-->

Rahasia Kaya Abdurrahman Bin Auf Penuh Inspirasi

Rahasia dibalik kaya rayanya sahabat Nabi Abdurrahman bin Auf yang dapat diambil hikmahnya

Banyak dari kita sebagai orang Islam mungkin ingin kaya. Dengan berbagai harapan dibalik keinginan itu.

Bisa jadi, hendak membahagiakan orang tua, ingin membantu sesama atau bermacam-macam alasan lainnya dibalik semua harapan tersebut.

Berkaitan dengan hal ini, ada suatu usulan yang berkata, jika kita tidak tahu sesuatu tanyakanlah atau limpahkah kepada orang yang ahli.

Nah, jika kita ingin kaya, maka kita juga harus belajar dari orang kaya bagaimana cara mereka bisa kaya.

Di sini, kita akan belajar kepada seorang sahabat nabi yang terkenal kaya raya yaitu Abdurrahman bin Auf bagaimana beliau bisa menjadi kaya raya. Apa saja rahasia kaya yang telah diamalkannya? Mari kita simak bersama.


Rahasia Kaya Abdurrahman bin Auf

Ada satu konsep, pangkal kaya itu shadaqoh, bukannya menabung. Hal ini perlu diperhatikan dan dicamkan baik-baik. Karena ada prinsip kapitalis yang mengatakan "Menabung pangkal kaya". Dan orang Islam banyak yang memakai konsep ini.

Selalu menabung setelah dapat uang dari bekerja. Sedangkan orang jika sudah menabung, mudah tidak ia mengeluarkannya? Susah. Karena target dia adalah menabung.

Dari sejuta kapan sepuluh juta, dari sepuluh juta kapan seratus juta, dari seratus juta kapan satu milyar. Manusia tidak bisa kenyang, susah merasa puas.

Ilustrasi iringan unta
Gambar Ilustrasi 

Kata Nabi Muhammad, manusia tidak akan pernah puas sampai tanah kuburan dimasukkan ke dalam mulutnya.

Jika kita ingin mobil, begitu Allah berikan mobil, ingin dua mobil, ingin ganti, oh sudah ketinggalan nih, sudah satu tahun yang lalu dan seterusnya.

Manusia selalu tamak, itu sudah sifat manusia umumnya kecuali yang Allah rahmati, yang punya keimanan dalam hati.

Adalah Abdurrahman bin Auf memberikan pelajaran pada kita, dia mempunyai kekayaan yang luar biasa. Hingga dia mempunyai bongkahan-bongkahan emas, ketika hendak dibagi sebagai warisan karena sudah lama disimpan, emas itu melengket satu dengan yang lainnya. Harus dipukul dengan kampak. Dan orang yang memukulnya dengan kapak itu untuk memotong emas, tangannya sampai luka. Karena saking banyaknya.


Bagaimana Sodaqoh?

Subhanallah, mereka (sahabat nabi) kaya raya justeru karena shadaqah. Ini yang penting. Dan mereka bersodaqoh itu bukan insidentil menunggu orang minta. Ciri khas mereka adalah keluar mencari orang. Ini yang hilang dari kita nih.

Jadi, kita mungkin ada yang suka atau gemar sodaqoh tapi pada saat ada orang miskin, merasa kasihan dan memberi. Itu sudah umum.

Yang tidak umum, programkan tiap hari untuk keluar mencari orang miskin, keluarkan sodaqoh. Ini ciri khas sahabat. Mereka menganggap itu program hidupnya. 

Bahkan, di kalangan ahli sejarah mengatakan para sahabat melihat memberikan sodaqoh di jalan Allah lebih mereka dahulukan daripada mengisi perutnya yang sedang lapar. Bayangkan.

Artinya mereka tidak mau makan sebelum sodaqoh dahulu. Sampai seperti itu.

Jadi, sodaqoh itu merupakan suatu program hidup.

Dan subhanallah, dengan sodaqoh ini terbuka luar biasa pintu-pintu yang tidak masuk di akal kita semua.

Jika mau menggunakan hitung-hitungan manusia, mau memakai sistem-sistem kapitalis dan non muslim, tidak nyambung, susah sekali.

Karena bagi mereka, mengeluarkan, berarti secara matematika berkurang. Bukannya begitu?

Kalau kita, tidak. Nabi Muhammad mengatakan dalam hadits sohih riwayat Imam Ahmad, "Demi dzat yang ubun-ubunku dalam genggamannya tidak ada harta yang berkurang karena sodaqoh. Dan tidak ada seorang hamba yang bertawadhu, merendah karena Allah, kecuali Allah akan muliakan dia."  

