Kisah Setan Ditipu Pembohong
Kisah setan ditipu pembohong ini merupakan dongeng yang mungkin bisa menjadi pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.
Kisah Setan Ditipu Pembohong. Kisah atau dongeng yang bercerita tentang pertemuan seorang pembohong yang bernama Bahlul dengan Setan ketika mancing di laut.
Bisa dibayangkan, seorang pembohong bertemu dengan rajanya bohong. Kisah apa yang akan terjadi diantara mereka?
Daripada bertanya-tanya dan membayangkan lebih baik kita simak ceritanya. Yuk berangkat.
Kecil kemungkinan kalau dia keturunan orang jujur. Masa orang jujur mengajarkan anaknya untuk berbohong. Agak mustahil.
Tapi kalau orang tuanya pembohong, yakinlah bahwa mereka tidak akan mengajarkan kejujuran. Bahkan akan mengajarkan anaknya untuk berbohong walau tanpa disadari.
Ciri yang dimiliki oleh anak yang orang tuanya pembohong adalah jika anak itu diberi tahu maka dia akan berkata "ah bohong". Ilustrasinya sebagai berikut:
Si anak, "Om, tadi si Mamah ke pasar nggak?"
Si Om, "Nggak tuh."
Si Anak, "Ah bohong."
Hal ini terjadi karena si anak sering dibohongi oleh orang tuanya. Sehingga lambat laun tanpa disadari dia menganggap semua orang adalah pembohong.
Dan tanpa disadari pula dia menganggap kebohongan adalah suatu hal yang lumrah karena dilakukan berulang-ulang.
Nah si Bahlul ini adalah salah satu dari sekian orang yang menganggap bahwa berdusta itu hal yang biasa.
Maka tak heran dalam setiap ucapannya ada terselip kata bohong. Sehari tanpa ucapan bohong, mungkin bagi dia ibarat makan tanpa minum. Tersiksa.
Karena kebohongannya dia memperoleh banyak keuntungan. Tidak sedikit harta dia dapatkan dari urusan tipu menipu.
Hal ini membuat orang banyak menyumpahi agar dia celaka. Atau bagi orang yang sabar cukup berkata "biar Allah yang membalas".
Suatu waktu si Bahlul sedang memancing di tengah laut. Lumayan, foya-foya uang dari hasil menipu.
Karena uang panas dia menghabiskannya sendiri tanpa ragu-ragu. Menyewa kapal sendirian. Walau biayanya cukup mahal. Tak masalah bagi dia.
Inilah satu kejelekan lain dari seorang pembohong. Jika dapat rezeki tidak mau bagi-bagi. Apa coba kebaikan yang diharapkan dari seorang pembohong. Jika punya rezeki, belum tentu halal.
Memang lebih baik pembohong itu kikir pula. Biar orang lain tidak kebawa-bawa kena azab.
Lagi asyiknya memancing tiba-tiba datang ombak menggulung hingga membuat perahu terbalik dan hancur. Mungkin yang punya kapal juga seorang pembohong hingga dihukum sekaligus.
Kini Si Bahlul terombang-ambing di laut sedangkan pemilik kapal entah kemana. Untung ada sebuah balok yang menahan tubuh si Bahlul dari tenggelam ke dasar laut.
Sudah satu hari satu malam dia masih terombang-ambing di laut. Belum juga ada yang menolongnya.
Siang hari panas terik matahari membakar kulitnya. Malam hari dinginnya udara dan air laut menusuk badan. Haus dan lapar sudah tak tertahankan. Membuat dirinya tersiksa.
Sedangkan daratan tidak kelihatan juga. Hingga disuatu saat dia merasa putus asa. Kemudian ia berteriak:
"Barang siapa yang bisa menyelamatkanku, aku akan menyembahnya. Entah itu Tuhan, Setan ataupun Jin sekalipun."
Mungkin karena belum tiba ajalnya si Bahlul ini, tiba-tiba ada datang perahu mendekat. Tak terkira rasa gembiranya si Bahlul. Semangat hidup muncul kembali.
Setelah beberapa saat perahu itu kini sudah ada di sisinya. Namun pemilik perahu hanya diam memandangnya. Tidak segera menolong.
Tolongin saya," teriak si Bahlul sekuat tenaga. Mungkin kesal dengan kelakuan si pemilik perahu.
Dia lupa, kalau sering membuat kesal orang lain. Padahal yang dia tipu juga mungkin lagi sekarat kehidupannya.
"Tadi aku mendengar teriakanmu. Apa benar jika aku menolongmu, kamu akan menyembahku?" tanya orang itu.
