Han. Menyangkut masa depan kamu. Mau denger nggak?"

Udin berjalan menuju meja tempat biasanya dia mencacah ikan. Diambilnya ikan dari tong tempat ikan kemudian menghancurkan ikan dengan kapak yang tersedia di meja.

Farhan : "Nggaaa"
Jawab Farhan acuh tak acuh menjawabnya.

Udin : "Kemarin waktu saya habis dari sini. Kebetulan lewat warung makannya bi Enok. Tadinya mo beli rokok di warungnya bi Ina. Eh lakadalah, liat pemandangan yang bikin silau mata. Itu wajahnya, putih, cakep. Ah pokoknya mah...."

Udin nyerocos bercerita walau Farhan sudah bilang tidak mau. Dan Farhan pun sudah maklum. Mau tidak mau temennya ini pasti cerita.

Mendengar si Udin menggantung ceritanya Farhan pun memalingkan wajahnya sedikit tertarik.

Farhan : "Kamu lagi ngomongin si Mimin yah Din?"

Udin : "Weleh.. Weleh.. Ini nih. Pantesan kamu teh jomblonya lama. Tidak mengerti kalau urusan wanita. Taunya meri, mancing dan nulis. Itu lagi itu lagi. Mulai sekarang, masukkan kata wanita dalam hidup kamu. Sebagai permulaan, fahami dan resapi nih cerita yang bakal keluar dari mulut saya ini. Faham?"

Ibu Elis yang tadinya acuh tak acuh menjadi tertarik akan ucapan Udin.

Ibu Elis : "Bener tuh kata si Udin. Kamu mesti memasukkan kata wanita dalam kamus hidup kamu Han. Mau sampai kapan kamu bujangan terus. Ibu kepengen menimbang cucu tau."

Farhan : "Haduh... Jadi kompakan begini, tumben-tumbenan. Iyah-iyah sayah ngerti. Nah sok Udin terusin cerita kamu teh biar saya ngarti urusan penting apa."

Udin : "Begini ceritanya..."
Flashback.

Akhir act5

Int. Rumah makan. Siang selepas adzan ashar.

Act 6.

Ls.

Hani, Reno dan Rita turun dari mobil. Mereka baru tiba di pantai Santolo. Mobil diparkir depan rumah makan yang berjejer. Sepertinya mereka hendak makan siang.

Ss.

Hani : "Mo makan dulu atau kita cari penginapan nih enaknya?"

Hani bertanya sambil berpaling kepada dua temannya yang sedang melihat ke sekeliling.

Reno : "Makan dulu cin, laper nih."

Hani : "Kalo menurut lo gimana Ta?"

Rita : "Makan dululah, biar gak masuk angin. Noh ada yang jual kelapa muda. Kita sana aja yuk."

Tanpa memperdulikan Hani dan Reno, Rita ngeloyor pergi ke warung yang ditunjuknya tadi. Hani dan Renopun terpaksa mengikuti kepergian Rita.

Hani : "Temen lu tuh, kelakuannya kayak gituh."

Telunjuk Hani mengarah ke Rita, mukanya berpaling ke Reno.

Reno : "Hih, temen lo kali, tadi cuek. Sekarang, nggak nunggu persetujuan bareng-bareng, maen ngeloyor aja."


Reno mencibirkan bibirnya sambil membuang muka. Hani hanya tertawa sambil menjembel pipinya Reno. Mereka melangkah beriringan mengejar langkah Rita.

Akhir act 6.

Int. Warung makan.

Ibu warung (40)an. Berkerudung. Ramah.

Ss

Act 7.

Ibu warung : "Baru datang yah eneng, aa, ayo silahkan duduk. Mau pesan apa?"

Rita : "Iyah nih bu. Saya kelapa muda aja. Lo pesen apa Han?"
Tengok Rita kepada Hani.

Hani : "Sama"
Jawab Hani sambil duduk di bale-bale. Reno pun ikut menjatuhkan badannya di sisi Hani.

Rita : "Kalo elo apa Ren?"

Reno : "Ikut kalian sajah"

Rita : "Kelapa mudanya tiga bu."

Ibu warung : "Kelapa mudanya tiga, ada lagi neng?"

Ibu warung bertanya sambil melangkah ke tempat kelapa yang bertumpuk di luar. Ditebasnya tiga butir kelapa dari runtaiannya. Dengan cekatan ia mengupas kelapa itu, memberikan susu cair kaleng kemudian memberikan sedotan dan sendok pada masing-masing lubang kelapa.

Rita : "Ntar aja bu. Pengen minum dulu, aus nih."

Ibu warung : "Baik neng. Ngomong-ngomong neng ini dari mana?"

Ucapan ibu warung dibarengi dengan memberikan masing-masing kelapa muda ke hadapan Hani, Reno dan Rita.

Reno : "Kami dari Jakarta, bu."