Jadi jelas konsepnya, sodaqoh itu membuka pintu rezeki. Bahasanya begini, keluarkan... maka akan datang.

Dalam Hadits Bukhari, nabi bersabda, Allah berfirman, "Ya bani Adam, berinfaq dulu di jalanKu baru Aku bukakan."

Coba kita bersodaqoh, dan tidak boleh setengah-setengah dan betul-betul harus memberikan yang terbaik, bagaimana kita mengeluarkan di jalan Allah SWT dengan tidak ada pamrih. Karena kita tidak bisa mendapatkan ikan Paus dengan pancing yang kecil, kita butuh kapal tangkap yang besar.

Artinya korbankan sesuatu yang besar, akan datang yang besar. Dan Allah dengan ke-Maha murahannya, kita keluarkan sejuta, Allah tidak balas sejuta, Allah akan balas kita minimal sepuluh juta. Lebih besar. 

Efek ibadah itu kalau kita kerjakan balasannya berlipat-lipat. Balasannya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat.

Ini bukan tentang pahala dalam ibadah puasa dan sholat, tidak, ibadah sodaqoh itu pasti dijanjikan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat, itu sudah jelas.

Ini janji Allah. Dan kita tahu Allah tidak akan memungkiri janjinya dan siapa lebih tinggi dari Allah dalam pernyataannya.

Ini ciri khas sahabat, tahu betul janji Allah. Tahu betul apa yang disampaikan nabi benar, tidak mungkin salah. Maka mereka menerapkannya dalam kehidupan.

Coba perhatikan pada saat mereka bersodaqoh, bahkan mereka memberikan minimal sama dengan apa yang tertinggal di harta mereka. Misalnya mengeluarkan setengah hartanya. Perilaku mereka seperti itu.

Ada yang hingga mengeluarkan seluruh hartanya. Ini luar biasa. Mereka melakukan perbuatan itu dengan keyakinan tidak berkurang harta karena bersodaqoh.

Allah SWT akan mengembalikan kepada kita berlipat-lipat ganda. Dan diantaranya bukti nyata tentang Abdurrahman bin Auf.


Bersedekah 2000 Dinar

Abdurrahman RA, pada saat tiba perang Badar, beliau sempat bersodaqoh dengan 2000 Dinar. Dan pada saat itu ia baru memiliki harta 4000 Dinar. Nilai yang luar biasa.

Ini contoh rasionalnya, jika kita di kantong mempunyai uang 100 ribu. Anggaplah yang 50 ribu utuh satu lembar,  yang lain berupa pecahan 10 rebu, 5 ribu dan seribu. Kemudian lewat celengan mesjid, lewat fakir miskin, kira-kira yang mana kita keluarkan?

Mampu atau bisakah tidak melawan jiwa kita untuk menarik yang 50 ribu utuh bukan yang pecahan.

Abdurrahman bin Auf memberikan pelajaran pada kita, rasa yang ada secara eksternal dari tubuh  dan perasaan yang ada dalam internal itu diperuntukkan Allah SWT. Luar biasa.

Ini penting, rasa takut, rasa suka, rasa sedih, rasa tunduk semua dikembalikan kepada Allah SWT.

Abdurrahman mengeluarkan setengah harta pada saat jihad padahal baru menggalang usahanya.


700 Unta

Diwaktu lain, yang paling sering dilakukan adalah begitu mendapat keuntungan, maka dia langsung menyiapkan satu ekor Unta, tiga Ekor Unta, bahkan disebutkan dalam riwayat yang masyhur tentang beliau seringkali setiap dapat untung pasti membeli unta khusus untuk mengangkat barang yang dilengkapi dagangannya.

Dia bahkan sampai membeli 700 ekor Unta hingga memenuhi jalan-jalan Madinah dengan dagangannya.

Setelah penuh, padat, macet karena unta-unta ini kemudian pegawainya mengiklankan, "Abdurrahman bin Auf berkata silahkan kalian ambil semaunya." Dikatakan dalam riwayat, hingga masyarakat Madinah menganggap harta Abdurrahman adalah harta mereka sendiri.

Karena, beliau bersikap, setiap orang yang datang mau menghutang, dihutangkan. Setiap orang mengeluh punya hutang, dilunasi. Dan setiap orang yang butuh sesuatu, ia tidak menolak. Sampai masyarakat Madinah mengatakan kami makmur hidup di sebelahnya Abdurrahman bin Auf. 

