Kisah Nyata Mancing di Selat Sunda
Kisah nyata mancing ini adalah serial dari gilanya pemancing. Lokasinya di Selat Sunda. Selat yang memisahkan pulau jawa dan lampung.
Gilanya Pemancing kali ini bercerita tentang kisah Mancing di Selat Sunda. Sebuah tempat antara Jawa dan Lampung. Yuk ah.
Menurut informasi yang beredar di internet tempat ini katanya berisi ikan yang gede, besar, monster atau apalah.
Judulnya, tarikan pasti manteb. Buat mancing mania pasti hal ini yang didambakan.
Entah kenapa, padahal dulu rame banget. Banyak mancing mania berkumpul di sini, khususnya yang suka turun ke laut.
Forum ini manteb banget. Ada info perahu, info harga alat pancing, fishing trip atau cerita perjalanan mancing.
Dan berbagai macam informasi lainnya yang bermanfaat bagi pemancing tentunya.
Bahkan urusan lomba mancing Piala Presiden pun, anggota forum ini ikut aktif meramaikan. Super kan.
Ya kebetulan, gayung bersambut. Kontak si pembuat thread. Tanya biaya, dirasa terjangkau, akhirnya daftar.
Apalagi setelah diceritain kalo ikan di sana kasar-kasar. Istilah yang dipakai grup ini untuk menggambarkan ikan monster. Sedang untuk ikan kecil dibilangnya ikan halus. Istilah baru nih.
Tiba waktunya saya di jemput pakai mobil di Balaraja, sedang mereka asalnya dari Tangerang kota. Kalo gak salah kita berangkat malam-malam.
Nyampai di Anyer leha-leha dulu. Lupa lagi nama pelabuhannya, yang ada sedikit nempel di ingatan adalah melihat keberdaan pos polisi air. Hal-hal lain asli banyak lupanya.
Kalau perahu Tanjung Pasir mah rata-rata berisik. Maklum mesin buat giling padi dipakai untuk mancing.
Sampai di spot, nelayan mulai mancing ikan umpan. Tekniknya sedikit beda dengan teknik ngotrek yang biasa saya temui waktu mancing di pulau Seribu.
Kotrek di sini melayang di permukaan dan tengah laut, tidak sampai dasar. Timah pemberat kelihatan gede-gede. Wew hal baru lagih.
Teknik mancingnya adalah ngoncer, yaitu umpan bermain di atas dan tidak pakai timah. Dan ikan besar biasanya banyak yang main di atas. Misal ikan Tenggiri dan ikan Kuwe atau Giant Trevally.
Beres melepas umpan, teman-teman baru saya kompak pada langsung naik ke atas. Tempat untuk tiduran dan bersantai. Tentunya hal ini bikin saya heran.
Mereka pada asyik dengerin musik, ngobrol dan tingkah macam lainnya. Pancing mah dicuekin.
Baru sekarang nemuin teman mancing kayak begituh. Tambah pengalaman lagi ternyata.
Tapi saya seneng. Gak ada saingan mancing dasar nih, pikir saya. Maka sayapun mancing dasaran selain ngoncer sambil bayangin bakal dapet ikan gede-gede.
Ternyata saya kecele. Arus sangat kencang. Nurunin timah setelan pulau Seribu melayang terbawa arus. Timah kagak nyampe dasar. Gile bener.
Coba tambah lagi. Tetap melayang. Tambah lagi sampai berat banget, tetap umpan tidak menyentuh dasar laut. Ini mah asli baru ngalamin yang kayak begini.
Baru sekarang saya mendapati arus yang sangat kencang. Kalau di darat, gambarannya seperti banjir.
Tau sendiri, mobil aja bisa hanyut kebawa sama banjir. Faham kan keadaannya.
Beberapa kali teman baru mancing saya ngajak nangkring di atas. Namun saya berkeras.
Penasaran ingin mendapatkan ikan super di Selat Sunda ini. Walaupun sebenernya tersiksa.
Narik timah yang berat ditambah arus yang deras. Dan tidak ada ikan yang memakan umpan. Inilah gilanya pemancing.
Namun ada hiburannya. Yaitu ombak yang tidak berhenti mengombang-ambing. Posisi duduk tidak pernah tetap.
Kadang di ujung kiri, ombak datang membuat posisi merosot ke kanan.
Apalagi waktu kapal gede lewat, meluncur tajam posisi duduknya. Gak kebayang keadaan ini buat yang suka mabok laut. Dijamin muntah terus.
Walaupun kecewa akhirnya kami sepakat dengan ide tersebut. Angkat jangkar menuju pulau Sangiang.
Di sini arusnya normal karena terhalang oleh pulau tersebut. Mulailah kita menurunkan pancing. Umpan yang dipakai adalah suwiran cumi-cumi.
Kedalaman kurang lebih tiga puluh meteran. Semua berjejer menghadap ke satu arah mancingnya yaitu ke arah pulau.
Kompak semua menurunkan pancingan. Eh baru juga nyentuh dasar, ada sambaran. Semua pemancing merasakan hal yang sama.
