Kisah Gila Wisata ke Tangkuban Perahu
Kisah gila wisata Tangkuban Perahu adalah cerita tentang jalan-jalan ke gunung yang ada di Bandung ini
Kisah Gila Wisata ke Tangkuban Perahu. Jalan-jalan atau pelesir biasanya identik dengan kebahagiaan.
Senang rasanya bisa terlepas dari rutinitas sehari-hari yang kadang membuat bosan.
Dalam kebahagiaan itu biasanya terselip cerita seru, mengagumkan atau cerita lucu. Lumayan bisa dijadikan kenang-kenangan untuk masa depan.
Di artikel ini penulis akan menceritakan kisah gila-gilaan ketika wisata di Tangkuban Perahu.
Kerjanya itu-itu saja selama delapan jam sehari. Enam hari seminggu. Udah gitu, pekerjanya hampir semua cowok. Garing kita.
Makanya ketika liburan yang lumayan panjang kita pada sepakat buat berwisata. Beberapa pilihan tempat pelesir sempat menjadi pertimbangan kami sebelum semuanya sepakat untuk berwisata ke gunung Tangkuban Perahu, Bandung sana.
Kita menyewa sebuah mobil kecil. Sesuai dengan jumlah orang yang akan berangkat. Tak banyak bekal yang kita bawa.
Nanti saja kita beli di sana, itu rencananya. Hanya yang bikin geli adalah bahwa kita membawa ayam sebagai bekal.
Asli, ini adalah ide teraneh dan gila yang pernah saya temui. Sudah gitu, ayamnya masih utuh dengan bulunya walau sudah disembelih.
Sebelumnya kami berdebat tentang bagaimana ngurusnya nanti. Sedangkan kita tidak membawa alat masak apapun.
Namun teman saya sang pemilik ide menjamin bahwa ayam itu bakal terurus nantinya. Tahu beres katanya. Ya sudahlah kita ikutin saja ide dia.
Walau sedikit penasaran dan merasa gila, gimana sih yang bakal terjadi nantinya. Namun kami lakukan juga, membawa ayam itu sebagai bekal jalan-jalan ini.
Pagi-pagi kita berangkat dari Karawang dan tiba di Tangkuban Perahu menjelang malam. Langsung kita menuju loket karcis berniat membeli tiket masuk. Namun kita ditolak, karena kebetulan waktu kunjungan sudah tutup.
Pada kebingungan semua dengan keadaan ini. Mau ke mana kita malam ini. Tak ada rencana cadangan.
Entah ide siapa, kita putuskan untuk jalan-jalan dulu ke bawah, arah Lembang.
Keren nih orang. Petualang sejati. Kita putuskan berhenti untuk ikut membakar ayam. Lumayan, ada api gratis.
Pemilik Vespa itu menerima baik permintaan kita untuk numpang membakar ayam di api unggunnya.
Masa mau nolak, dia sendirian, yang dateng banyak. Mungkin itu yang ada di pikiran dia. Ikhlas gak ikhlas ya mesti terima.
Ayam pun mulai kami urus. Ternyata begini caranya ngakalin ayam itu. Pertama, sisit kulitnya diiris memanjang. Mulai dari leher hingga dubur ayam.
Setelah itu, tarik ke kanan dan ke kiri kulitnya. Kini, ayam itu tinggal dagingnya saja.
Kedua, rogoh isi perutnya dan keluarkan. Setelah itu dibuang bersama kulit ayam tadi. Jadi deh, ayam yang siap dipanggang. Baru tahu saya teknik ini. Mantab juga.
Selama kami mengurus ayam dan ngobrol, ekspresi pemilik Vespa terlihat datar. Walau kita coba mengajak ngobrol. Biar akrab maksudnya.
Namun, entah karena merasa terganggu atau merasa takut, dia banyak diem nya. Apalagi kita bahasa Sundanya kasar-kasar. Bisa jadi, dia membayangkan hal yang bukan-bukan.