Ini sangat luar biasa. Mendatangkan 700 ekor unta dengan seluruh barang yang ada padanya kemudian dibagi secara cuma-cuma. Hal ini bukan hanya satu dua kali, ini terus menerus. Pokoknya setiap ada uang, langsung pembagian cuma-cuma.


Tanki Air

Saya melihat di Saudi, kalau di Indonesia belum lihat. Subhanallah. Teman saya di Jeddah bercerita, kebetulan waktu itu saya jalan dari Mekkah ke Jeddah. Ada satu mobil tanki air, ternyata itu air Zam-zam, jika di kita seperti mobil air yang berisi 5 ribu liter.

Cerita ini sangat terkenal. Pemilik mobil ini sudah meninggal, perilakunya diteruskan oleh anak-anak beliau. Mobil ini setahu saya sampai hari ini masih ada.

Mobil ini dibayar oleh pemiliknya dari Jeddah ke Mekkah khusus untuk mengambil air zam-zam kemudian diparkir di pinggir jalan, siapa saja yang mau mengambil air dipersilahkan, tinggal bawa, galonnya diisi gratis, jadi tidak usah jauh-jauh ke tempat dekat Haram, tinggal ambil di situ. Masyarakat banyak mengambil airnya di sini.

Waktu orang tersebut meninggal, Saudi sedang sangat panas sekali, tanah hingga kering dan pecah, untuk menggali sangat keras karena tidak ada airnya.

Sewaktu tempat untuk kuburnya digali, subhanallah, tanah itu lembab dan basah, ada airnya.

Ini contoh, saya lihat perilaku ini tidak ada di negara kita. Subhanallah. Bagaimana mereka membagi cuma-cuma. 


Musim Haji

Dimusim haji itu sudah biasa. Waktu tahun 1992, saya masih belajar di Madinah dengan sepupu yang dari Makassar sama-sama kuliah di sana, saya berkata kepada dia, "Ayo kita haji saja berdua, kita lihat fenomenanya seperti apa ".

Dari Madinah naik bus, tidak ada kemah, tidak ada bekal makanan. Waktu itu uang beasiswa belum keluar. Uang di kantong sekitar 200 real. Kita bayar bus 60an, sisanya untuk bekal.

Kami masuk ke Mina kemudian jalan kaki ke Arafah, jauh namun jalan kaki lebih cepat.

Selama saya haji enam hari dari Mina, ke Arafah, ke Muzdalifah, ke Mina lagi selama empat hari sampai hari tasyriq kami tidak pernah mengeluarkan satu realpun untuk makanan dan minuman. 

Sepanjang jalan makanan dan minuman gratis. Di musim haji, di pinggir jalan penuh dengan kontainer-kontainer besar. Satu kontainer banyak memuat dus susu.

Mereka berteriak, "Sabilillah". Maksudnya di jalan Allah. Jemaah haji pada ngumpul, dibagi-bagikan hingga habis.

Besoknya datang lagi kontainer baru, begitu terus setiap hari. Seandainya kita haus, tinggal ketuk. Dibuka, kita dikasih.

Orang membawa makanan yang dimasak sendiri di rumahnya, nasi-nasi dan banyak macam lainnya.

Orang jika haji sambil berjalan, di sana itu hidup. Makan minum semuanya. Dan itu sepanjang jalan di mana-mana.

Ada yang membagi buah-buahan, ada yang membagi minuman, ada yang bagi macam-macam. 

Ini perilaku yang luar biasa yang mungkin memang masih belum ada di kita ini. 

Subhanallah, untuk membagi buka puasa di jalan kita kadang-kadang masih sedikit sekali padahal pahalanya besar.

Saya kemarin coba menyuruh pegawai, "Ayo romadon", di depan restoran saja, buka, kasih kepada orang yang lewat.

Orang sempat heran, ada pembagian air dengan kurma saja dengan apa yang bisa dibagi, "Ini cuma-cuma yah tidak dibeli?".

Mereka heran kenapa ada orang berbuat seperti itu padahal sebenarnya ini adalah perilaku sederhana.

Bagaimana dengan Abdurrahman bin Auf, unta lengkap dengan seluruh barang-barang dagangannya. Sebagian ahli sejarah membahas, satu ekor unta itu bisa mengangkut beban sekitar minimal 60 kilo di kanan dan kiri. Jumlahnya jadi 120 kilo berat bebannya.

Ada yang mengatakan, terdapat jenis unta yang bisa mengangkat 400 kilo barang. 

Barangnya berupa barang kebutuhan dibagi-bagi habis, cuma-cuma.

