Kisah Mistis Siluman Gunung Haruman, Garut
Kisah mistis bertemu dengan siluman gunung Haruman, kota Garut. Cerita ini cocok untuk pecinta kisah horror atau kisah seram. Simak misterinya.
Kisah mistis Siluman Gunung Haruman. Cerita ini adalah kisah mistis nyata yang terjadi di daerah Garut.
Dimana manusia bisa bertemu dengan penghuni alam ghaib yang menyerupai manusia. Selamat membaca.
Waktu dimana bisa membuang rasa bosan terhadap rutinitas sekolah, nganggur dan kerja di kota perantauan, yaitu kota Karawang.
Ada rasa romantika tersendiri ketika mengingat kota kelahiran. Selalu terbayang masa lalu yang eksotis dimana menghabiskan masa kecil dulu.
Terpatri sebuah kampung di bawah gunung Haruman yang berada di kota Garut.
Teringat dengan pesawahan yang menguning. Sungai tempat mandi dan mencari udang. Dan hal yang menarik lainnya untuk dikenang.
Dari sini menyambung perjalanan dengan naik kereta lokal tujuan akhir stasiun Cibatu, Garut.
Kereta lokal ini menurut saya adalah kereta legendaris. Kereta sejuta umat. Semua bisa diangkut, manusia, keramik, daun-daun, dagangan dan apapun bisa dibawa waktu itu.
Manusia dan barang-barang saling berhimpitan. Mirip Ikan pindang. Ditambah dengan pedagang yang bolak-balik sepanjang perjalanan. Gak kebayang deh pengapnya.
Tidak perlu beli karcis. Bisa bayar di atas kereta. Kadang bisa gratis, kalau mampu mengecoh kondekturnya. Saat itu manajemen kereta belum direnovasi oleh om Jonan.
Kini, bagaikan langit dan bumi keadaannya. Kereta menjadi bersih, ada pendingin udara, petugas jaga, suasana yang nyaman dan manusiawi tentunya.
Walau sudah ada perbaikan, namun kereta ini tiba di Garut selalu malam hari. Dulu, kereta ini berangkat subuh, pulangnya malam hari.
Kini berangkat jam sepuluh lewat, pulang jam sembilan malam lewat. Dan saya tiba di kampung halaman pun malam hari, mengikuti jadwal kereta ini.
Rumah yang saya singgahi sebagai tempat menginap adalah rumah saudara. Tak ada cerita yang bisa dibagi mengenai kedatangan saya.
Karena penduduk biasanya sudah tidur sebelum jam sepuluh malam. Apalagi ibu-ibu, habis Isya sudah pada ngendon di kamar.
Ada kegiatan mendaki gunung ini yang menjulang diantara beberapa kecamatan di Garut ini. Diantaranya kecamatan Cibiuk, Limbangan dan Kadungora.
Gunung Haruman ini mempunyai suatu misteri dan mitos. Yaitu tentang sebuah batu yang bernama Batu Kuda.
Banyak cerita yang beredar di masyarakat. Hingga saking berlebihannya, terkadang batu ini disebut juga Batu Sembrani.
Mitos adalah sesuatu yang kadang dihubung-hubungkan ceritanya walau hal yang dimaksud tidak ada hubungannya sama sekali.
Sama halnya dengan Batu Kuda ini. Karena katanya buntut kuda itu menghadap ke timur, maka penduduk yang ada di timur, rambutnya bagus-bagus.
Untuk yang berhadapan dengan arah kaki kuda, penduduknya pintar main bola atau suka jalan alias tidak betah di kampung.
Sedangkan untuk kepala, pembaca juga bisa membayangkan sendiri apa yang disangkut-sangkutkan. Bebas, tergantung keadaan. Silahkan berimajinasi.
Kini cerita-cerita aneh tentang batu Kuda mulai meredup. Hal ini terjadi dikarenakan batu itu telah patah, karena tertumbuk pohon tumbang yang ditebang oleh seorang penduduk sekitar.
Di kaki gunung Haruman sebelah timur ada makam keramat Syech Jafar Sidiq atau Sunan Haruman. Hampir setiap hari ada pengunjung yang datang ke tempat ini.
Apalagi hari minggu dan hari libur Islam, dizamin mobil pribadi dan bus-bus banyak terparkir di sekeliling tempat ziarah Syekh Ja'far Shidiq.
Ada satu lagi, tempat yang asyik untuk dibahas berkaitan dengan gunung ini. Namun tidak ditulis di sini, penulis takut ada yang terinspirasi dan mengunjungi tempatnya.
Takut ikut dosa. Pembaca jangan penasaran yah. Kita lanjut ke cerita lainnya saja.
Tempat yang saya tuju adalah Nangkod. Nangkod ini adalah sebuah gunung kecil yang menempel dengan gunung Haruman.