Ibu warung : "Jauh juga yah. Ya sok silahkan diminum kelapanya aa. Siang-siang begini pasti seger."

Reno : "Makasih bu. Oh ya kalo boleh panggil saya juga eneng kayak ibu manggil mereka berdua yah."

Ibu warung : "Oh gituh yah, baik aa"

Reno : "Itu si ibu, manggil saya aa lagi."

Reno tampak sewot, Rita dan Hani hanya cekikikan.

Ibu warung : "Maafin ibu kalo gituh neng. Ya sudah saya tinggal dulu."

Si ibu warung akhirnya mau manggil Reno eneng, namun pas manggil eneng mukanya menghadap ke arah Hani dan Rita.

Reno : "Hih... Rugi kayaknya yah bu manggil saya eneng."

Hani dan Rita kembali cekikikan. Ibu warung hanya senyam senyum didamprat seperti itu oleh Reno.

Tanpa banyak lagi basa-basi merekapun asyik dengan kelapanya masing-masing.

Ls
Dari kejauhan datang Udin sambil cengar-cengir. Pas dekat dengan tempat Reno, Hani dan Rita yang sedang asyik dengan kelapanya ia terbengong-bengong melihat kecantikan Hani. Sesaat ia diam terpaku, terpesona.

Ss.

Reno : "Nggak gitu kali ngeliatnya, ampe nggak ngedip. Tuh mulut kemasukan lalet baru nyaho."
Gerutu Reno ketika melihat Udin hanya diam terpaku di depan mereka. Hani dan Rita yang tadinya tidak sadar menengok melihat ke arah Udin. Rita tertawa cekikikan sedang Hani cuek saja dan kembali asyik dengan kelapanya.

Rita : "Woy bang, ati-ati tuh mulut gak bisa balik melongo mulu."
Teriak Rita menyadarkan Udin. Udin yang tersadar cuman garuk-garuk kepala dan senyum kagak puguh karena merasa malu.

Udin : "Kalian kalo tidak dari Bandung pasti dari Jakarta yah. Kenalin nama saya Udin, warga asli sini."
Udin mengulurkan tangan mengajak salaman.

Reno : "Reni"
Ucap Reno menerima uluran tangan sambil memainkan jari telunjuk dengan genit membuat Udin kaget dan cepat-cepat melepaskan tangannya.

Udin : "Oh Reni, kayak nama cewek yah aa."
Ucap Udin heran. Tangannya diulurkan ke Rita.

Rita : "Rita"

Reno : "Emang gue cewek, situh gak bisa liat apa, cantik begini?"

Udin bengong sesaat, dia teliti berulangkali dengan penuh keheranan wajahnya Reno sedangkan tangannya terulur ke Hani.

Hani : "Tanya aja ama temen gue tuh nama gue siapa."
Jawaban Hani yang dingin disertai dengan rasa enggannya menerima uluran tangan Udin. Nempel dikit dilepasnya cepat-cepat tangan itu.

Udin menggerutu di hati "cantik-cantik sombong nih cewek."

Reno : "Namanya Hani bang Udin."
Sepertinya ia kasihan melihat Udin yang kikuk dan sedikit kaget menerima perlakuan Hani.

Udin : "Oh neng Hani, cantik yah."

Rita : "Udah banyak yang ngomong kayak gitu bang Udin. Abang kayaknya orang yang ke seribu dua ratus deh."
Canda Rita.

Udin : "Waaw..."

Reno : "Biasa aja kali bang herannya ampe melongo gituh. Oh iyah, bang Udin tahu tempat nginap yang enak ngga buat kita bermalam entar malem?"

Udin : "Tahu aa Reni."

Reno : "Belakangnya sih bener, depannya itu, plis deh ah. Dimana bang?"

Udin : "Di depan sana ada bungallow. Tempatnya enak, langsung menghadap laut. Ada kafenya juga. Pokoknya mah nyaman."

Rita : "Murah nggak?"

Udin : "Buat eneng mah pasti murah."

Reno : "Makasih yah bang infonya."

Udin : "Sama-sama. Saya permisi dulu mo beli rokok sekalian mo pulang dulu. Kalo ada apa-apa, panggil saja saya yah."

Rita : "Iyah bang."

Udinpun ngeloyor ke warung rokok yang ada di sebelah. Tak lama kemudian menghilang di balik gang.

Reno : "Lucu yah orangnya."

Rita : "Baek lagi dan polosnya itu hehe.."

Hani : "Udah ah, pesen makan yuk."

Reno : "Yuk. Bu...."

Sahut Reno sambil memanggil ibu warung untuk memesan makanan.

Setelah menunggu sebentar pesanan datang, kini mereka makan dengan lahapnya.

Akhir act 7.

Episode sebelumnya: Jalan-Jalan ke Garut

Demikian cerita pendek Pertemuan Mengawali kisah indah ini. Ditunggu cerpen selanjutnya. Salam.
LihatTutupKomentar