Kemudian, beliau seringkali, begitu untung dagangan, langsung menghabiskan saat itu juga keuntungannya. Ini perilaku Abdurrahman bin Auf.


Peti Emas

Dalam kisah riwayat sohih disebutkan beliau pernah mendapatkan satu peti emas keuntungan dagangan. 

Jadi, selalu, tiap hari sodaqoh, tiap hari berdagang.

Dia berkata kepada isterinya ketika ia bertanya, "Apa yang kau pikirkan?"

Beliau menjawab, "Aku berpikir, belum pernah mendapat untung sebanyak ini."

Isterinya menyahut, "Lalu apa yang ingin engkau lakukan?"

Beliau menjawab, "Aku ingin sodaqohkan"

Perhatikan ini, para perempuan, suaminya hendak sodaqoh keuntungan satu peti emas, kita.. jika mendapatkan keuntungan sepuluh juta, langsung mau antri di bank. Walau antrian panjang, siap sedia, yang penting bisa menabung.

Ini datang keuntungan satu peti emas hendak disodaqohkan semua. Program pertama bersodaqoh, bukan beli makanan, bukan beli baju. Isterinya juga tidak bilang, "Sebentar, jatah saya mana? Saya mau beli ini dulu, mau beli itu". Tidak. Disodaqohkan.

Riwayat sohih menyebutkan, waktu disodaqohkan oleh Abdurrahman bin Auf dan isterinya malam itu juga habis, besoknya datang dua peti keuntungan. 

Tidak masuk diakal. Produk yang sama, jumlah yang sama, harga yang sama, untungnya dobel.

Bagaimana ini? Hitungan matematika tidak bisa masuk.

Dalam riwayat dikatakan, datang dua buah peti, oleh beliau disedekahkan. Hari ketiga datang tiga peti. Terus begitu. Makin banyak sodaqohnya, makin banyak datang.

Dalam islam, sodaqoh sama dengan kaya. Itu kata kuncinya.

Jadi, jangan malah terbalik, ini penting sekali. Dan sodaqoh itu banyak, makin banyak datang, responnya harus begitu.

Dan datangnya tidak setimpal, mengeluarkan satu juta datangnya satu juta, tidak, keluar satu juta datangnya bisa seratus juta.

Itu harus dengan keyakinan.

Materi seperti ini untuk kita ambil pelajaran, dan dipraktekan. Itu yang penting. Berubah menjadi orang yang lebih baik.

Manfaatnya itu akan kita lihat responnya, akan menambah keimanan. Faktanya ada, dalilnya ada, contoh sejarahnya yaitu yang sedang kita bahas ini ada. Sodaqoh akan mendatangkan kekayaan, itu jelas sekali. Maka kenapa kita masih ragu dengan hal ini.


Membagikan Uang

Abdurrahman bin Auf pernah kedapati oleh beberapa masyarakat Madinah, di jalan membagi-bagi 40.000 dirham. Cuma-cuma. Uang segitu dibagi-bagi, coba bayangkan.

Abdurrahman ini dia dari nol, dari tidak punya baju, hanya punya baju di badan, tidak punya isteri, jual cangkul pinjam milik orang.

Tapi Allah SWT buktikan apa yang Dia janjikan pada Abdurrahman.

Abdurrahman bin Auf, begitu mendapat uang, sodaqoh dulu. Seperti saya katakan di atas konsepnya lebih penting sodaqoh dari makan. Ini luar biasa.

Beliau juga pernah membagi-bagi hartanya sebesar 40.000 dinar. Habis semua, ini tidak tanggung-tanggung.

Pernahkan kita sodaqoh 10 juta, dengan keyakinan Allah akan balas? 

Imam Azhabi berkata Abdurrahman bin Auf orang kaya yang selalu bersyukur dan syukurnya adalah dengan mengeluarkan sodaqoh. Sementara Uwais al Qorni orang miskin yang sabar, sedangkan Abu Dzar dan Abu Ubaidah ahli zuhud.

Ulama berselisih, tentang kedudukan orang kaya bersyukur dan orang miskin bersabar, mana yang lebih afdol.

Perselisihan yang panjang, namun jika diambil kesimpulan, orang kaya bersyukur lebih utama. Karena dia mendapatkan pahala dari sodaqoh, sementara sabar masih bisa dia dapatkan. Sedangkan orang miskin susah mendapatkan pahala sodaqoh.