Nangkod sendiri artinya nempel atau bergelayut. Seperti orang nempel bergelayut di punggung orang lain. Itulah gambarannya.
Dulu Nangkod Gunung Haruman ini masih alami. Kini tempat itu dijadikan tempat melakukan aerosport, paragliding, paralayang atau terjun payung.
Dan mempunyai julukan baru Haruman Jingga. Walau kegiatannya masih belum seramai wisata paragliding di Puncak, Bogor.
Tiba di setengah perjalanan, saya bertemu dengan seorang petani yang sedang mencangkul kebun.
Kalau tidak salah dia ditemani seekor anjing. Saya pun berhenti sejenak dan mengajak beliau ngobrol.
Ternyata petani ini seperti saudara yang tidak saya ketahui sebelumnya. Dan baru ketemu sekarang.
Dia kenal dengan kakek, nenek dan tetua di kampung saya. Dia sebutin nama-namanya.
Tentu saja saya berpikir dia masih ada hubungan saudara walau mungkin jauh. Maka hal ini membuat saya penasaran untuk menanyakan namanya.
"Aki Jendral," sebut dia. Aki artinya kakek.
Saya sedikit heran dengan namanya. Rada aneh. Sepertinya ada yang salah. Nama orang tua zaman dulu kan bisa ditebak.
Aceng, Adang, Atang, Ucen atau nama-nama yang berbau islami. Ini namanya "Jendral".
Bagaimana saya tidak merasa heran. Namun jika saya tanyakan hal tersebut kepada orangnya, sepertinya tidak sopan. Ya sudah, disimpan sendiri saja rasa penasaran ini.
Setelah ngobrol, saya pamit untuk melanjutkan perjalanan. Namun terjadi keanehan, setelah berjalan lumayan jauh dan kakek itu tidak kelihatan, saya tidak mendapati jalan untuk naik ke atas.
Bingung, padahal seingat saya, seharusnya jalur pendakian terlihat jelas. Karena jalur ini biasa dilewati orang. Kini tidak ada.
Tersaruk-saruk saya mendaki hingga terjebak di rumpun bambu. Mau menerobos, saya merasa itu hal yang aneh yang harus dilakukan. Celengak celinguk mencari jalan alternatif, tidak juga menemukan jalur keluar.
Dalam kebingungan ini, entah kenapa ada dorongan untuk menyebut asma Allah. Akhirnya saya mengucap "Astaghfirulloh" di hati.
Aneh bin ajaib, ketika celingak celinguk lagi, kali ini saya melihat jalur pendakian.
Bingung dan senang rasanya. Perasaan tadi tidak ada, pikir saya. Apa saya kurang teliti atau ada "sesuatu".
Namun pikiran itu tidak berlangsung lama. Saya memutuskan untuk cuek dan melanjutkan perjalanan lagi.
Tiba di atas Nangkod, saya melihat pemandangan Garut dari ketinggian, sambil mengenang masa kecil dulu. Berkumpul bersama dengan teman sambil makan bersama.
Terbayang pulangnya lari-lari sepanjang aspal ke arah kampung Cikacang sambil memainkan baling-baling bambu. Masa kecil memang asyik dan menyenangkan.
Orang kampung zaman dulu itu lekat persaudaraannya. Jangankan dengan kerabat yang dekat dengan sodara nun jauh pun pasti tahu.
Dan biasanya ada tradisi saling mengunjungi. Entah jika ada kenduri atau waktu lebaran. Kan tidak mungkin, tidak kenal dengan sosok Aki Jendral ini!
Mungkin "Jurig nyiliwuri" atau siluman yang menunjukkan wujudnya kepada manusia. Ini adalah kesimpulan akhir dari obrolan tentang sosok kakek misterius tersebut. Percaya tidak percaya. Silahkan pembaca ikut menyimpulkan sendiri.
Maka saya tidak heran dengan kisah horor KKN Di Desa Penari yang sedang viral saat ini, karena beberapa kali pernah mengalami bertemu dengan makhluk ghaib ini.
Baca juga: Kisah Setan Ditipu Pembohong
Demikian kisah Kisah Mistis Siluman Gunung Haruman, Garut ini. Semoga terhibur dan menambah wawasan anda. Silahkan dibuka 2 Cerita Seram Tukang Ojek untuk kisah hantu lainnya. Salam hangat.
Dimana manusia bisa bertemu dengan penghuni alam ghaib yang menyerupai manusia. Selamat membaca.
Kisah Mistis Siluman di Gunung Haruman, Garut.
P ulang kampung adalah waktu yang dinanti-nanti oleh saya. Entah itu waktu liburan sekolah atau liburan kerja saat iedul fitri.Waktu dimana bisa membuang rasa bosan terhadap rutinitas sekolah, nganggur dan kerja di kota perantauan, yaitu kota Karawang.