"Siapa engkau?" si Bahlul balik bertanya.
"Aku Setan," jawab si pemilik perahu.
"Tolonglah aku Setan, masa engkau tidak kasihan melihatku mau tenggelam?"
"Ha ha ha... Kalau aku kasihan melihat manusia tenggelam. Maka disaat itu aku sudah berhenti jadi Setan," tukas si Setan sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Si Bahlul pun tersadar dari kekonyolannya. Namun mungkin masih ada iman sedikit di hatinya. Hingga enggan untuk memenuhi janjinya. Harus cari cara, dia mau membohongi Setan itu.
"Baik. Jika engkau menyelamatkanku, aku akan menyembahmu."
"Betul itu? Tidak bohong?" tanya si Setan. Ternyata dia juga sepertinya sering dibohongi oleh orang tuanya.
"Betul," ucap si Bahlul dengan keras berusaha meyakinkan si Setan.
"Baik aku tolong. Namun sebelum aku menolongmu, aku ingin engkau menganggukan kepalamu sebagai tanda kalau kamu menyembahku," pinta si Setan.
"Darimana aku tahu engkau akan menolongku dengan sungguh-sungguh. Aku ajukan dua syarat kepadamu. Baru nanti aku menyembahmu," ucap si Bahlul.
"Hm... Aku suka orang sombong. Mau mampus saja masih banyak lagak. Apa syaratmu?" tanya si Setan.
"Sarat pertama, angkat aku dulu ke perahu dan antarkan ke daratan. Sarat kedua, apapun kesalahanku engkau tidak akan menghukumku. Baru nanti aku menyembahmu. Jangankan mengangguk, sujudpun akan aku lakukan," kata si Bahlul.
"Cukup masuk akal. Baik aku setuju," akhirnya si Setan setuju dengan usulan si Bahlul. Tentu saja hal ini membuat si Bahlul senang.
"Kena kau kukibuli," desisnya di dalam hati.
Setelah beberapa lama perjalanan, kini si Bahlul dan si Setan sudah ada di daratan. Namun mereka masih belum menyentuh tanah.
Perahu mendarat dekat karang. Si Setan membawa tubuh si Bahlul ke atas karang yang lumayan curam.
"Nah, kini engkau sudah kutolong. Sengaja aku membawamu ke atas karang ini. Di sini nanti engkau akan terlihat jelas oleh nelayan yang lewat. Pasti engkau akan selamat. Sekarang sujudlah engkau padaku," tagih si Setan.
"Hehe... Enak saja. Aku tidak akan menyembahmu," ucap si Bahlul penuh kemenangan.
"Apa... Jadi engkau mau mengingkari janji dan membohongiku. Apakah kau tidak takut kalau aku marah dan menghukummu?" tanya si Setan dengan kesal.
"Iya. Dan engkau tidak bisa menghukumku," kata si Bahlul.
"Kenapa?" tanya si Setan penasaran.
"Kan tadi engkau sudah berjanji tidak akan menghukumku walau aku melakukan kesalahan. Kini aku telah berbohong dan tidak menepati janji. Bukankah ini kesalahan?" tandas si Bahlul penuh rasa percaya diri akan kemenangannya.
"Hm. Berani engkau menipuku?"
"Bukan menipu. Ini hanya strategi," jawab si Bahlul sambil tersenyum.
"Hadeuh.. ya mau bagaimana lagi, aku telah tertipu. Menyesal aku menolongmu. Kalau tahu akan begini, tak mungkin aku menolongmu. Ya sudah aku melepaskanmu" sesal si Setan dengan raut muka sedih.
"Terimakasih," kata si Bahlul sambil mencoba merangkak ke bawah. Sepertinya semangat hidup baru memberinya sedikit kekuatan.
Namun baru beberapa meter dia merangkak, tiba-tiba ada kaki yang menendang tubuhnya hingga melayang menuju karang yang runcing.
"Engkau lupa kalau aku ini Setan. Mana ada Setan yang menepati janji dan tidak berbohong. Buaya dikadalin."
Itulah kata terakhir yang didengar oleh Si Bahlul. Karena kini dia telah tewas, tubuhnya terpanggang oleh karang laut yang tajam.
Beginilah akhir kisah hidup seorang pembohong. Iapun dibohongi oleh seorang pembohong. Anda senang berbohong, siap-siap saja ditipu oleh orang lain.