Ditambah lagi dengan kelakuan kami yang lainnya. Kami menuangkan minuman ke badan ayam. Sang pemilik ide ayam ini pula yang membawa barang itu. Kata dia buat minyaknya.
Saya hanya bisa ketawa, karena pasti menguap lah. Buat apa coba. Tapi gak apa-apalah terlanjur gila, kita ikutin saja.
Namun yang kasihan sang pemilik Vespa. Dia sepertinya ngeri dengan kelakuan kita. Udah mah ngomongnya kasar-kasar, bawa barang itu pula. Wajar jika dia risih.
Tiba-tiba dia pamitan. Semua kayu bakar dia berikan kepada kami. Maaf yah Kang. Mungkin itu hanya perkiraan saya saja, entah apa sebetulnya yang dia pikirkan. Tentunya hanya dia yang tahu.
Sebentar saja ayam itu ludes kita makan, hanya menyisakan tulang belulang saja. Kenyanglah kita.
Habis makan kita putuskan untuk tidur di mobil dan tidak lagi melanjutkan perjalanan ke bawah. Besok baru kita naik ke Tangkuban Parahu, rencananya.
Semua kursi dilipat dan diatur biar bisa buat kita rebahan. Beres itu mulailah kita ngambil posisi. Kayak pindang kita berhimpitan. Tapi asik ajah.
Mungkin karena telat makan, jadinya masuk angin ditambah dengan makan ayam yang sedikit matang tadi. Ada sesuatu yang ingin ke luar. Namun bisa menjadi tragedi.
Saya coba tahan. Kasihan teman-teman yang lainnya. Pasti bakal mencium bau tak sedap. Namun, hanya beberapa menit saja saya bisa menahannya.
Lama-lama dorongan itu semakin kencang saja. Hingga membuat saya kewalahan dan bingung.
Mau ke luar mobil susah. Karena posisi yang berhimpitan ini. Tak keluar gimana. Simalakama.
Aha... Akhirnya saya dapat ide gila. Sedikit demi sedikit angin pembawa malapetaka itu saya keluarkan.
Sambil berharap tidak ada bau yang tercium. Namun harapan tinggal harapan. Keinginan saya tidak terkabul.
Sang pemilik ide ayam yang kebetulan berdempetan dengan saya tiba-tiba berteriak:
"Woooy.. siapa yang kentut nih?"
Tak lama kemudian, semua yang ada di dalam mobil ikut teriak juga kebauan. Hebohlah seisi mobil dan pada bubar keluar dari dalam mobil.
Saya hanya bisa ngakak dan mengakuinya. Sumpah serapah pun ke luar dari mulut teman saya. Ancuur.
Namun kentut saya ini ternyata sakti. Karena setelah kejadian ini kami memutuskan untuk jalan ke Lembang.
Saya bingung, kok pada berubah pikiran. Mungkin bau kentut saya memang bener-bener ajaib.
Walau saya tidak setuju dan bingung karena waktu ditanya mo ngapain tak ada yang bisa jawab.
Ya sudahlah kita ikuti keinginan bersama. Akhirnya kita berangkat ke arah Lembang.
"Beli jagung bakar nih," pikir saya.
Kamipun semua turun. Tampak tukang jagung bakar pada berdiri. Ada pembeli jagung datang euy, mungkin itu yang ada di pikiran mereka.
Kebetulan saya ingin buang air kecil. Maka saya putuskan untuk buang hajat terlebih dahulu.
Celingak sini celinguk sana, ternyata tidak ada toilet. Akhirnya saya putuskan untuk melipir ke balik pohon.
Cowok kan biasa begini kelakuannya. Dan beberapa teman saya pun ternyata ingin buang air juga. Rame-ramelah kita menandai wilayah dengan membasahi pohon.
Waktu melihat warung itu, tidak ada satupun teman saya sedang duduk atau menunggu jagung bakar. Saya jadi bingung. Ada apa ini?
"Woy ayo masuk," tiba-tiba pintu mobil terbuka, tampak teman saya melambaikan tangan.
