Cerita Mancing Ikan Betik di Selokan
Cerita mancing ikan betik ini adalah salah satu serial gilanya pemancing. Ikan betik punya nama lain ikan betok, papuyu atau pepuyu.
Kisah Mancing Ikan Betik di Selokan ini adalah salah satu serial dari Gilanya Pemancing. Selamat membaca.
Walau saat itu belum menjadi mancing mania yang gila mancing, namun saya dibuat ngiler juga. Iri lebih tepatnya. Ingin rasanya mendapatkan ikan yang begitu banyak.
Bermodalkan pancing yang baru dibeli, sedang si Ujat hanya menggunakan tali senar saja kita nongkrong di sungai yang ternyata kecil tersebut.
Umpan yang digunakan adalah Cacing tanah. Kami mendapatkannya di dekat pohon pisang sambil jalan.
Bersyukurlah atas nikmat yang diberikan oleh Allah, ternyata ikan betik ini banyak tersedia di tempat tersebut. Tidak membutuhkan waktu lama kita mulai mengangkat ikan itu.
Ada yang bilang nama lain ikan tersebut adalah ikan Betok, Bethok, Bethik, Puyu, Pepuyu atau Papuyu.
Setelan pancingnya adalah setelan mujair. Kail dua biji di bawah, timah di tengah.
Kami saling bersaing untuk banyak-banyakan mengumpulkan ikan. Sebagai teman yang tidak saling mau mengalah maka terkadang kami saling mengintimidasi.
Kata-kata "pecundang" beberapa kali terlontar dari mulut kami jika giliran saya atau si Ujat mendapatkan ikan tersebut. Ingin menunjukkan bahwa saya atau dia yang paling hebat. Indahnya berteman.
Mulut berkata jahat, sikap berkata sebaliknya. Terkadang kami akur mancing ikan Betik di spot yang sama.
Jika saya melihat si Ujat dapat ikan di suatu tempat, maka saya akan ikut ke sana jika spot yang saya diami sepi penghuni. Strategi yang jahat. Biarin, temen ini.
Hingga akhirnya spot kami mentok di gorong-gorong. Karena di tempat lain mulai kehabisan ikan.
Ternyata ikan ini tidak pilih-pilih tempat tinggal. Baik di rerumputan atau di beton siap sedia. Ikan yang tangguh. Patut ditiru nih.
Sayang, hasil ikan yang kami dapatkan hari itu walau lumayan banyak namun tidak sebanyak yang saya inginkan.
Yaitu satu korang penuh, seperti pemancing yang pernah saya lihat kemarin. Biasa, kemaruk. Sepertinya ikan sudah habis dikeruk sama dia.
Kami menyusuri sungai hingga menyeberang jalan toll. Berharap hasil yang lebih baik. Ini namanya usaha.
Di seberang toll, kami mendapatkan spot yang menurut kami menjanjikan untuk mancing ikan Betik.
Namun menurut ikan yang bersangkutan, spot itu tidak menjanjikan. Tak ada sambaran sama sekali. Membuat kami penasaran dan terus setia duduk menunggu target mendarat.
Semangat mancing kami ini sangat luar biasa. Hingga datangnya mendung kami tidak berniat beranjak.
Bahkan sampai hujan turun, kami masih tetap tegar di sana padahal tidak membawa payung. Hanya berteduh di bawah dedaunan.
Super sekali kan. Inilah awal dari serial Gilanya Pemancing yang saya alami setelahnya.
Blusukan di tempat yang lumayan menyeramkan namun dirasa tempat ikan yang bagus. Yang saya takuti adalah ular.
Namun karena merasa ada teman, saya sedikit tenang. Walau begitu, ternyata perkiraan tak sesuai harapan.
Tetap tidak memuaskan, kalau tidak dikatakan nihil. Rezeki itu memang misteri.
Berangkat dari pengalaman inilah, dimasa mendatang ketika hendak memasuki semak belukar di pinggir sungai saya tidak merasa canggung. Cuek aja. Hajar terus. Yang penting dapat ikan yang banyak baru merasa puas.
Manusia rakus merusak alam. Membuang limbah ke selokan. Sedih rasanya.
Baca juga: Mancing di Selat Sunda
Demikian cerita mancing ikan Betik di selokan yang pernah saya alami di Balaraja, Tangerang sana. Semoga menghibur. Salam hangat.
Cerita Mancing Ikan Betik di Selokan.