Baca juga cerita: Tragedi Pedekate Cewek Cantik di Kawah Putih Bandung
Demikian Kisah Setan Ditipu Pembohong. Semoga menjadi dongeng yang asyik dan bermanfaat. Salam hangat.
Bisa dibayangkan, seorang pembohong bertemu dengan rajanya bohong. Kisah apa yang akan terjadi diantara mereka?
Daripada bertanya-tanya dan membayangkan lebih baik kita simak ceritanya. Yuk berangkat.
Kisah Setan Ditipu Pembohong.
Ada seorang pembohong. Sebut saja namanya si Bahlul. Dalam bidang tipu menipu dia ahlinya. Mungkin dia berasal dari keturunan pembohong.Kecil kemungkinan kalau dia keturunan orang jujur. Masa orang jujur mengajarkan anaknya untuk berbohong. Agak mustahil.
Tapi kalau orang tuanya pembohong, yakinlah bahwa mereka tidak akan mengajarkan kejujuran. Bahkan akan mengajarkan anaknya untuk berbohong walau tanpa disadari.
Ciri yang dimiliki oleh anak yang orang tuanya pembohong adalah jika anak itu diberi tahu maka dia akan berkata "ah bohong". Ilustrasinya sebagai berikut:
Si anak, "Om, tadi si Mamah ke pasar nggak?"
Si Om, "Nggak tuh."
Si Anak, "Ah bohong."
Dan tanpa disadari pula dia menganggap kebohongan adalah suatu hal yang lumrah karena dilakukan berulang-ulang.
Nah si Bahlul ini adalah salah satu dari sekian orang yang menganggap bahwa berdusta itu hal yang biasa.
Maka tak heran dalam setiap ucapannya ada terselip kata bohong. Sehari tanpa ucapan bohong, mungkin bagi dia ibarat makan tanpa minum. Tersiksa.
Karena kebohongannya dia memperoleh banyak keuntungan. Tidak sedikit harta dia dapatkan dari urusan tipu menipu.
Hal ini membuat orang banyak menyumpahi agar dia celaka. Atau bagi orang yang sabar cukup berkata "biar Allah yang membalas".
Suatu waktu si Bahlul sedang memancing di tengah laut. Lumayan, foya-foya uang dari hasil menipu.
Karena uang panas dia menghabiskannya sendiri tanpa ragu-ragu. Menyewa kapal sendirian. Walau biayanya cukup mahal. Tak masalah bagi dia.
Inilah satu kejelekan lain dari seorang pembohong. Jika dapat rezeki tidak mau bagi-bagi. Apa coba kebaikan yang diharapkan dari seorang pembohong. Jika punya rezeki, belum tentu halal.
Memang lebih baik pembohong itu kikir pula. Biar orang lain tidak kebawa-bawa kena azab.
Lagi asyiknya memancing tiba-tiba datang ombak menggulung hingga membuat perahu terbalik dan hancur. Mungkin yang punya kapal juga seorang pembohong hingga dihukum sekaligus.
Kini Si Bahlul terombang-ambing di laut sedangkan pemilik kapal entah kemana. Untung ada sebuah balok yang menahan tubuh si Bahlul dari tenggelam ke dasar laut.
Sudah satu hari satu malam dia masih terombang-ambing di laut. Belum juga ada yang menolongnya.
Siang hari panas terik matahari membakar kulitnya. Malam hari dinginnya udara dan air laut menusuk badan. Haus dan lapar sudah tak tertahankan. Membuat dirinya tersiksa.
Sedangkan daratan tidak kelihatan juga. Hingga disuatu saat dia merasa putus asa. Kemudian ia berteriak:
"Barang siapa yang bisa menyelamatkanku, aku akan menyembahnya. Entah itu Tuhan, Setan ataupun Jin sekalipun."
Mungkin karena belum tiba ajalnya si Bahlul ini, tiba-tiba ada datang perahu mendekat. Tak terkira rasa gembiranya si Bahlul. Semangat hidup muncul kembali.
Setelah beberapa saat perahu itu kini sudah ada di sisinya. Namun pemilik perahu hanya diam memandangnya. Tidak segera menolong.
Tolongin saya," teriak si Bahlul sekuat tenaga. Mungkin kesal dengan kelakuan si pemilik perahu.
Dia lupa, kalau sering membuat kesal orang lain. Padahal yang dia tipu juga mungkin lagi sekarat kehidupannya.
"Tadi aku mendengar teriakanmu. Apa benar jika aku menolongmu, kamu akan menyembahku?" tanya orang itu.
"Siapa engkau?" si Bahlul balik bertanya.