Dengan bingung saya terpaksa jalan ke arah mobil. Diiringi oleh tatapan aneh pemilik jagung bakar.
Asli, saat itu saya malu. Kasihan mereka, dikiranya bakal dapat rezeki. Eh malah nemu orang gila dan sableng macam kita. Mungkin kalo siang hari, muka saya kelihatan memerah.
Namun apalah daya saya. Masa maksain untuk beli jagung sendirian. Kita kan rombongan, keputusan rombongan mesti diikuti.
"Maafin yah, Pak," batin saya.
Kita berangkat lagi. Kali ini balik arah. Menuju ke gunung Tangkuban Perahu. Tiba di sana, kita masuk ke parkiran tempat warung-warung yang berjejer menunggu pendatang.
Di sini kita makan dan tidur sambil nunggu pagi. Saya berpikir, temen-temen saya ini pada gila. Kalau tahu ada warung di sini, ngapain kita muter-muter gak jelas. Ya sudahlah.
Dimulai dari kawah yang yang bikin takjub hingga keunikan jejeran tukang souvenir yang ada di mulut kawah. Tempat ini memang eksotis.
Pulangnya kami beli oleh-oleh yaitu Nanas Subang yang terkenal rasanya sangat manis. Sudah gitu besar-besar dan pastinya murah pula. Belinya di pinggir jalan.
Demikian, artikel Kisah Gila Wisata ke Tangkuban Perahu ini. Tempat jalan-jalan yang belum pernah saya kunjungi lagi.
Semoga menghibur. Salam hangat. Semoga kita bertemu di kisah lainnya. Terimakasih sudah berkunjung di sini.
Senang rasanya bisa terlepas dari rutinitas sehari-hari yang kadang membuat bosan.
Dalam kebahagiaan itu biasanya terselip cerita seru, mengagumkan atau cerita lucu. Lumayan bisa dijadikan kenang-kenangan untuk masa depan.
Di artikel ini penulis akan menceritakan kisah gila-gilaan ketika wisata di Tangkuban Perahu.
Kisah Gila Wisata ke Tangkuban Perahu.
C erita ini adalah cerita yang sudah lama terjadi. Waktu saya masih tinggal di kota Karawang. Mari kita mulai.Liburan.
Kerja di pabrik roda gigi yang kecil, lumayan bikin bete. Apalagi waktu itu saya berprofesi sebagai operator produksi.Kerjanya itu-itu saja selama delapan jam sehari. Enam hari seminggu. Udah gitu, pekerjanya hampir semua cowok. Garing kita.
Kita menyewa sebuah mobil kecil. Sesuai dengan jumlah orang yang akan berangkat. Tak banyak bekal yang kita bawa.
Nanti saja kita beli di sana, itu rencananya. Hanya yang bikin geli adalah bahwa kita membawa ayam sebagai bekal.
Asli, ini adalah ide teraneh dan gila yang pernah saya temui. Sudah gitu, ayamnya masih utuh dengan bulunya walau sudah disembelih.
Sebelumnya kami berdebat tentang bagaimana ngurusnya nanti. Sedangkan kita tidak membawa alat masak apapun.
Namun teman saya sang pemilik ide menjamin bahwa ayam itu bakal terurus nantinya. Tahu beres katanya. Ya sudahlah kita ikutin saja ide dia.
Walau sedikit penasaran dan merasa gila, gimana sih yang bakal terjadi nantinya. Namun kami lakukan juga, membawa ayam itu sebagai bekal jalan-jalan ini.
Pagi-pagi kita berangkat dari Karawang dan tiba di Tangkuban Perahu menjelang malam. Langsung kita menuju loket karcis berniat membeli tiket masuk. Namun kita ditolak, karena kebetulan waktu kunjungan sudah tutup.
Pada kebingungan semua dengan keadaan ini. Mau ke mana kita malam ini. Tak ada rencana cadangan.
Entah ide siapa, kita putuskan untuk jalan-jalan dulu ke bawah, arah Lembang.
Ketemu Pengendara Vespa.