Ada rasa romantika tersendiri ketika mengingat kota kelahiran. Selalu terbayang masa lalu yang eksotis dimana menghabiskan masa kecil dulu.
Terpatri sebuah kampung di bawah gunung Haruman yang berada di kota Garut.
Teringat dengan pesawahan yang menguning. Sungai tempat mandi dan mencari udang. Dan hal yang menarik lainnya untuk dikenang.
Pulang Kampung.
Sebagai pecinta kereta api saya berangkat menggunakan KRD lewat stasiun kota Karawang. Tujuannya adalah kota Purwakarta.Dari sini menyambung perjalanan dengan naik kereta lokal tujuan akhir stasiun Cibatu, Garut.
Kereta lokal ini menurut saya adalah kereta legendaris. Kereta sejuta umat. Semua bisa diangkut, manusia, keramik, daun-daun, dagangan dan apapun bisa dibawa waktu itu.
Manusia dan barang-barang saling berhimpitan. Mirip Ikan pindang. Ditambah dengan pedagang yang bolak-balik sepanjang perjalanan. Gak kebayang deh pengapnya.
Tidak perlu beli karcis. Bisa bayar di atas kereta. Kadang bisa gratis, kalau mampu mengecoh kondekturnya. Saat itu manajemen kereta belum direnovasi oleh om Jonan.
Kini, bagaikan langit dan bumi keadaannya. Kereta menjadi bersih, ada pendingin udara, petugas jaga, suasana yang nyaman dan manusiawi tentunya.
Walau sudah ada perbaikan, namun kereta ini tiba di Garut selalu malam hari. Dulu, kereta ini berangkat subuh, pulangnya malam hari.
Kini berangkat jam sepuluh lewat, pulang jam sembilan malam lewat. Dan saya tiba di kampung halaman pun malam hari, mengikuti jadwal kereta ini.
Rumah yang saya singgahi sebagai tempat menginap adalah rumah saudara. Tak ada cerita yang bisa dibagi mengenai kedatangan saya.
Karena penduduk biasanya sudah tidur sebelum jam sepuluh malam. Apalagi ibu-ibu, habis Isya sudah pada ngendon di kamar.
Misteri Gunung Haruman.
Tujuan saya pulang adalah ingin mendaki gunung Haruman. Hendak nostalgia, mengenang perjalanan waktu sekolah dasar dulu.Ada kegiatan mendaki gunung ini yang menjulang diantara beberapa kecamatan di Garut ini. Diantaranya kecamatan Cibiuk, Limbangan dan Kadungora.
Gunung Haruman ini mempunyai suatu misteri dan mitos. Yaitu tentang sebuah batu yang bernama Batu Kuda.
Banyak cerita yang beredar di masyarakat. Hingga saking berlebihannya, terkadang batu ini disebut juga Batu Sembrani.
Mitos adalah sesuatu yang kadang dihubung-hubungkan ceritanya walau hal yang dimaksud tidak ada hubungannya sama sekali.
Sama halnya dengan Batu Kuda ini. Karena katanya buntut kuda itu menghadap ke timur, maka penduduk yang ada di timur, rambutnya bagus-bagus.
Untuk yang berhadapan dengan arah kaki kuda, penduduknya pintar main bola atau suka jalan alias tidak betah di kampung.
Sedangkan untuk kepala, pembaca juga bisa membayangkan sendiri apa yang disangkut-sangkutkan. Bebas, tergantung keadaan. Silahkan berimajinasi.
Kini cerita-cerita aneh tentang batu Kuda mulai meredup. Hal ini terjadi dikarenakan batu itu telah patah, karena tertumbuk pohon tumbang yang ditebang oleh seorang penduduk sekitar.
Di kaki gunung Haruman sebelah timur ada makam keramat Syech Jafar Sidiq atau Sunan Haruman. Hampir setiap hari ada pengunjung yang datang ke tempat ini.
Apalagi hari minggu dan hari libur Islam, dizamin mobil pribadi dan bus-bus banyak terparkir di sekeliling tempat ziarah Syekh Ja'far Shidiq.
Ada satu lagi, tempat yang asyik untuk dibahas berkaitan dengan gunung ini. Namun tidak ditulis di sini, penulis takut ada yang terinspirasi dan mengunjungi tempatnya.
Takut ikut dosa. Pembaca jangan penasaran yah. Kita lanjut ke cerita lainnya saja.
Bertemu dengan Siluman.
Waktu itu saya mendaki gunung ini sendirian. Bagi saya hal yang biasa. Tidak ada teman, ya sudah berangkat sendiri saja. Berbekal seadanya, hanya minuman dan makanan ringan.Tempat yang saya tuju adalah Nangkod. Nangkod ini adalah sebuah gunung kecil yang menempel dengan gunung Haruman.