"Aku Setan," jawab si pemilik perahu.
"Tolonglah aku Setan, masa engkau tidak kasihan melihatku mau tenggelam?"
"Ha ha ha... Kalau aku kasihan melihat manusia tenggelam. Maka disaat itu aku sudah berhenti jadi Setan," tukas si Setan sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Si Bahlul pun tersadar dari kekonyolannya. Namun mungkin masih ada iman sedikit di hatinya. Hingga enggan untuk memenuhi janjinya. Harus cari cara, dia mau membohongi Setan itu.
"Baik. Jika engkau menyelamatkanku, aku akan menyembahmu."
"Betul itu? Tidak bohong?" tanya si Setan. Ternyata dia juga sepertinya sering dibohongi oleh orang tuanya.
"Betul," ucap si Bahlul dengan keras berusaha meyakinkan si Setan.
"Baik aku tolong. Namun sebelum aku menolongmu, aku ingin engkau menganggukan kepalamu sebagai tanda kalau kamu menyembahku," pinta si Setan.
"Darimana aku tahu engkau akan menolongku dengan sungguh-sungguh. Aku ajukan dua syarat kepadamu. Baru nanti aku menyembahmu," ucap si Bahlul.
"Hm... Aku suka orang sombong. Mau mampus saja masih banyak lagak. Apa syaratmu?" tanya si Setan.
"Sarat pertama, angkat aku dulu ke perahu dan antarkan ke daratan. Sarat kedua, apapun kesalahanku engkau tidak akan menghukumku. Baru nanti aku menyembahmu. Jangankan mengangguk, sujudpun akan aku lakukan," kata si Bahlul.
"Cukup masuk akal. Baik aku setuju," akhirnya si Setan setuju dengan usulan si Bahlul. Tentu saja hal ini membuat si Bahlul senang.
"Kena kau kukibuli," desisnya di dalam hati.
Setelah beberapa lama perjalanan, kini si Bahlul dan si Setan sudah ada di daratan. Namun mereka masih belum menyentuh tanah.
Perahu mendarat dekat karang. Si Setan membawa tubuh si Bahlul ke atas karang yang lumayan curam.
"Nah, kini engkau sudah kutolong. Sengaja aku membawamu ke atas karang ini. Di sini nanti engkau akan terlihat jelas oleh nelayan yang lewat. Pasti engkau akan selamat. Sekarang sujudlah engkau padaku," tagih si Setan.
"Hehe... Enak saja. Aku tidak akan menyembahmu," ucap si Bahlul penuh kemenangan.
"Apa... Jadi engkau mau mengingkari janji dan membohongiku. Apakah kau tidak takut kalau aku marah dan menghukummu?" tanya si Setan dengan kesal.
"Iya. Dan engkau tidak bisa menghukumku," kata si Bahlul.
"Kenapa?" tanya si Setan penasaran.
"Kan tadi engkau sudah berjanji tidak akan menghukumku walau aku melakukan kesalahan. Kini aku telah berbohong dan tidak menepati janji. Bukankah ini kesalahan?" tandas si Bahlul penuh rasa percaya diri akan kemenangannya.
"Hm. Berani engkau menipuku?"
"Bukan menipu. Ini hanya strategi," jawab si Bahlul sambil tersenyum.
"Hadeuh.. ya mau bagaimana lagi, aku telah tertipu. Menyesal aku menolongmu. Kalau tahu akan begini, tak mungkin aku menolongmu. Ya sudah aku melepaskanmu" sesal si Setan dengan raut muka sedih.
"Terimakasih," kata si Bahlul sambil mencoba merangkak ke bawah. Sepertinya semangat hidup baru memberinya sedikit kekuatan.
Namun baru beberapa meter dia merangkak, tiba-tiba ada kaki yang menendang tubuhnya hingga melayang menuju karang yang runcing.
"Engkau lupa kalau aku ini Setan. Mana ada Setan yang menepati janji dan tidak berbohong. Buaya dikadalin."
Itulah kata terakhir yang didengar oleh Si Bahlul. Karena kini dia telah tewas, tubuhnya terpanggang oleh karang laut yang tajam.
Beginilah akhir kisah hidup seorang pembohong. Iapun dibohongi oleh seorang pembohong. Anda senang berbohong, siap-siap saja ditipu oleh orang lain.
Baca juga cerita: Tragedi Pedekate Cewek Cantik di Kawah Putih Bandung
Demikian Kisah Setan Ditipu Pembohong. Semoga menjadi dongeng yang asyik dan bermanfaat. Salam hangat.