Di perjalanan kita bertemu dengan seorang scooterist alias pemilik Vespa di pinggir jalan. Dia sedang membuat api unggun sendirian.Keren nih orang. Petualang sejati. Kita putuskan berhenti untuk ikut membakar ayam. Lumayan, ada api gratis.
Pemilik Vespa itu menerima baik permintaan kita untuk numpang membakar ayam di api unggunnya.
Masa mau nolak, dia sendirian, yang dateng banyak. Mungkin itu yang ada di pikiran dia. Ikhlas gak ikhlas ya mesti terima.
Ayam pun mulai kami urus. Ternyata begini caranya ngakalin ayam itu. Pertama, sisit kulitnya diiris memanjang. Mulai dari leher hingga dubur ayam.
Setelah itu, tarik ke kanan dan ke kiri kulitnya. Kini, ayam itu tinggal dagingnya saja.
Kedua, rogoh isi perutnya dan keluarkan. Setelah itu dibuang bersama kulit ayam tadi. Jadi deh, ayam yang siap dipanggang. Baru tahu saya teknik ini. Mantab juga.
Selama kami mengurus ayam dan ngobrol, ekspresi pemilik Vespa terlihat datar. Walau kita coba mengajak ngobrol. Biar akrab maksudnya.
Namun, entah karena merasa terganggu atau merasa takut, dia banyak diem nya. Apalagi kita bahasa Sundanya kasar-kasar. Bisa jadi, dia membayangkan hal yang bukan-bukan.
Ditambah lagi dengan kelakuan kami yang lainnya. Kami menuangkan minuman ke badan ayam. Sang pemilik ide ayam ini pula yang membawa barang itu. Kata dia buat minyaknya.
Saya hanya bisa ketawa, karena pasti menguap lah. Buat apa coba. Tapi gak apa-apalah terlanjur gila, kita ikutin saja.
Namun yang kasihan sang pemilik Vespa. Dia sepertinya ngeri dengan kelakuan kita. Udah mah ngomongnya kasar-kasar, bawa barang itu pula. Wajar jika dia risih.
Tiba-tiba dia pamitan. Semua kayu bakar dia berikan kepada kami. Maaf yah Kang. Mungkin itu hanya perkiraan saya saja, entah apa sebetulnya yang dia pikirkan. Tentunya hanya dia yang tahu.
Wisata Tangkuban Perahu Sambil Makan-Makan.
Tak lama ayam pun matang. Tepatnya, sedikit matang atau setengah matang. Kita hajar saja. Maklum lagi pada kelaparan.Sebentar saja ayam itu ludes kita makan, hanya menyisakan tulang belulang saja. Kenyanglah kita.
Habis makan kita putuskan untuk tidur di mobil dan tidak lagi melanjutkan perjalanan ke bawah. Besok baru kita naik ke Tangkuban Parahu, rencananya.
Semua kursi dilipat dan diatur biar bisa buat kita rebahan. Beres itu mulailah kita ngambil posisi. Kayak pindang kita berhimpitan. Tapi asik ajah.
Gila-Gilaan di Wisata Tangkuban Perahu.
Baru beberapa menit kita tiduran. Perut saya mulai terasa aneh. Agak kruak kriuk gimana gituh.Mungkin karena telat makan, jadinya masuk angin ditambah dengan makan ayam yang sedikit matang tadi. Ada sesuatu yang ingin ke luar. Namun bisa menjadi tragedi.
Saya coba tahan. Kasihan teman-teman yang lainnya. Pasti bakal mencium bau tak sedap. Namun, hanya beberapa menit saja saya bisa menahannya.
Lama-lama dorongan itu semakin kencang saja. Hingga membuat saya kewalahan dan bingung.
Mau ke luar mobil susah. Karena posisi yang berhimpitan ini. Tak keluar gimana. Simalakama.
Aha... Akhirnya saya dapat ide gila. Sedikit demi sedikit angin pembawa malapetaka itu saya keluarkan.
Sambil berharap tidak ada bau yang tercium. Namun harapan tinggal harapan. Keinginan saya tidak terkabul.