Nangkod sendiri artinya nempel atau bergelayut. Seperti orang nempel bergelayut di punggung orang lain. Itulah gambarannya.
Dulu Nangkod Gunung Haruman ini masih alami. Kini tempat itu dijadikan tempat melakukan aerosport, paragliding, paralayang atau terjun payung.
Dan mempunyai julukan baru Haruman Jingga. Walau kegiatannya masih belum seramai wisata paragliding di Puncak, Bogor.
Tiba di setengah perjalanan, saya bertemu dengan seorang petani yang sedang mencangkul kebun.
Kalau tidak salah dia ditemani seekor anjing. Saya pun berhenti sejenak dan mengajak beliau ngobrol.
Ternyata petani ini seperti saudara yang tidak saya ketahui sebelumnya. Dan baru ketemu sekarang.
Dia kenal dengan kakek, nenek dan tetua di kampung saya. Dia sebutin nama-namanya.
Tentu saja saya berpikir dia masih ada hubungan saudara walau mungkin jauh. Maka hal ini membuat saya penasaran untuk menanyakan namanya.
"Aki Jendral," sebut dia. Aki artinya kakek.
Saya sedikit heran dengan namanya. Rada aneh. Sepertinya ada yang salah. Nama orang tua zaman dulu kan bisa ditebak.
Aceng, Adang, Atang, Ucen atau nama-nama yang berbau islami. Ini namanya "Jendral".
Bagaimana saya tidak merasa heran. Namun jika saya tanyakan hal tersebut kepada orangnya, sepertinya tidak sopan. Ya sudah, disimpan sendiri saja rasa penasaran ini.
Setelah ngobrol, saya pamit untuk melanjutkan perjalanan. Namun terjadi keanehan, setelah berjalan lumayan jauh dan kakek itu tidak kelihatan, saya tidak mendapati jalan untuk naik ke atas.
Bingung, padahal seingat saya, seharusnya jalur pendakian terlihat jelas. Karena jalur ini biasa dilewati orang. Kini tidak ada.
Tersaruk-saruk saya mendaki hingga terjebak di rumpun bambu. Mau menerobos, saya merasa itu hal yang aneh yang harus dilakukan. Celengak celinguk mencari jalan alternatif, tidak juga menemukan jalur keluar.
Dalam kebingungan ini, entah kenapa ada dorongan untuk menyebut asma Allah. Akhirnya saya mengucap "Astaghfirulloh" di hati.
Aneh bin ajaib, ketika celingak celinguk lagi, kali ini saya melihat jalur pendakian.
Bingung dan senang rasanya. Perasaan tadi tidak ada, pikir saya. Apa saya kurang teliti atau ada "sesuatu".
Namun pikiran itu tidak berlangsung lama. Saya memutuskan untuk cuek dan melanjutkan perjalanan lagi.
Tiba di atas Nangkod, saya melihat pemandangan Garut dari ketinggian, sambil mengenang masa kecil dulu. Berkumpul bersama dengan teman sambil makan bersama.
Terbayang pulangnya lari-lari sepanjang aspal ke arah kampung Cikacang sambil memainkan baling-baling bambu. Masa kecil memang asyik dan menyenangkan.
Penasaran.
Ketika sudah kembali ke kampung, saya ngobrol dengan seorang saudara yang saya anggap bisa menjelaskan tentang cerita perjumpaan saya dengan Aki Jendral di gunung Haruman. Anehnya beliau tidak kenal dengan kakek itu! Wow.Orang kampung zaman dulu itu lekat persaudaraannya. Jangankan dengan kerabat yang dekat dengan sodara nun jauh pun pasti tahu.
Dan biasanya ada tradisi saling mengunjungi. Entah jika ada kenduri atau waktu lebaran. Kan tidak mungkin, tidak kenal dengan sosok Aki Jendral ini!
Mungkin "Jurig nyiliwuri" atau siluman yang menunjukkan wujudnya kepada manusia. Ini adalah kesimpulan akhir dari obrolan tentang sosok kakek misterius tersebut. Percaya tidak percaya. Silahkan pembaca ikut menyimpulkan sendiri.
Maka saya tidak heran dengan kisah horor KKN Di Desa Penari yang sedang viral saat ini, karena beberapa kali pernah mengalami bertemu dengan makhluk ghaib ini.
Baca juga: Kisah Setan Ditipu Pembohong
Demikian kisah Kisah Mistis Siluman Gunung Haruman, Garut ini. Semoga terhibur dan menambah wawasan anda. Silahkan dibuka 2 Cerita Seram Tukang Ojek untuk kisah hantu lainnya. Salam hangat.