Ditarik dong kailnya barengan. Pas nyampe atas ternyata ikan yang main adalah ikan Kurisi.
Lepasin kail dari mulut, lemparin ikan ke dasar perahu, lalu turunin pancing lagi. Eh waktu nyampai dasar, disambar lagih. Ya tarik lagi. Begitu terus keadaannya.
Hanya kedalaman lautnya yang bikin bete. Lama nunggu timah nyampai dasar dan lama juga mengangkat ikan yang didapat sampai atas. Itu saja.
Karena begitu melimpahnya ikan Kurisi ini, maka hanya dalam sekejap dasar perahu penuh dengan ikan Kurisi yang berwarna merah. Sayang teman mancing saya tidak selera dengan ikan ini.
Maka lagih asyik-asyiknya saya mancing eh pengen pada pulang. Ya sudahlah, resiko mancing bareng orang lain ya gini, ikut keputusan orang banyak.
Setelah menyelesaikan semua hal seperti biaya dan ikan hasil tangkapan kita balik lagi ke Balaraja. Kira-kira jam delapan saya mendarat di sini.
Saya diberi jatah ikan Kurisi paling banyak. Mungkin selain karena mereka yaitu temen mancing baru saya tidak suka ikan kecil juga sebagai obat bagi rasa kecewa saya.
Entah pertimbangan mana yang ada dalam pikiran mereka. Ya kita mah terima saja, lumayan buat dibagikan sama tetangga.
Akhirnya kita berpisah. Sayang kisah mancing ini adalah kisah awal dan juga kisah terakhir yang saya lakonin bersama mereka.
Padahal saya masih penasaran ingin mancing di Selat Sunda dan mendapatkan ikan raksasa.
Tapi, mereka tidak pernah mencari teman maing di forum itu lagi. Ya mau gimana lagih. Nasib.
Baca juga:
Demikian kisah pengalaman Mancing di Selat Sunda yang pernah saya alami. Semoga menghibur dan bermanfaat. Salam hangat.
Menurut informasi yang beredar di internet tempat ini katanya berisi ikan yang gede, besar, monster atau apalah.
Judulnya, tarikan pasti manteb. Buat mancing mania pasti hal ini yang didambakan.
Kisah Nyata Mancing di Selat Sunda.
Bisa mancing di Selat Sunda ini dikarenakan bergaul di FishyForum. Situs yang sekarang sepertinya sudah tidak aktif lagi kelihatannya.Entah kenapa, padahal dulu rame banget. Banyak mancing mania berkumpul di sini, khususnya yang suka turun ke laut.
Forum ini manteb banget. Ada info perahu, info harga alat pancing, fishing trip atau cerita perjalanan mancing.
Dan berbagai macam informasi lainnya yang bermanfaat bagi pemancing tentunya.
Bahkan urusan lomba mancing Piala Presiden pun, anggota forum ini ikut aktif meramaikan. Super kan.
Awal Mula Kisah Mancing.
Waktu itu saya ingin turun ke laut. Eh ada yang posting, butuh tambahan anggota untuk mancing di Selat Sunda.Ya kebetulan, gayung bersambut. Kontak si pembuat thread. Tanya biaya, dirasa terjangkau, akhirnya daftar.
Tiba waktunya saya di jemput pakai mobil di Balaraja, sedang mereka asalnya dari Tangerang kota. Kalo gak salah kita berangkat malam-malam.
Nyampai di Anyer leha-leha dulu. Lupa lagi nama pelabuhannya, yang ada sedikit nempel di ingatan adalah melihat keberdaan pos polisi air. Hal-hal lain asli banyak lupanya.
Berangkat Mancing.
Pagi-pagi kita berangkat. Perahunya enak. Mesin kagak gahar dan bikin bising di telinga. Asyik juga pikir saya.Kalau perahu Tanjung Pasir mah rata-rata berisik. Maklum mesin buat giling padi dipakai untuk mancing.
Sampai di spot, nelayan mulai mancing ikan umpan. Tekniknya sedikit beda dengan teknik ngotrek yang biasa saya temui waktu mancing di pulau Seribu.
Kotrek di sini melayang di permukaan dan tengah laut, tidak sampai dasar. Timah pemberat kelihatan gede-gede. Wew hal baru lagih.
Mulai Mancing di Selat Sunda.
Sayang seribu sayang. Arus sangat kencang. Ikan umpan hanya sedikit yang mendarat di perahu. Namun walau begitu kami mulai menurunkan pancing.Teknik mancingnya adalah ngoncer, yaitu umpan bermain di atas dan tidak pakai timah. Dan ikan besar biasanya banyak yang main di atas. Misal ikan Tenggiri dan ikan Kuwe atau Giant Trevally.
Beres melepas umpan, teman-teman baru saya kompak pada langsung naik ke atas. Tempat untuk tiduran dan bersantai. Tentunya hal ini bikin saya heran.
Mereka pada asyik dengerin musik, ngobrol dan tingkah macam lainnya. Pancing mah dicuekin.