Sang pemilik ide ayam yang kebetulan berdempetan dengan saya tiba-tiba berteriak:
"Woooy.. siapa yang kentut nih?"
Tak lama kemudian, semua yang ada di dalam mobil ikut teriak juga kebauan. Hebohlah seisi mobil dan pada bubar keluar dari dalam mobil.
Saya hanya bisa ngakak dan mengakuinya. Sumpah serapah pun ke luar dari mulut teman saya. Ancuur.
Namun kentut saya ini ternyata sakti. Karena setelah kejadian ini kami memutuskan untuk jalan ke Lembang.
Saya bingung, kok pada berubah pikiran. Mungkin bau kentut saya memang bener-bener ajaib.
Walau saya tidak setuju dan bingung karena waktu ditanya mo ngapain tak ada yang bisa jawab.
Ya sudahlah kita ikuti keinginan bersama. Akhirnya kita berangkat ke arah Lembang.
Main ke Lembang.
Hal pertama yang kita temui ketika tiba di bawah adalah tukang jagung bakar. Dan mobilpun berhenti."Beli jagung bakar nih," pikir saya.
Kamipun semua turun. Tampak tukang jagung bakar pada berdiri. Ada pembeli jagung datang euy, mungkin itu yang ada di pikiran mereka.
Kebetulan saya ingin buang air kecil. Maka saya putuskan untuk buang hajat terlebih dahulu.
Celingak sini celinguk sana, ternyata tidak ada toilet. Akhirnya saya putuskan untuk melipir ke balik pohon.
Cowok kan biasa begini kelakuannya. Dan beberapa teman saya pun ternyata ingin buang air juga. Rame-ramelah kita menandai wilayah dengan membasahi pohon.
Bikin Malu Waktu Wisata Tangkuban Perahu.
Beres menuntaskan hajat, saya jalan ke arah tukang jagung. Kebetulan saya orang terakhir yang beraksi di bawah pohon.Waktu melihat warung itu, tidak ada satupun teman saya sedang duduk atau menunggu jagung bakar. Saya jadi bingung. Ada apa ini?
"Woy ayo masuk," tiba-tiba pintu mobil terbuka, tampak teman saya melambaikan tangan.
Dengan bingung saya terpaksa jalan ke arah mobil. Diiringi oleh tatapan aneh pemilik jagung bakar.
Asli, saat itu saya malu. Kasihan mereka, dikiranya bakal dapat rezeki. Eh malah nemu orang gila dan sableng macam kita. Mungkin kalo siang hari, muka saya kelihatan memerah.
Namun apalah daya saya. Masa maksain untuk beli jagung sendirian. Kita kan rombongan, keputusan rombongan mesti diikuti.
"Maafin yah, Pak," batin saya.
Kita berangkat lagi. Kali ini balik arah. Menuju ke gunung Tangkuban Perahu. Tiba di sana, kita masuk ke parkiran tempat warung-warung yang berjejer menunggu pendatang.
Di sini kita makan dan tidur sambil nunggu pagi. Saya berpikir, temen-temen saya ini pada gila. Kalau tahu ada warung di sini, ngapain kita muter-muter gak jelas. Ya sudahlah.
Wisata di Gunung Tangkuban Perahu.
Besoknya kita masuk ke tempat wisata gunung Tangkuban Perahu. Dan menikmati semua keindahannya.Dimulai dari kawah yang yang bikin takjub hingga keunikan jejeran tukang souvenir yang ada di mulut kawah. Tempat ini memang eksotis.
Pulangnya kami beli oleh-oleh yaitu Nanas Subang yang terkenal rasanya sangat manis. Sudah gitu besar-besar dan pastinya murah pula. Belinya di pinggir jalan.
Demikian, artikel Kisah Gila Wisata ke Tangkuban Perahu ini. Tempat jalan-jalan yang belum pernah saya kunjungi lagi.
Semoga menghibur. Salam hangat. Semoga kita bertemu di kisah lainnya. Terimakasih sudah berkunjung di sini.