S uatu waktu saya berpapasan dengan seorang pemancing. Ditangannya memegang korang yang berisi penuh dengan ikan Betik.Walau saat itu belum menjadi mancing mania yang gila mancing, namun saya dibuat ngiler juga. Iri lebih tepatnya. Ingin rasanya mendapatkan ikan yang begitu banyak.
Saatnya Berburu.
Maka ketika waktu libur datang saya mengajak teman satu kampung yang bernama si Ujat untuk mancing ikan Betik di selokan dekat tempat kerja.Bermodalkan pancing yang baru dibeli, sedang si Ujat hanya menggunakan tali senar saja kita nongkrong di sungai yang ternyata kecil tersebut.
Umpan yang digunakan adalah Cacing tanah. Kami mendapatkannya di dekat pohon pisang sambil jalan.
Ada yang bilang nama lain ikan tersebut adalah ikan Betok, Bethok, Bethik, Puyu, Pepuyu atau Papuyu.
Setelan pancingnya adalah setelan mujair. Kail dua biji di bawah, timah di tengah.
Kami saling bersaing untuk banyak-banyakan mengumpulkan ikan. Sebagai teman yang tidak saling mau mengalah maka terkadang kami saling mengintimidasi.
Kata-kata "pecundang" beberapa kali terlontar dari mulut kami jika giliran saya atau si Ujat mendapatkan ikan tersebut. Ingin menunjukkan bahwa saya atau dia yang paling hebat. Indahnya berteman.
Mulut berkata jahat, sikap berkata sebaliknya. Terkadang kami akur mancing ikan Betik di spot yang sama.
Jika saya melihat si Ujat dapat ikan di suatu tempat, maka saya akan ikut ke sana jika spot yang saya diami sepi penghuni. Strategi yang jahat. Biarin, temen ini.
Hingga akhirnya spot kami mentok di gorong-gorong. Karena di tempat lain mulai kehabisan ikan.
Ternyata ikan ini tidak pilih-pilih tempat tinggal. Baik di rerumputan atau di beton siap sedia. Ikan yang tangguh. Patut ditiru nih.
Sayang, hasil ikan yang kami dapatkan hari itu walau lumayan banyak namun tidak sebanyak yang saya inginkan.
Yaitu satu korang penuh, seperti pemancing yang pernah saya lihat kemarin. Biasa, kemaruk. Sepertinya ikan sudah habis dikeruk sama dia.
Mancing Ikan Betik Bikin Penasaran.
Besoknya kami mancing lagi. Ternyata ikan betik yang kami dapatkan sedikit sekali. Kalau kemarin kemaruk, sekarang menggerutu.Kami menyusuri sungai hingga menyeberang jalan toll. Berharap hasil yang lebih baik. Ini namanya usaha.
Di seberang toll, kami mendapatkan spot yang menurut kami menjanjikan untuk mancing ikan Betik.
Namun menurut ikan yang bersangkutan, spot itu tidak menjanjikan. Tak ada sambaran sama sekali. Membuat kami penasaran dan terus setia duduk menunggu target mendarat.
Semangat mancing kami ini sangat luar biasa. Hingga datangnya mendung kami tidak berniat beranjak.
Bahkan sampai hujan turun, kami masih tetap tegar di sana padahal tidak membawa payung. Hanya berteduh di bawah dedaunan.
Super sekali kan. Inilah awal dari serial Gilanya Pemancing yang saya alami setelahnya.
Mancing Ikan Betik Lagi.
Beberapa hari kemudian, kita coba menelusuri sungai atau selokan kecil di pinggir jalan toll.Blusukan di tempat yang lumayan menyeramkan namun dirasa tempat ikan yang bagus. Yang saya takuti adalah ular.
Namun karena merasa ada teman, saya sedikit tenang. Walau begitu, ternyata perkiraan tak sesuai harapan.
Tetap tidak memuaskan, kalau tidak dikatakan nihil. Rezeki itu memang misteri.
Berangkat dari pengalaman inilah, dimasa mendatang ketika hendak memasuki semak belukar di pinggir sungai saya tidak merasa canggung. Cuek aja. Hajar terus. Yang penting dapat ikan yang banyak baru merasa puas.
Penutup.
Itu kisah yang pertama dan terakhir saya mendapatkan ikan Betik yang banyak. Karena beberapa waktu kemudian, air selokan berubah menjadi berwarna hitam.Manusia rakus merusak alam. Membuang limbah ke selokan. Sedih rasanya.
Baca juga: Mancing di Selat Sunda
Demikian cerita mancing ikan Betik di selokan yang pernah saya alami di Balaraja, Tangerang sana. Semoga menghibur. Salam hangat.