Kisah Unik Bertamu di Rumah Orang Tidak Dikenal
Kisah unik bertamu di rumah orang yang tidak dikenal. Menceritakan kebaikan suatu keluarga ketika menerima tamu yang tidak mereka kenal
Kisah Unik Bertamu di Rumah Orang yang Tidak Dikenal.
Dulu, kalau dari Karawang mau ke Garut atau Bandung saya naik dua kereta. Pertama naik KRD ke Purwakarta kemudian disambung dengan kereta lokal tujuan akhir Cibatu Garut.
Hal tersebut saya lakukan karena ongkosnya lebih murah dibanding naik bus. Bisa beberapa kali lipat.
Main ke Bandung.
Nah, suatu waktu di bulan puasa. Saya mau main ke rumah bibi yang ada di Bandung. Seperti biasa saya naek kereta KRD dari Karawang.Entah karena saya agak siang berangkatnya atau kereta Cibatunya terlanjur sudah berangkat. Perjalanan saya tertahan di Purwakarta.
Saya putuskan untuk bermalam di stasiun ini. Sambil berharap ada kereta barang tujuan Gedebage Bandung nanti malam lewat dan berhenti sebentar di sini.
Rencananya mau numpang kereta itu saja. Maklum, nasib orang kere, ya begini. Cari yang gratisan.
Ketika waktu berbuka tiba saya berjalan ke luar mencari mesjid. Masuk ke gang perumahan yang dekat dengan stasiun. Berharap ada minuman gratis dan ikut shalat Maghrib di sana.
Pas sudah masuk, agak kebingungan dengan keadaan. Mencari masjid yang dituju karena suara adzan sudah berhenti waktu itu.
Hingga akhirnya bertemu dengan seorang gadis. Sepertinya dia habis pulang dari masjid melihat kerudung yang ia pakai.
Bertamu.
Saya pun bertanya tentang lokasi mesjid tersebut. Dia menunjukkan arahnya. Tapi karena bukan asli orang situ, saya agak bingung juga dengan penjelasan dia.Dan gadis itu pun sepertinya faham kalau saya bingung. Akhirnya saya berkata:
"Teh, boleh saya minta air untuk berbuka puasa dan ikut shalat di rumah?"
Saya tidak berharap bahwa dia mau menerima permintaan tolong saya. Karena memang saya orang asing.
Saya pikir, jika ditolak, saya lanjutkan mencari mesjid tersebut. Namun ternyata mungkin sudah taqdirnya, gadis itu berkata:
"Boleh, tapi kamu harus bilang kalau kamu teman sekolah saya."
Walau sedikit heran, saya setuju dengan syarat yang diminta. Biarpun tidak suka bohong, saya akan mencoba mencari cara agar bisa menjawab seandainya nanti ditanya oleh keluarganya tanpa perlu berbohong.
Ternyata rumah gadis itu adalah rumah tentara. Mati nih, pikir saya. Dag dig dug lah jantung ini. Pantesan gadis itu ngasih syarat tersebut. Mungkin bapaknya galak.
Habis minum dan shalat harus kabur nih pikir saya. Kasihan sama gadis itu kalau saya dipaksa untuk jujur karena tidak mampu berkilah.
Untung, yang ada di rumah adalah kakak cewek dan ibunya. Sehingga saya sedikit tenang. Subhanallah, mereka sangat baik menerima kehadiran saya.
Kalau tidak salah saya diberi handuk untuk mandi. Setelah beres shalat, diberi makan yang nikmat.
Semakin risih perasaan saya jika nanti harus berbohong. Saya mencoba menjawab pendek setiap pertanyaan yang diajukan oleh mereka. Dan semakin ingin cepat keluar dari rumah tersebut. Namun apa daya mereka menahan saya!
"Sudah, tidur di sini saja. Besok dianterin sama ibu ke stasiun kalau mau ke Bandung."
Simalakama. Saya mencoba menolak. Dan saya pun tidak yakin kalau sandiwara ini akan berhasil. Namun keluarga itu terus menahan.
Mereka mulai bercerita tentang anak lelakinya yang baru meninggal. Katanya melihat kedatangan saya, mengingatkan mereka kepada anak lelaki tersebut.
Karena hal ini, akhirnya saya terpaksa bertahan. Kasihan juga pikir saya.
Menjelang malam, bapaknya si gadis pulang. Betul saja dia seorang tentara. Ciut nyali saya saat itu.
Beraneka macam kemungkinan buruk terbayang di benak. Namun... ternyata keadaan tak sesulit yang di duga. Si Bapak hanya ngajak ngobrol sebentar, tak lama kemudian dia pamit tugas ke luar. Lega rasanya. Alhamdulillah.
Malam itu saya tidur dengan nyenyak seperti tidak merasa sedang bertamu di rumah orang yang tidak dikenal.
Sahur kami makan bersama, dan saya tidak melihat si Bapak. Sosok yang saya takuti. Sepertinya masih bertugas.
Benar saja, siang hari ketika menjelang kereta api tiba. Si Ibu mengantarkan saya ke stasiun.
Dan memberikan ongkos perjalanan untuk saya menuju ke Bandung. Saya tidak bisa berkata apa-apa saking terharunya sama kebaikan mereka.
Bahkan waktu ngobrol di rumah sebelum berangkat, kakaknya si gadis berpesan kepada saya:
"Jika nanti kamu mau cari kerja, datang saja ke sini. Nanti kakak masukin ke perusahaan."
Mereka orang baik. Saat saya menulis kisah ini, mata saya berkaca-kaca. Terharu.
Dilain hari saya mencoba singgah ke tempat mereka. Ternyata mereka tidak mengenali saya lagi.
Namun tidak apa-apa, yang penting saya mengenali mereka dan masih mengenang kebaikan yang telah mereka lakukan. Dan berdo'a semoga sehat selalu dan mudah rezekinya. Aamiin.
Demikian Kisah bertamu di rumah orang tidak dikenal ini. Semoga bisa menjadi bacaan yang inspirasional. Salam hangat.