Baru sekarang nemuin teman mancing kayak begituh. Tambah pengalaman lagi ternyata.
Tapi saya seneng. Gak ada saingan mancing dasar nih, pikir saya. Maka sayapun mancing dasaran selain ngoncer sambil bayangin bakal dapet ikan gede-gede.
Ternyata saya kecele. Arus sangat kencang. Nurunin timah setelan pulau Seribu melayang terbawa arus. Timah kagak nyampe dasar. Gile bener.
Coba tambah lagi. Tetap melayang. Tambah lagi sampai berat banget, tetap umpan tidak menyentuh dasar laut. Ini mah asli baru ngalamin yang kayak begini.
Baru sekarang saya mendapati arus yang sangat kencang. Kalau di darat, gambarannya seperti banjir.
Tau sendiri, mobil aja bisa hanyut kebawa sama banjir. Faham kan keadaannya.
Beberapa kali teman baru mancing saya ngajak nangkring di atas. Namun saya berkeras.
Penasaran ingin mendapatkan ikan super di Selat Sunda ini. Walaupun sebenernya tersiksa.
Narik timah yang berat ditambah arus yang deras. Dan tidak ada ikan yang memakan umpan. Inilah gilanya pemancing.
Namun ada hiburannya. Yaitu ombak yang tidak berhenti mengombang-ambing. Posisi duduk tidak pernah tetap.
Kadang di ujung kiri, ombak datang membuat posisi merosot ke kanan.
Apalagi waktu kapal gede lewat, meluncur tajam posisi duduknya. Gak kebayang keadaan ini buat yang suka mabok laut. Dijamin muntah terus.
Mancing Ikan Kurisi di Pulau Sanghiang.
Lama keadaan tidak kunjung membaik juga hingga waktu siang. Arus tetap kencang. Akhirnya nelayan nawarin untuk ngomset. Artinya mancing ikan untuk dibawa pulang.Walaupun kecewa akhirnya kami sepakat dengan ide tersebut. Angkat jangkar menuju pulau Sangiang.
Di sini arusnya normal karena terhalang oleh pulau tersebut. Mulailah kita menurunkan pancing. Umpan yang dipakai adalah suwiran cumi-cumi.
Kedalaman kurang lebih tiga puluh meteran. Semua berjejer menghadap ke satu arah mancingnya yaitu ke arah pulau.
Kompak semua menurunkan pancingan. Eh baru juga nyentuh dasar, ada sambaran. Semua pemancing merasakan hal yang sama.
Ditarik dong kailnya barengan. Pas nyampe atas ternyata ikan yang main adalah ikan Kurisi.
Lepasin kail dari mulut, lemparin ikan ke dasar perahu, lalu turunin pancing lagi. Eh waktu nyampai dasar, disambar lagih. Ya tarik lagi. Begitu terus keadaannya.
Panen Ikan Kurisi.
Bagi saya hal ini sangat menyenangkan. Setelah boncos mendapatkan ikan besar, ikan Kurisi ukuran table size ini ternyata mampu mengobati kekecewaan saya.Hanya kedalaman lautnya yang bikin bete. Lama nunggu timah nyampai dasar dan lama juga mengangkat ikan yang didapat sampai atas. Itu saja.
Karena begitu melimpahnya ikan Kurisi ini, maka hanya dalam sekejap dasar perahu penuh dengan ikan Kurisi yang berwarna merah. Sayang teman mancing saya tidak selera dengan ikan ini.
Maka lagih asyik-asyiknya saya mancing eh pengen pada pulang. Ya sudahlah, resiko mancing bareng orang lain ya gini, ikut keputusan orang banyak.
Pulang Mancing dari Selat Sunda
Padahal kalau mau, mungkin berapa karung kita bisa dapatkan ikan Kurisi ini untuk dibawa ke rumah. Saking mudahnya ikan memakan umpan. Akhirnya kita pulang ke darat.Setelah menyelesaikan semua hal seperti biaya dan ikan hasil tangkapan kita balik lagi ke Balaraja. Kira-kira jam delapan saya mendarat di sini.
Saya diberi jatah ikan Kurisi paling banyak. Mungkin selain karena mereka yaitu temen mancing baru saya tidak suka ikan kecil juga sebagai obat bagi rasa kecewa saya.
Entah pertimbangan mana yang ada dalam pikiran mereka. Ya kita mah terima saja, lumayan buat dibagikan sama tetangga.
Akhirnya kita berpisah. Sayang kisah mancing ini adalah kisah awal dan juga kisah terakhir yang saya lakonin bersama mereka.
Padahal saya masih penasaran ingin mancing di Selat Sunda dan mendapatkan ikan raksasa.
Tapi, mereka tidak pernah mencari teman maing di forum itu lagi. Ya mau gimana lagih. Nasib.
Baca juga:
Gilanya Pemancing - Mancing Ikan Tenggiri
Gilanya Pemancing - Mancing Ikan Sembilang
Demikian kisah pengalaman Mancing di Selat Sunda yang pernah saya alami. Semoga menghibur dan bermanfaat. Salam hangat.