Dalam hadis Bukhari ada sahabat-sahabat yang datang dan berkata, "Ya Rasulullah sahabat kami yang kaya mendahului kami, karena kami solat mereka shalat, kami puasa mereka puasa, tapi mereka mendapatkan pahala lebih karena memberikan kami bantuan, sodakohnya. Beritahukan kepada kami amalan yang kami kerjakan minimal menyamai pahala mereka". Kata Nabi, rutinlah baca subhanallah 33 kali, alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali. Mereka amalkan. Ternyata sahabat-sahabat Nabi yang kaya  mendengar juga. Mereka orang-orang miskin datang lagi kepada nabi Muhammad, "Ya Rasulullah sahabat-sahabat kami yang kaya mendengar juga amalan itu dan diamalkan juga".

Maksudnya sekarang minta diberitahukan amalan yang lainnya.

Kata Nabi, itu karunia yang Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.

Kaya bukan karena kerja di sebuah tempat yang mewah, kaya bukan menjadi pejabat negara, kaya itu dengan sodaqoh.

Keluarkanlah di jalan Allah dan tidak ada hitungan matematika kaya-nya datang.

Walau tidak punya usaha tetapi rajin sodaqoh itu akan kaya, sudah merupakan janji. Ini kata kunci, rahasianya ada di situ.

Kita jika lagi makan satu bungkus makanan yang enak, coba beli satu bungkus yang sama, nilai yang sama, siapa saja yang kita temui, kasih, sodaqohkan langsung.

Nanti ada kepuasaan diri, pahalanya ada dan penyebab datangnya rezeki. 

Jika kita memberikan satu bungkus di jalan Allah, balasan Allah tidak memberikan satu bungkus, bisa satu bulan kita ditraktir orang. Efeknya besar.

Karena semua ibadah yang kita jalankan itu efeknya besar.

Sholat dhuha, kata Nabi, di dalam tubuh manusia ada 360 sendi, setiap hari manusia harus sodaqoh untuk itu sebagai tanda syukur kepada Allah. Dan 2 rakaat solat dhuha menggantikan sedekah 360 sendi. 

Berimbang tidak, 5 menit atau 10 menit sholat dengan 360 sendi kita. Kalau sendi kita rusak, misalkan satu sendi 1 juta kita harus sodaqohkan 360 juta per hari.

Tapi Allah gantikan dengan 2 rakaat solat dhuha, tidak seimbang. Dengan Allah tidak ada hitung-hitungannya, tidak ada kalkulatornya, buang jauh hitung-hitungan yang kita pakai pada komputer, menggunakan handphone, itu jauh.

Dalam hadits Muslim, siapa muslim yang puasa satu hari, sunah atau wajib, Allah jauhkan dari neraka 70 tahun. Tidak berimbang puasa sehari dengan 70 tahun.

Sama dengan memberikan makan satu bungkus, memberikan satu lembar baju, bukan seperti itu balasannya, berlipat-lipat.

Sodaqoh penyebab kaya, bukan ijazah. Ini harus difahami. Berapa banyak sarjana yang miskin minta-minta di jalan. Sodaqoh harus dihidupkan.

Abdurrahman bim Auf juga memberikan hartanya untuk veteran perang Badar. Karena orang yang mengikuti perang ini mempunyai kelebihan tersendiri. Ia alokasikan sebesar 400 dinar.

Salah satu yang terhitung veteran Badar adalah Usman bin Affan walaupun beliau tidak hadir karena disuruh Nabi untuk mengurus isterinya yaitu Ruqayah putri Nabi, yang sedang sakit dan setelah perang Nabi memberikan ghanimah untuk Usman bin Affan.

Waktu itu Usman bin Affan kaya raya bersaing dengan Abdurrahman bin Auf.

Saat Abdurrahman membagikan hartanya untuk veteran Badar, Usman menerimanya.

Orang-orang bertanya, wahai Usman kenapa engkau terima uangnya Abdurrahman? Artinya uang 400 dinar ini tidak ada nilainya buat anda. 

Dia mengatakan, uangnya Abdurrahman adalah uang yang halal, suci, bersih, dan berkah. Uangnya, jangankan haram, subhat pun tidak ada, maka aku ingin menikmati uang halal ini.

Baca juga: 10 Cerita Inspiratif Islami Penuh Hikmah

Begitulah Rahasia Kaya Abdurrahman bin Auf ini. Kecuali pembukaan, tulisan ini merupakan salinan ceramahnya ustadz Khalid Basalamah dengan sedikit penyesuaian di sana sini, Semoga bisa menjadi pelajaran yang bisa kita ambil dan praktekan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.

LihatTutupKomentar